Harga Anjlok, Petani dan Pedagang di Gayo Buang Tomat
Bukan hanya kali ini, tahun lalu petani juga membiarkan tomat membusuk di batang dan pedagang membuang tomat lantaran tidak diserap pasar. Kondisi ini berpotensi terus berulang jika tidak ada solusi dari para pihak.
Oleh
ZULKARNAINI
·4 menit baca
SABARDI UNTUK KOMPAS
Tomat yang dibuang ke bak sampah di Kabupaten Bener Meriah, Aceh, Senin (26/9/2022). Panen yang melimpah membuat tomat tidak terserap pasar sehingga harga anjlok.
BANDA ACEH, KOMPAS — Memasuki musim panen raya, harga tomat di tingkat petani di daerah Gayo, Kabupaten Bener Meriah, dan Aceh Tengah, Aceh, anjlok. Sebagian tomat tidak terjual sehingga dibuang ke tempat penampungan sampah.
Ketua Asosiasi Pedagang Sayur Bener Meriah Sabardi, yang dihubungi Senin (26/9/2022), dari Banda Aceh mengatakan, saat ini musim panen raya tiba. Panen serentak membuat stok tomat membeludak. Para pedagang tidak mampu menampung semua hasil panen.
”Kami para pedagang bingung mau jual ke mana. Banyak tomat membusuk di gudang,” kata Sabardi.
Sabardi mengatakan, harga tomat di tingkat petani kini Rp 1.000-Rp 1.500 per kilogram (kg). Padahal, bulan lalu harga masih bertengger pada angka Rp 2.500-Rp 4.000 per kg. Penurunan harga karena panen serentak, sementara hasil panen tidak terserap pasar.
”Permintaan tidak naik, sementara panen terus bertambah. Tomat tidak bisa disimpan terlalu lama, tiga hari sudah busuk, terpaksa kami buang ke tempat sampah,” ujar Sabardi.
Dalam rekaman video yang dikirimkan Sabardi terlihat warga membuang tomat ke dalam bak sampah. Tomat itu dimasukkan ke dalam kotak kayu untuk diangkut ke luar Gayo. Namun, lantaran tidak ada permintaan, barang menumpuk.
Bukan hanya kali ini, tahun lalu petani membiarkan tomat membusuk di batang dan pedagang membuang tomat lantaran tidak diserap pasar. Kondisi ini berpotensi terus berulang jika tidak ada solusi dari para pihak.
Sabardi mengatakan, hasil panen raya 200 ton lebih. Kemampuan pasar menyerap hasil panen jauh di bawah itu. Menurut Sabardi, dibutuhkan gudang pendingin atau cold storage penyimpanan hortikultura. Apabila ada cold storage, hasil panen dapat disimpan dan baru dikeluarkan saat ada permintaan pasar. Gudang penyimpanan jamak digunakan dalam usaha pertanian dan perikanan.
Bener Meriah dan Aceh Tengah merupakan sentra produksi komoditas hortikultura. Menurut catatan Badan Pusat Statistik Aceh, 2019, dua kabupaten bertetangga itu memproduksi 400 ton tomat, lebih dari separuh dari produksi tomat Aceh.
”Pemerintah jangan diam melihat nasib petani dan pedagang seperti ini. Harga bahan bakar minyak, obat-obatan, dan pupuk naik, sementara harga tomat malah turun. Selamatkan petani dan pedagang,” ujar Sabardi.
Tahun lalu, petani dan pedagang melakukan aksi ke gedung Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Bener Meriah, namun hingga kini belum ada solusi dari pemerintah setempat. ”Kami butuh pemerintah yang cepat tanggap, ini menyangkut dengan pendapatan petani, pedagang, dan pendapatan daerah,” ujar Sabardi.
Menurut Sabardi, Bener Meriah dan Aceh Tengah membutuhkan cold storage berkapasitas besar, di atas 200 ton. Selain untuk menampung produksi tomat, alat itu juga dapat menampung produk hortikultura lainnya.
Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Pangan Aceh Cut Yusminar mengatakan, harga jual tomat di tingkat petani memang sedang jatuh. Pemerintah provinsi sedang berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten setempat untuk mencari jalan keluar.
Cut mengatakan, salah satu upaya cepatnya ialah dengan memberikan subsidi biaya angkut. Selain itu, cold storage yang telah ada di sana, meski skala kecil, juga dapat difungsikan kembali.
SABARDI UNTUK KOMPAS
Pedagang saat berada di temat penampungan tomat di Kabupaten Bener Meriah, Aceh, Senin (26/9/2022). Panen yang melimpah membuat tomat tidak terserap pasar sehingga harga anjlok.
Cut telah berkoordinasi dengan Badan Pangan Nasional (Bapanas) melalui telepon, tetapi karena tomat tidak termasuk dalam 11 komoditas pangan pokok, tidak serta-merta dapat diakomodasi.
”Namun, Bapanas meminta bersurat secara resmi estimasi berapa ton yang mau dikirim dan tujuannya ke mana,” ujar Cut.
Di samping itu, Cut berharap ada usaha kecil menengah di Bener Meriah dan Aceh Tengah berinisiatif mengolah tomat menjadi makanan ringan atau saus sehingga tomat petani terselamatkan.
Anggota Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Aceh Bidang Pertanian dan Ekonomi, Rijaluddin, mengatakan, Pemprov Aceh serta Pemkab Bener Meriah dan Aceh Tengah harus berkomitmen mencari solusi agar petani tidak selalu menjadi kelompok yang menerima dampak.
Rijaluddin mengatakan, pemerintah harusnya dapat menjembatani petani dengan industri yang memakai tomat sebagai bahan baku, misalnya pabrik saus. Dengan demikian, hasil panen petani dapat ditampung oleh industri.
Solusi jangka pendek, menurut Rijaluddin, perlu dibangun cold storage yang memadai dan dikelola dengan baik. ”Persoalannya pada komitmen bersama antara pemprov dan pemkab,” katanya.