Produksi TBS Tertekan di Tengah Membaiknya Harga Pasar CPO
Petani sawit mengeluh karena harga sawit stabil membaik tak seiring dengan produksi buah sawit yang tertekan akibat banjir dan kondisi trek.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·2 menit baca
JAMBI, KOMPAS — Curah hujan yang tinggi serta kondisi trek terus menekan produksi buah sawit petani. Padahal, petani berharap dapat mendulang hasil optimal seiring kenaikan harga sawit di pasaran dunia.
Harga sawit kini mencapai Rp 2.000 per kilogram di tingkat petani. Menurut Rahman, petani sawit di wilayah Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, harga sawit sebelumnya naik terus dan kini dalam kondisi stabil. Kondisi ini jauh lebih baik dibandingkan Agustus lalu saat tandan buah segar (TBS) sawit masih Rp 1.500 per kg.
Meskipun harganya makin membaik, sebaliknya produksi TBS merosot. Menurut Rahman, dalam sebulan terakhir produksi susut hampir 50 persen. Penyebabnya adalah kondisi curah hujan yang tinggi dan situasi trek. Masa trek merupakan masa tanaman berbunga untuk selanjutnya menghasilkan buah.
Biasanya, lanjut Rahman, hasil buah sawit mencapai 8 kuintal hingga 1 ton per hektar sekali panen. ”Tetapi sekarang ini hanya 5 kuintal,” katanya.
Di wilayah Mestong, Muaro Jambi, sebagian petani juga harus menunda panen buah sawit karena kondisi banjir. Para petani biasanya langsung dapat memungut buah di lantai kebun setelah buah jatuh. Akibat banjir, petani kesulitan memanen dalam volume besar. ”Kalau hanya sedikit yang dipanen bisa dengan bantuan perahu, tetapi tidak bisa untuk panen lebih banyak,” kata Iwan, petani lainnya.
Ia pun khawatir jika air masih terus merendam hingga pekan depan, tanaman sawit dapat rusak atau mati. ”Kami berharap air cepat surut,” lanjutnya.
Tanaman pangan
Kondisi curah hujan yang tinggi dan banjir tak hanya mengancam produksi sawit, tetapi juga tanaman pangan. Bank Indonesia memprediksi produksi sejumlah komoditas tanaman pangan tertekan akibat curah hujan yang tinggi. Hal itu mulai terlihat dari kenaikan harga beras di Jambi dalam dua pekan terakhir.
Selain itu, Balai Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura (BPTPH) Provinsi Jambi mendata lebih dari 500 hektar tanaman padi dan cabai di Jambi mengalami gagal panen. Kondisi yang terjadi pada tujuh kabupaten dan kota disebabkan banjir.
Sepanjang Januari hingga Oktober 2022, gagal panen terjadi di Kabupaten Muaro Jambi, Batanghari, Tanjung Jabung Timur, Bungo, Merangin, Tebo, dan Kota Sungai Penuh. ”Datanya sudah kami laporkan ke pusat,” ujar Jaja Kardia, Kepala UPTD BPTPH Provinsi Jambi.