Karapan sapi tak hanya mengobati kerinduan warga Pulau Garam. Momentum ini menjadi pelecut kebangkitan ekonomi setelah pandemi dan mewabahnya penyakit mulut dan kuku pada ternak, terutama sapi.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI, BAHANA PATRIA GUPTA
·5 menit baca
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Joki mengarahkan sapi pada Karapan Sapi Piala Presiden 2022 di Stadion Karapan Sapi RP Moh Noer, Bangkalan, Minggu (16/10/2022). Dalam karapan tersebut dua pasangan sapi akan beradu cepat sejauh 225 meter.
Karapan Sapi Madura Piala Presiden 2022 kembali digelar setelah dua tahun ditiadakan karena pandemi Covid-19. Pesta rakyat tahunan itu tak hanya mengobati kerinduan warga Pulau Garam. Momentum ini menjadi pelecut kebangkitan ekonomi setelah pandemi dan mewabahnya penyakit mulut dan kuku pada ternak terutama sapi.
Ribuan orang memadati Stadion Karapan Sapi Raden Panji Moh Noer, Bangkalan, Jawa Timur, Minggu (16/10/2022). Mereka datang dari berbagai daerah di Pulau Madura dengan menggunakan beragam moda transportasi penumpang umum, pribadi, bahkan angkutan barang, sejak pagi.
Semakin siang, jumlah warga yang datang kian sulit dibendung. Banyak penonton yang berdiri di pinggir lapangan dan tembok stadion bahkan membludak di garis start dan finish. Hal itu tidak hanya mengganggu konsentrasi peserta karapan, tetapi juga membahayakan diri penonton karena rawan tertabrak sapi.
Keriuhan penonton semakin menjadi-jadi saat Saronen, salah satu alat musik tradisional Madura dimainkan, penanda pacuan sapi sejauh 225 meter tersebut segera dimulai. Dalam karapan kali ini, ada 24 pasang sapi terbaik yang menjadi pesertanya. Sapi-sapi itu merupakan perwakilan dari masing-masing kabupaten di Pulau Madura yakni Bangkalan, Pamekasan, Sampang, dan Sumenep.
Sebelum berlomba, pasangan sapi dihias dengan pakaian mewah. Sapi-sapi itu juga mengenakan perhiasan yang mencolok agar tampil memikat saat dikirap keliling arena. Pada saat itu, para pendukung bersorak-sorai memberikan semangat kepada tim jagoannya agar menang. Kemenangan menjadi kebanggaan bagi banyak pihak.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Suasana garis start pada Karapan Sapi Piala Presiden 2022 di Stadion Karapan Sapi RP Moh Noer, Bangkalan, Minggu (16/10/2022). Gelaran bergengsi tersebut diikuti oleh 24 pasang yang merupakan sapi terbaik yang mewakili kabupaten di Pulau Madura.
“Kemenangan yang diraih dari perlombaan jauh melampui nilai hadiah yang didapat. Kemenangan akan membawa kebanggaan bagi pemilik sapi serta desa tempat asal hewan ternak tersebut,” ujar Nasir, kira-kira berusia 30 tahun, salah satu pendukung peserta karapan sapi.
Dia menambahkan, kemenangan dalam pacuan sapi juga akan menaikkan harga ternak hingga mencapai ratusan juta rupiah setiap pasangnya. Harga itu berkali lipat mahalnya dibandingkan sapi ternak biasa yang dijual di kisaran Rp 10 juta hingga Rp 20 juta per ekor.
Kemenangan yang diraih dari perlombaan jauh melampui nilai hadiah yang didapat. Kemenangan akan membawa kebanggaan bagi pemilik sapi serta desa tempat asal hewan ternak tersebut
Sekretaris Daerah Provinsi Jatim Adhy Karyono mengatakan acara karapan sapi mengatakan karapan sapi merupakan warisan leluhur. Pada zaman dulu, kegiatan ini menjadi sarana hiburan masyarakat setelah mereka panen padi. Seiring bergulirnya waktu, karapan sapi berkembang menjadi sebuah pertunjukan seni budaya yang menarik ditonton, menghibur, unik.
“Bagi masyarakat Madura, karapan sapi adalah seni, budaya, sekaligus olahraga. Budaya karapan sapi atau sapi kerap memiliki nilai-nilai kehidupan yang sangat tinggi. Tradisi ini setidaknya mengajarkan tentang kerja keras, kerjasama, persaingan, ketertiban, dan kejujuran atau sportivitas,” kata Adhy saat membuka Karapan Sapi Madura Piala Presiden Tahun 2022.
