Aspal Buton Masih Belum Jadi Pilihan di Daerah Sendiri
Meski lebih murah dari aspal minyak dan merupakan daerah penghasil aspal alam, penggunaan aspal buton di lingkup Pemprov Sultra masih sangat minim. Proporsinya di bawah aturan yang dikeluarkan Pemprov Sultra sendiri.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·5 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Penggunaan aspal buton di lingkup Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara masih minim. Pemanfaatan aspal alam yang hanya ada di Pulau Buton, Sultra, ini baru mencakup sepertiga dari total penggunaan aspal pada 2022. Padahal, daerah telah mewajibkan penggunaan minimal 50 persen aspal buton setiap tahun.
Kepala Bidang Bina Marga Dinas Sumber Daya Alam dan Bina Marga Sulawesi Tenggara Yudi Masril, Senin (24/10/2022), mengungkapkan, selama ini, penggunaan aspal minyak memang masih dominan dibandingkan aspal buton. Proporsi aspal minyak sekitar 70 persen, dan 30 persen adalah kandungan aspal buton.
Kondisi ini, Yudi beralasan, diakibatkan sejumlah hal, terutama terkait kualitas aspal buton yang belum maksimal. Beberapa tahun terakhir, Pemprov Sultra menggunakan aspal B 50/30, yang dicampur dengan aspal minyak dan sejumlah bahan lainnya.
”Untuk lingkup kami, yang jalannya memiliki intensitas cukup tingi, maka kualitas aspal harus baik. Salah satu formulanya adalah menggunakan aspal minyak sekitar 70 persen dan selebihnya adalah kandungan aspal buton dari jenis produk B 50/30,” kata Yudi.
Dalam pengaspalan jalan, ia menerangkan, kandungan aspal hanya enam persen dengan selebihnya adalah berbagai jenis batuan. Dalam kandungan enam persen aspal tersebut, kandungan murni aspal buton hanya 1,5-1,8 poin atau sekitar 30 persen. Sekitar 4,2 poin atau 70 persen adalah aspal minyak.
Padahal, aturan dalam Peraturan Daerah Nomor 2/2016 tentang Pemanfaatan Aspal Buton untuk Pembangunan dan Pemeliharaan Jalan Provinsi dan Kabupaten mewajibkan penggunaan aspal buton minimal 50 persen. Sejumlah arahan Gubernur Sultra Ali Mazi terkait penggunaan aspal buton juga tidak terealisasi.
Saat ini, Yudi melanjutkan, pihaknya berharap banyak pada produksi terbaru aspal buton, yaitu aspal buton murni Performance Grade (PG) 70. Kualitas aspal ini bisa menggantikan hingga 100 persen aspal minyak, dengan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) hingga 90 persen.
Salah satu rencana paling dekat adalah uji coba di pengaspalan beberapa titik jembatan di ruas proyek jalan Toronipa-Kendari. Pengaspalan menggunakan aspal buton PG 70 tersebut menjadi titik tolak untuk penggunaan aspal yang sama di tahun depan.
”Selain kualitas, ke depannya tentu adalah harga. Sebagai pengguna, daerah berharap agar harga aspal berkualitas baik tersebut bisa bersaing sehingga tidak ada kendala dalam penggunaan hingga pelaporan. Untuk kabupaten/kota di Sultra, kami belum terima laporan utuhnya seberapa banyak penggunaan aspal buton di 2022 ini,” ucap Yudi.
Kepala Seksi Preservasi Jalan dan Jembatan Dinas SDA dan Bina Marga Sultra Nurdin menyebutkan, dari semua proyek pengaspalan jalan lingkup Pemprov Sultra di 2022 ini, total penggunaan aspal minyak sebanyak 1.800 ton. Sementara itu, penggunaan aspal B 50/30 sebanyak 2.200 ton.
