Jenazah Empat Pekerja di Teluk Bintuni Dievakuasi, Satu Pekerja Belum Ditemukan
Pekerja jalan yang menjadi korban serangan kelompok kriminal bersenjata di Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat, sebanyak 14 orang. Empat pekerja tewas dalam insiden ini dan seorang pekerja belum ditemukan hingga kini.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Tim gabungan TNI dan Polri berhasil mengevakuasi jenazah empat pekerja jalan yang menjadi korban serangan kelompok kriminal bersenjata di Kampung Mayerga, Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat, Jumat (30/9/2022). Sementara itu, seorang pekerja belum ditemukan hingga saat ini.
Kepala Kepolisian Daerah Papua Barat Inspektur Jenderal Daniel Silitonga, saat dihubungi, mengatakan, tim gabungan Kepolisian Resor Teluk Bintuni dan TNI tengah dalam perjalanan membawa jenazah empat pekerja yang tewas akibat serangan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Kampung Mayerga pada Kamis (29/9/2022). Perjalanan dari Bintuni ke Mayerga memakan waktu sekitar 5 jam karena kondisi geografis yang sangat sulit.
Peristiwa ini terungkap ketika anggota TNI di Pos Satgas Satuan Organik Yonif RK 136/TS mendapatkan informasi dari warga pada pukul 18.20 WIT. Warga yang melaporkan peristiwa itu mengaku mendengar beberapa kali bunyi tembakan di dekat lokasi kejadian.
Ia pun menyatakan, pelaku yang terlibat dalam aksi adalah KKB pimpinan Arnoldus Yancen Kocu. Kelompok ini sebelumnya sering kali melakukan aksi kekerasan di sejumlah kabupaten di Papua Barat.
”Saya telah berkoordinasi dengan Panglima Kodam XVIII/Kasuari dalam menerjunkan tim gabungan untuk menangkap para pelaku. Mereka harus bertanggung jawab atas perbuatannya secara hukum,” ujar Daniel.
Sementara itu, Kepala Bidang Humas Polda Papua Barat Komisaris Besar Adam Erwindi, saat dihubungi dari Jayapura, mengatakan, jumlah pekerja yang menjadi korban serangan dalam peristiwa ini bukanlah 12 orang. Dari hasil pendataan terakhir, jumlah pekerja yang berada di lokasi kejadian sebanyak 14 orang.
Adapun identitas empat korban tewas adalah Abas, Yafet, Darmin, dan Armin. Sementara sembilan pekerja yang selamat adalah Kusnadi, Renol Ulimpa, Irson, Agung, Muksin, Ruslan, Sitinjak, Halim, dan Om Kumis.
”Identitas satu pekerja yang belum ditemukan adalah seorang wanita berusia 28 tahun bernama Reva. Hingga saat ini tim masih berupaya menemukan Reva di sekitar lokasi kejadian,” ucap Adam.
Adam menambahkan, pihaknya sudah mengetahui nama-nama pelaku berdasarkan keterangan saksi dan data di lapangan. Upaya pengejaran terhadap para pelaku sudah dilaksanakan saat ini.
Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) Sebby Sambom menegaskan, pihaknya bertanggung jawab dalam penyerangan para pekerja jalan Trans-Kabupaten Teluk Bintuni-Kabupaten Maybrat itu. Aksi ini dipimpin oleh Arnoldus Yancen Kocu selaku pimpinan operasi OPM Wilayah IV Sorong.
Perbuatan mereka tidak akan mendapatkan simpati dari publik internasional dan dicap sebagai aksi yang sadis dan tidak berperikemanusiaan.
Ia menyatakan, OPM pimpinan Arnoldus membunuh empat pekerja dan melukai seorang pekerja lainnya dalam aksi ini. Pembunuhan empat warga ini karena dinilai sebagai anggota intelijen pihak keamanan yang menyamar sebagai pekerja jalan.
”OPM menyerang para pekerja ini karena kedapatan membawa senjata api. Mereka adalah anggota intelijen yang memantau pergerakan OPM,” ujar Sebby.
Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Perwakilan Wilayah Papua Frits Ramandey menyatakan sungguh menyayangkan penyerangan terhadap para pekerja jalan di Teluk Bintuni yang dilakukan oleh kelompok sipil bersenjata. Ia menilai aksi tersebut sebagai pelanggaran hak asasi manusia dan tindakan kriminalitas sehingga pihak keamanan bisa mengambil upaya penegakan hukum.
Sebelumnya, KKB menyerang prajurit TNI AD dari Batalyon Zeni Tempur 20/Pawbili, Pelle Alang, yang sedang membangun jembatan di Distrik Aifat Timur Tengah, Kabupaten Maybrat, Papua Barat, pada 20 Januari 2022. Insiden tersebut menyebabkan satu prajurit gugur dan tiga prajurit lainnya luka-luka.
”Perbuatan mereka tidak akan mendapatkan simpati dari publik internasional dan dicap sebagai aksi yang sadis dan tidak berperikemanusiaan. Komnas HAM akan menginvestigasi peristiwa ini dengan mengambil keterangan dari para korban yang selamat,” ujar Frits.