Seni Tradisi Berpotensi Menjadi Pijakan Berbagai Inovasi
Seni tradisi berkontribusi dalam proses penciptaan karya seni baru. Dalam sarasehan seni serangkaian Festival Seni Bali Jani (FSBJ) 2022, seniman penting mengetahui dan memahami tradisi sebagai modal inovasi.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·2 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Inovasi dan penciptaan karya baru dalam berkesenian tidak bisa lepas dari pengaruh seni tradisi. Oleh karena itu, dibutuhkan peran semua pihak untuk terus mempertahankan eksistensi kelompok seni tradisi.
Demikian benang merah dari diskusi serangkaian sarasehan atau timbang rasa dengan topik ”Kreativitas Tari Bali dari Tradisi ke Modern: Upaya Penciptaan Baru”, yang diselenggarakan di Gedung Citta Kelangen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar dan dalam jaringan (daring), Minggu (16/10/2022). Acara ini bagian dari Festival Seni Bali Jani IV 2022.
Salah satu pembicara, produser seni Restu Imansari Kusumaningrum, menyatakan, seni tradisi, khususnya tari, berkontribusi besar dalam proses penciptaan karya seni baru. Melalui telekonferensi, Restu mengungkapkan dasar-dasar tari tradisi di Bali dan Jawa. Beberapa di antaranya, agem (sikap atau gerak), tandang (gaya), dan tangkep (ekspresi), dinilai berpengaruh kuat dalam seni tari modern dan inovatif.
Restu Imansari Kusumaningrum, koreografer dan juga pendiri Yayasan Bali Purnati, mengatakan, tradisi menjadi inspirasi atau sumber gagasan seni kreasi baru. Dia memaparkan, dari pengalamannya, karya-karyanya berproses dari eksplorasinya terhadap tradisi, termasuk gagasan, nilai, ataupun fisiknya.
Menurut Restu, pencipta karya seni baru seharusnya memahami dan menguasai seni tradisi. Restu menyatakan, seni tradisi banyak dihidupkan dan dilestarikan komunitas-komunitas seni di desa atau di banjar (sekaa gong) di Bali.
”Saya meminta pemerintah memberikan subsidi kesenian kepada sekaa gong,” kata Restu menegaskan.
Pembicara lainnya, akademisi serta peneliti seni tari dan pertunjukan Carmencita Palermo, mengungkapkan, tidak sedikit seniman Barat, baik dari Eropa maupun Amerika, mencari inspirasi ke timur, terutama Asia. Padahal, di Eropa terdapat tari tradisi, misalnya balet.
”Mereka mencari elemen-elemen baru, inspirasi dari tari dan seni tradisi di Asia untuk inovasi dalam pertunjukan mereka,” kata Carmencita secara telekonferensi dalam sarasehan tersebut.
Dalam diskusi, pandangan dari kedua pembicara, yaitu Carmencita dan Restu, dipertajam para peserta. Beberapa di antaranya budayawan dan akademisi Diane Butler serta koreografer Eko Supriyanto.
Diane mengungkapkan, kreativitas adalah hal luar biasa dan mampu menghasilkan hal-hal baru. Menurut dia, seniman muda tidak perlu meninggalkan tradisi karena pengetahuan dan pemahamannya terhadap tradisi. Semua menjadi modal dalam berinovasi dan berkreasi.
Sementara itu, Eko berpandangan seniman tidak mendebatkan dikotomi antara tradisi, modern, ataupun kontemporer dalam proses kreatif. Alasannya, pembedaan tersebut merupakan diksi dan gagasan. Menurut Eko, pembedaan antara seni tradisi, seni modern, dan seni kontemporer juga mengenai cara pandang dan penempatan seni tersebut.