Makna-makna itu tercermin sejak proses merawat dan melatih sapi untuk karapan. Warga menyakini, sapi yang hebat, kuat, dan tangkas saat bertanding di lapangan hanya bisa dihasilkan apabila peternak bekerja keras, tekun, dan sabar dalam merawat serta melatih hewan ternaknya.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Suasana garis start pada Karapan Sapi Piala Presiden 2022 di Stadion Karapan Sapi RP Moh Noer, Bangkalan, Minggu (16/10/2022).
Oleh karena itulah, karapan sapi harus terus dilestarikan agar nilai-nilai yang terkandung didalamnya tertanam kuat di masyarakat. Selain itu, nilai-nilai budaya karapan sapi bisa diwariskan kepada generasi masa kini dan nanti.
Adhy menambahkan, karapan sapi juga layak dijual sebagai destinasi wisata domestik maupun mancanegara. Oleh karena itulah, pihaknya optimis digelarnya kembali karapan sapi bakal menjadi pelecut bangkitnya ekonomi masyarakat Madura terutama disektor pariwisata.
Karapan sapi diyakini menarik banyak pengunjung untuk datang. Kedatangan wisatawan akan menggeliatkan lagi ekonomi masyarakat lokal yang sebelumnya kurang bergairah bahkan mengalami krisis karena dampak pandemi Covid-19. Sektor pariwisata memiliki dampak luar biasa terutama terhadap pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) seperti penjual makanan, minuman, dan souvenir.
“Hadirkan inovasi setiap tahun agar karapan sapi selalu menarik bagi wisatawan lokal dan mancanegara. Pulau Madura memiliki empat kabupaten yakni Bangkalan, Pamekasan, Sampang, dan Sumenep. Melihat animo masyarakat yang tinggi, setiap kabupaten bisa menggelar karapan sapi,” ujar Adhy.
Adhy menambahkan, acara karapan sapi juga bisa dijadikan pintu masuk untuk mengenalkan beragam potensi sumber daya alam Madura kepada masyarakat luar. Manurutnya, Madura memiliki banyak obyek wisaya pantai yang menarik dan masih alami. Salah satunya, Pulau Gili Iyang yang memiliki kadar oksigen terbaik di Indonesia bahkan terbaik kedua di dunia setelah Laut Mati di Yordania.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Petani memanen garam di Desa Lembung, Kecamatan Galis, Pamekasan, Jawa Timur, Jumat (16/9/2011). kebutuhan garam nasional tahun 2011 untuk garam konsumsi sebesar 1,6 juta ton sebagian besar ditutupi dari Pulau Madura.
Madura juga dikenal sebagai produsen garam konsumsi dan garam industri, penghasil rumput laut, serta produsen sapi nasional. Populasi sapi di Madura tercatat sekitar 1 juta ekor dan terbanyak diternakkan di Pulau Sapudi, Kabupaten Sumenep.
Kepala Bakorwil Pamekasan Muhammad Gunawan Saleh mengatakan karapan sapi juga menjadi momentum untuk menaikkan kembali pamor sapi Madura dan memulihkan kepercayaan diri peternak setelah hampir setahun didera wabah penyakit mulut dan kuku.
“Acara karapan sapi ini sempat menghadapi tantangan pandemi Covid-19 yang melarang terjadinya kerumunan dan wabah PMK yang mengancam kesehatan hewan ternak. Hal itu terjadi karena 80 persen sapi di Madura terkena PMK,” kata Gunawan.
Pemprov Jatim, lanjut Gunawan, kemudian mengintervensi wabah PMK agar segera teratasi. Pemprov juga memberikan bantuan kepada peternak untuk menjaga kelangsungan usaha mereka ditengah ancaman PMK yang virusnya cepat menyebar dan berdampak mematikan bagi ternak.
Bantuan itu antaralain berupa layanan pengobatan hewan ternak secara gratis dan pemberian vaksin PMK. Intervensi yang tepat itu berdampak signifikan dalam memulihkan kondisi kesehatan sapi di Madura. Namun demikian, kewaspadaan tetap dilakukan untuk mencegah PMK kembali mewabah.
Caranya, sapi yang menjadi peserta karapan harus dalam kondisi sehat dan mendapatkan rekomendasi kesehatan hewan dari veteriner setempat. Selain itu sapi harus sudah divaksin PMK minimal mendapatkan penyuntikan dosis pertama.
Karapan sapi telah menjadi identitas budaya bagi masyarakat Madura, bahkan bangsa Indonesia. Warisan leluhur ini harus terus dijaga agar memiliki resiliensi tinggi dalam menghadapi tantangan yang terus berdatangan seperti pandemi Covid-19 dan wabah PMK.