Meski demikian, Nurdin menjelaskan, dalam aspal buton B 50/30 tersebut, kandungan aspal hanya sekitar 30 persen atau di kisaran 700 ton. Selebihnya adalah kandungan mineral lain yang bukan menjadi pengikat bahan campuran aspal.
Tidak ada yang menjamin kualitas, jadi pelaksana bimbang untuk memakai.
”Secara teknis, dari 2.200 ton pengadaan aspal B 50/30, hanya kisaran 700 ton kandungan aspal yang terpakai. Belum lagi terkait kualitas aspal yang kadang fluktuatif dan membutuhkan perlakuan khusus. Itu yang bikin para pelaksana menjadi bimbang untuk menggunakan aspal buton,” terangnya.
Selain aspal B 50/30, salah satu jenis aspal buton yang digunakan adalah cold paving hot mix asphalt (CPHMA). Pada 2022 ini, 376 ton CPHMA digunakan di Kabupaten Konawe Kepulauan.
”Kalau kandungan aspal B 50/30 ditingkatkan sehingga mayoritas dibanding aspal minyak, sebenarnya bisa. Apalagi, lebih murah dibanding aspal minyak. Tapi itu tadi, tidak ada yang menjamin kualitas, jadi pelaksana bimbang untuk memakai,” ujar Nurdin.
Data Asosiasi Pengembang Aspal Buton Indonesia (Aspabi), pemakaian aspal nasional pada 2021 adalah 888.557 ton, di mana 82,6 persen atau 707.324 ton adalah impor. Nilai impor di kisaran Rp 9,2 triliun. Di bawah itu adalah produksi aspal minyak dari PT Pertamina Cilacap sebanyak 146.527 ton atau 16,5 persen. Terakhir, adalah aspal buton dengan persentase 0,9 persen.
Di satu sisi, aspal buton telah dikenal sejak dulu di Indonesia dan merupakan satu dari dua aspal alam yang ditemukan di dunia. Penggunaan aspal dari wilayah ini bahkan dimulai sejak masa penjajahan Belanda melalui perusahaan Buton Asphalt atau yang dikenal dengan nama Butas. Cadangan aspal di wilayah ini diperkirakan 667 juta ton.
Pada 27 November 2022, Presiden Joko Widodo berkunjung ke Buton. Ia melihat dan mengecek proses pengelolaan aspal yang melimpah dengan stok cadangan sekitar 622 juta ton. Menurut Presiden, saat ini semuanya harus dikerjakan di Buton. Dalam dua tahun ke depan, impor aspal akan dihentikan.
”Silakan, BUMN silakan, swasta silakan, join dengan asing juga silakan. Tetapi kita ingin ada nilai tambah dari aspal yang ada di Buton, karena ada potensi 662 juta ton di sini. Gede sekali. Sehingga kalau setahun impor 5 juta, itu kita kira-kira masih 120 tahun ini bisa kita olah aspal yang ada di sini. Sehingga kita harapkan, Buton hidup kembali sebagai industri penghasil aspal, bukan tambang,” kata Presiden seperti dilansir dari laman Sekretariat Kabinet.
Ketua Aspabi Dwi Putranto menyampaikan, masalah utama penggunaan aspal buton saat ini adalah belum sinerginya antara permintaan dan ketersediaan. Selama beberapa tahun terakhir, produksi aspal buton hanya dilakukan saat ada permintaan.
Terlebih lagi, ia melanjutkan, aspal buton yang ada saat ini secara umum memiliki kualitas di Performance Grade (PG) 70. Kategori ini setara dengan aspal minyak polimer yang saat ini banyak digunakan. Secara harga, aspal buton tidak jauh berbeda dengan aspal minyak, bahkan bisa dikategorikan lebih murah dibandingkan aspal minyak kualitas tinggi.
Oleh sebab itu, ia berharap semua pihak berkomitmen dan fokus menggunakan aspal buton ke depannya. Semua permasalahan dituntaskan dan diselesaikan secara bertahap. Sejalan dengan itu, upaya perbaikan dilakukan dari hulu hingga hilir.