Pembangkit Listrik Tenaga Bayu Disiapkan untuk Meningkatkan Bauran Energi di Kalsel
Pembangunan pembangkit listrik tenaga bayu menjadi salah satu prioritas dalam upaya meningkatkan bauran energi dari pemanfaatan energi baru terbarukan di Kalimantan Selatan.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·5 menit baca
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO (WAK)
Deretan kincir angin pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) menghiasi puncak bukit di Dusun Tanarara, Desa Maubokul, Kecamatan Pandawai, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, Rabu (3/2/2021).
MARTAPURA, KOMPAS — Penggunaan energi baru terbarukan atau EBT di Kalimantan Selatan baru mencapai 13,37 persen dari konsumsi energi listrik sebesar 718,9 megawatt. Pemerintah daerah menargetkan bauran energi dari pembangkit EBT bisa mencapai 19,05 persen pada 2025. Untuk itu, pembangunan pembangkit listrik tenaga bayu atau angin menjadi salah satu prioritas.
Kepala Bidang Energi sekaligus Pelaksana Tugas Kepala Bidang Ketenagalistrikan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kalsel Sutikno mengatakan, sekitar 4,3 juta jiwa atau 1,2 juta keluarga di Kalsel sudah banyak yang menikmati energi listrik. Hal itu karena capaian elektrifikasi di Kalsel sudah mencapai 99,25 persen.
Namun, penggunaan energi listrik terbesar saat ini masih berasal dari pembangkit tenaga fosil, yakni 622 megawatt (MW). Dalam waktu dekat juga ada penambahan energi listrik 2 x 100 MW dari Unit 5 dan Unit 6 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Asam Asam di Kecamatan Jorong, Kabupaten Tanah Laut.
”Untuk mengimbangi penggunaan fosil, pemerintah daerah mengupayakan agar segera terealisasi pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) berkapasitas 70 MW di Tanah Laut,” kata Sutikno dalam diskusi publik mengenai pengembangan EBT dalam mendukung pelayanan publik di sektor kelistrikan. Diskusi diselenggarakan Yayasan WCDS di Gambut, Kabupaten Banjar, Rabu (14/9/2022).
KOMPAS/JUMARTO YULIANUS
Acara diskusi publik mengenai pengembangan energi baru terbarukan (EBT) dalam mendukung pelayanan publik di sektor kelistrikan di Gambut, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Rabu (14/9/2022).
Berdasarkan Peraturan Daerah Kalsel Nomor 1 Tahun 2020 tentang Rencana Umum Energi Daerah, bauran energi di Kalsel ditargetkan mencapai 24,7 persen pada 2050 dengan total energi mencapai 8.700 MW atau 8,7 gigawatt (GW). Untuk itu, Kalsel harus memiliki pembangkit EBT berkapasitas 2.148,9 MW.
Saat ini, penggunaan EBT di Kalsel berasal dari energi biomassa sebesar 54 MW, tenaga air 30 MW, biogas 8,6 MW, dan tenaga surya 1,16 MW. ”Untuk tenaga bayu masih nol. Padahal, potensi yang ada di Tanah Laut 1.400 MW. Rinciannya, tekanan angin 6-8 meter per detik sebesar 800 MW dan tekanan angin 4-6 meter per detik sebesar 600 MW,” katanya.
Menurut Sutikno, Kalsel berpeluang mencapai target penggunaan EBT sebesar 2.148,9 MW pada 2050 sesuai rencana umum energi daerah karena memiliki potensi EBT sebesar 3.270 MW. Sumber EBT itu adalah angin, air, matahari, panas bumi, serta biomassa dari limbah kelapa sawit, karet, dan akasia.
General Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah (UIW Kalselteng) Tonny Bellamy dalam sambutan yang disampaikan Manajer PT PLN Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Banjarmasin Muhammad Arif Fikri mengatakan, PLN juga terus berkomitmen untuk melakukan transisi energi bersih di Tanah Air sebagai upaya menciptakan masa depan yang lebih baik.
Melalui semangat transformasi, khususnya pilar green (hijau), PLN saat ini tengah gencar melakukan konversi pembangkit yang menggunakan energi fosil, seperti pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) menjadi pembangkit yang menggunakan energi terbarukan, seperti pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dengan total potensi daya konversi se-Indonesia 2 GW.
