Berdasarkan hasil uji laboratorium, aspal Buton PG 70 memiliki kualitas yang jauh lebih baik daripada aspal minyak. Namun, aspal ini "kalah" oleh aspal minyak yang sebagian besar adalah impor.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Kualitas aspal Buton Performance Grade (PG) 70 melebihi kualitas aspal minyak yang dominan digunakan saat ini. Nilai stabilitas aspal produk dalam negeri ini jauh di atas aspal minyak. Namun, aspal ini belum menjadi pilihan. Sejauh ini, pemerintah serta para pelaksana pembangunan lebih memilih aspal minyak yang sebagian besar merupakan produk impor.
Berdasarkan hasil uji Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Laboratorium Konstruksi Dinas Sumber Daya Alam dan Bina Marga Sulawesi Tenggara, nilai stabilitas aspal Buton PG 70 di angka 1.562,5. Nilai ini berada di atas aspal minyak 60/70, yang stabilitasnya di angka 1.357.
”Nilai stabilitas itu merupakan daya dukung aspal terhadap beban. Nilai uji aspal Buton PG 70 itu lebih tinggi daripada aspal minyak. Artinya, jika memakai aspal tersebut, kemampuan untuk menahan beban jauh lebih tinggi dibanding aspal minyak,” kata Kepala UPTD Laboratorium Dinas SDA dan Bina Marga Sultra Wihardjo, di Kendari, Selasa ( 25/10/2022).
Uji terhadap produk aspal Buton tersebut dilakukan terakhir pada Agustus 2022. Tes pertama dilakukan pada akhir tahun lalu dengan hasil yang tidak jauh beda. Aspal Buton PG 70 sendiri merupakan produk yang relatif baru, baik untuk jalan tol, jalan negara, juga jalan kelas III dengan lalu lintas hingga 10 juta equivalent single axle load (ESAL), atau daya dukung jalan dari repetisi beban lalu lintas.
Berdasar hasil uji tersebut, Menurut Wihardjo, aspal Buton PG 70 ini bisa total menggantikan aspal minyak. Berbeda dengan produk aspal Buton sebelumnya, yaitu B 50/30, yang hanya dipakai sepertiga dari total pemakaian aspal.
”Seharusnya tidak ada alasan untuk tidak memakai produk ini, di kualitas jalan yang disyaratkan. Jika sebelumnya aspal Buton hanya menjadi subtitusi minor, dengan produk baru ini sudah bisa gantikan 100 persen aspal minyak,” ujarnya.
Salah satu rencana paling dekat, ia melanjutkan, adalah melakukan uji coba di megaproyek Jalan Kendari-Toronipa. Sejumlah ruas jalan akan diaspal menggunakan produk yang murni dari aspal Buton tersebut.
M Yansen, penguji aspal di UPTD tersebut, menjelaskan, uji coba aspal Buton PG 70 telah dimulai sejak beberapa tahun lalu. Bahkan, pada 2019, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melakukan uji coba aspal PG 70 di Maros, Sulawesi Selatan.
Akan tetapi, hingga saat ini para pelaksana proyek terkesan belum serius untuk memakai aspal produksi dalam negeri ini. Mereka lebih banyak memakai aspal minyak yang sebagian besarnya adalah produk impor. Padahal, kualitas, dan kemampuan aspal Buton PG 70 ini jauh lebih baik dan tahan lama dibanding aspal minyak.
”Secara teknis pengerjaan, aspal Buton PG 70 juga tidak memiliki perbedaan besar dengan penggunaan aspal minyak atau aspal Buton 50/30. Tinggal beberapa hal teknis, sama kemauan saja,” tuturnya.
Meski memiliki kualitas baik, penggunaan aspal buton di lingkup Pemerintah Provinsi Sultra juga masih sangat minim. Pemanfaatan aspal alam yang hanya ada di Pulau Buton, ini baru mencakup sepertiga dari total penggunaan aspal pada 2022. Padahal, daerah telah mewajibkan penggunaan minimal 50 persen aspal buton setiap tahun.
Sebelumnya, Kepala Bidang Bina Marga di Dinas SDA dan Bina Marga Sultra Yudi Masril, Senin (24/10), mengungkapkan, selama ini, penggunaan aspal minyak memang masih dominan yaitu sekitar 70 persen dan 30 persen adalah kandungan aspal buton. Kondisi ini diakibatkan sejumlah hal, terutama terkait kualitas aspal buton yang belum maksimal. Beberapa tahun terakhir, Pemprov Sultra menggunakan aspal B 50/30, yang dicampur dengan aspal minyak dan sejumlah bahan lainnya.
”Untuk lingkup kami, aspal PG 70 memang belum dipakai. Baru akan uji coba tahun ini di jalan Kendari-Toronipa. Namun, selain kualitas, ke depannya tentu adalah harga. Sebagai pengguna, daerah berharap agar harga aspal berkualitas baik tersebut bisa bersaing sehingga tidak ada kendala dalam penggunaan hingga pelaporan,” katanya.
Data Asosiasi Pengembang Aspal Buton Indonesia (Aspabi), pemakaian aspal nasional pada 2021 adalah 888.557 ton, sebanyak 82,6 persen atau 707.324 ton adalah impor. Nilai impor di kisaran Rp 9,2 triliun. Di bawah itu, adalah produksi aspal minyak dari PT Pertamina Cilacap sebanyak 146.527 ton atau 16,5 persen. Terakhir, adalah aspal buton dengan persentase 0,9 persen.
Di satu sisi, aspal buton telah dikenal sejak dulu di Indonesia dan merupakan satu dari dua aspal alam yang ditemukan di dunia. Penggunaan aspal dari wilayah ini bahkan dimulai sejak masa penjajahan Belanda melalui perusahaan Buton Asphalt atau Butas. Cadangan aspal di wilayah ini diperkirakan 667 juta ton.
Pada 27 November 2022, Presiden Joko Widodo berkunjung ke Buton. Ia melihat dan mengecek proses pengelolaan aspal yang melimpah dengan stok cadangan sekitar 622 juta ton. Menurut Presiden, saat ini semuanya harus dikerjakan di Buton. Dalam dua tahun ke depan, impor aspal akan dihentikan.