Aplikasikan Biosaka, Produktivitas Padi di Blitar Tembus 8,9 Ton Per Hektar
Menteri Pertanian menghadiri panen padi yang dikembangkan dengan biosaka, ramuan campuran rumput dan daun di Blitar. Produktivitasnya capai 8,9 ton per hektar.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
BLITAR, KOMPAS — Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memanen padi yang dikembangkan dengan mengaplikasikan biosaka, di Desa Tegalrejo, Kecamatan Selopuro, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Kamis (10/11/2022). Luas panen mencapai 57 hektar dengan produktivitas 8,9 ton per hektar gabah kering panen.
Menurut Syahrul, biosaka merupakan campuran sedikitnya lima jenis rumput atau daun yang masih dalam kondisi sehat. Daun tersebut kemudian diremas secara manual dengan tangan lalu dicampur dengan air. Biosaka merupakan ramuan homogen, harmoni, dan koheren.
Ramuan itu kemudian disemprot ke tanaman dan sisanya bisa disimpan hingga masa lima tahun. Biosaka sendiri merupakan akronim dari bio (tumbuhan) dan selamatkan alam kembali ke alam (saka).
”Hari ini saya diajari petani Blitar membuat biosaka. Bahannya dari rumput dengan produksi 9 ton per hektar. Penggunaan biosaka bisa mengurangi penggunaan pupuk kimia di atas 50 persen. Ini bisa dikerjakan oleh siapa saja, termasuk ibu-ibu,” katanya, sebagaimana isi rilis yang diterima Kompas.
Kementerian Pertanian menilai keberadaan biosaka menguntungkan dan terjangkau bagi petani. Ramuan ini bisa dibuat sendiri secara cuma-cuma dan mampu menghemat biaya pupuk kimia 50-90 persen.
Jika petani biasanya membutuhkan dana Rp 3 juta untuk memenuhi kebutuhan pupuk per hektar setiap musim, dengan biosaka, mereka hanya perlu menyiapkan dana Rp 300.000 hingga Rp 1,5 juta per hektar per musim. Keuntungan lainnya, biosaka meminimalkan serangan hama dan lahan menjadi lebih bagus karena tidak banyak terpapar bahan kimia.
”Penggunaan biosaka ini sangat cocok di Pulau Jawa yang unsur haranya sudah bertahun-tahun diendapkan bahan kimia. Dengan biosaka, kesuburan tanah bisa dikembalikan,” katanya.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Suwandi menambahkan, biosaka bukanlah pupuk ataupun pestisida. Ramuan ini merupakan elisitor yang berperan sebagai pemberi isyarat (signaling) bagi tanaman sehingga bisa tumbuh dan berproduksi lebih bagus, hemat pupuk kimia sintetis, meminimalkan hama penyakit, dan menjadikan lahan lebih subur.
Di Blitar, pengaplikasian biosaka dimulai tahun 2019 oleh Anshar, seorang petani muda. Sampai saat ini dia sudah mengaplikasinnya pada 12.000 hektar lahan di 22 kecamatan di Blitar dan mulai menyebar ke daerah lain di Indonesia.
”Satu genggam rumput diremas dicampur dengan air 5 liter cukup untuk menyemprot 3-4 hektar semusim untuk padi, jagung, kedelai, singkong, sorgum, ubi, kacang, sayuran, buah, dan lainnya. Sangat efisien. Ramuan biosaka efektif dalam area wilayah setempat dan terjauh radius 20 kilometer,” katanya.
Sangat efisien.
Bupati Blitar Rini Syarifah mengatakan, beras di Blitar surplus 64.000 ton per tahun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik produksi padi di Blitar tahun 2020 sebesar 9,94 juta ton gabah kering giling (GKG). Jumlah ini naik 3,79 persen dibanding 2019 yang mencapai 9,58 juta ton GKG.
Untuk menjaga ketersediaan surplus beras, menurut Rini, perlu peningkatan prasarana dan sarana pertanian. Dan, sejauh ini salah satu permasalah yang kerap dihadapi adalah kurangnya alokasi pupuk bersubsidi.
Untuk menangani masalah ini perlu inovasi menggunakan pupuk organik yang murah, efisien, dan mudah diaplikasikan oleh petani. ”Karena itu, kami apresiasi dukungan Bapak Syahrul Yasin Limpo mendorong aplikasi biosaka untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia hingga 50 persen,” kata Rini.