”Program tersebut sudah berjalan sejak 2020 dan sampai dengan data terakhir total kapasitas pembangkit EBT PLN sebesar 7.954 MW atau 12,6 persen dari target 17.110 MW atau 23 persen dari total pembangkit yang dimiliki pada 2025 nanti,” katanya.
KOMPAS/JUMARTO YULIANUS
Paparan dalam acara diskusi publik mengenai pengembangan energi baru terbarukan atau EBT dalam mendukung pelayanan publik di sektor kelistrikan di Gambut, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Rabu (14/9/2022).
Konversi PLTD
Di PLN Kalselteng, menurut Tonny, sudah disusun Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) untuk mendukung program PLN pusat terkait dengan konversi PLTD. PLN UIW Kalselteng sudah melakukan konversi 11 PLTD di Kalsel dan Kalteng. PLTD itu beralih menggunakan PLTS dengan potensi daya konversi sebesar 5.187 kilowatt (KW) dan ditargetkan pada 2024 nanti PLTD di Kalselteng sudah 100 persen beralih menggunakan EBT.
Kelistrikan Kalselteng saat ini juga ditopang pembangkit EBT, yakni dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Pangeran Muhammad Noor berkapasitas 30 MW di Kalsel dan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) SMM dan MAS berkapasitas 3,4 MW di Kalteng. ”Ke depan, untuk memperkuat komitmen PLN pada EBT akan dibangun PLTB berkapasitas 70 MW di Kalsel,” ujarnya.
Gubernur Kalsel Sahbirin Noor dalam sambutan yang disampaikan Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia Sekretariat Daerah Kalsel Husnul Khatimah mengatakan, Kalsel memiliki berbagai energi alternatif yang dapat digunakan sebagai penghasil listrik, misalnya Bendungan Tapin yang baru diresmikan pada 2021 dengan potensi energi listrik sebesar 3,3 MW. Energi dari sampah di TPA Basirih juga dapat dimanfaatkan sebagai energi terbarukan.
”Potensi besar EBT akan memberikan peluang besar, khususnya bagi sektor kelistrikan di Kalsel. Bahkan, sektor ini membuka peluang lapangan kerja yang cukup besar,” katanya.
Berdasarkan riset International Renewable Energy Agency (IRENA), pada 2050 akan ada lebih dari 6,5 juta peluang kerja di bidang EBT di Asia Tenggara. ”Melalui kontribusi pengembangan EBT, kita tidak hanya akan meningkatkan potensi sektor kelistrikan, tetapi juga berperan dalam memitigasi dampak-dampak perubahan iklim yang kian nyata terjadi di berbagai belahan dunia,” ujar Sahbirin.
KOMPAS/JUMARTO YULIANUS
Pelampung pembatas area Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Ir Pangeran Mochamad Noor di Waduk Riam Kanan, Desa Tiwingan Lama, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, terlihat menggantung, Selasa (12/11/2019). Waduk seluas lebih kurang 8.000 hektar itu surut akibat kemarau panjang.
Perhatian utama
Dosen Pendidikan Geografi Universitas Islam 45 Bekasi (Unisma Bekasi), Rasminto, mengatakan, penggunaan EBT harus menjadi perhatian utama pemerintah Indonesia. Hal itu bukan hanya sebagai upaya untuk mengurangi pemakaian energi fosil, melainkan juga untuk mewujudkan energi bersih atau ramah lingkungan.
”Potensi EBT yang dimiliki Indonesia sangat berlimpah. Setiap orang harus menjaga kelestarian alam melalui aplikasi teknologi mikrohidro sebagai alternatif energi terbarukan,” katanya.
Menurut anggota Ombudsman RI, Hery Susanto, EBT dan kendaraan listrik akan menjadi salah satu faktor yang bakal memengaruhi tatanan perekonomian di masa depan. Setidaknya ada empat industri yang akan sangat berkembang besar dalam ekonomi global, yaitu daring (online), kecerdasan buatan (artificial intelligent), kendaraan listik, dan EBT.
”Tantangan terbesar adalah memberikan akses energi kepada semua lapisan masyarakat dengan harga terjangkau sesuai sila kelima, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kami dari Ombudsman akan mengawasi pelayanan publik di sektor energi,” katanya.