Sederet Syarat Sebelum Mengadopsi Kucing Peliharaan
Kucing-kucing liar dengan kondisi memprihatinkan masih kerap ditemukan di DI Yogyakarta. Kepedulian masyarakat untuk mengadopsi kucing sangat dibutuhkan. Ada syarat praadopsi yang perlu dipenuhi agar kedua pihak bahagia.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·5 menit baca
Kucing-kucing liar dengan kondisi memprihatinkan masih kerap ditemukan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Oleh karena itu, kepedulian masyarakat untuk mengadopsi dan memelihara kucing-kucing itu masih sangat dibutuhkan. Namun, sebelum mengadopsi kucing, ada sederet syarat yang harus diperhatikan.
Sejak tahun 2016, Waji Rahayu (43) terlibat dalam upaya penyelamatan kucing liar di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Selama enam tahun terakhir, ratusan kucing diselamatkan perempuan yang akrab dipanggil Yayuk itu. Sebagian besar kucing tersebut kemudian diadopsi oleh orang lain.
Yayuk adalah pendiri komunitas Oye Cat Rescue dan Cat Lovers Jogja. Dia juga merupakan pemilik Oye Petshop and Grooming yang berlokasi di Kelurahan Kricak, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta.
Meski kerap menghibahkan kucing untuk diadopsi orang lain, Yayuk menyatakan, dirinya tak sembarangan saat menyerahkan kucing untuk diadopsi. Ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi oleh mereka yang berminat melakukan adopsi.
Syarat utama adalah orang yang akan mengadopsi itu merupakan warga lokal yang berdomisili di DIY dan tidak tinggal di indekos. Hal itu untuk menghindari kemungkinan kucing ditinggal dalam jangka waktu lama. Apalagi, tidak semua orang memiliki kepedulian untuk menitipkan kucing ke tempat penitipan hewan.
”Saya tidak ingin kucing yang diadopsi nantinya justru berisiko kelaparan dan diabaikan saat ditinggalkan pemiliknya pulang kampung,” ujar Yayuk saat ditemui.
Syarat lainnya, orang yang ingin mengadopsi itu harus sudah bekerja sehingga memiliki penghasilan untuk membeli pakan dan merawat kucing. Calon pengadopsi juga harus memastikan semua orang yang tinggal serumah dengannya tidak alergi atau membenci kucing.
Mereka yang akan mengadopsi kucing juga harus peduli benar tentang masalah kesehatan binatang peliharaannya. ”Ketika kucing menunjukkan gejala sakit apa pun, pemiliknya harus tahu, peduli, dan langsung membawanya ke dokter hewan atau klinik terdekat,” tutur Yayuk.
Pengadopsi juga harus mendukung program sterilisasi kucing. Untuk memudahkan sterilisasi, Yayuk dan teman-temannya di Cat Lovers Jogja bisa membantu untuk membiayai sterilisasi di klinik terdekat.
Sebagian kucing yang dihibahkan Yayuk untuk diadopsi adalah kucing liar yang ditemukannya dalam kondisi telantar atau sakit. Sebagian binatang itu kemudian dirawat dan dipelihara Yayuk di rumahnya. Setelah pulih, kucing-kucing tersebut baru diadopsi oleh orang lain.
Saya tidak ingin kucing yang diadopsi nantinya justru berisiko kelaparan dan diabaikan saat ditinggalkan pemiliknya pulang kampung.
Menurut Yayuk, sebagian besar kucing liar yang diselamatkannya itu diadopsi oleh teman-temannya. Oleh karena itu, sebagian besar proses adopsi itu tidak bermasalah. Namun, Yayuk juga pernah bertemu dengan orang yang ingin mengembalikan kucing yang sebelumnya diadopsi.
Hal itu biasanya terjadi karena si pemilik tidak lagi menyukai kucing tersebut karena dianggap tidak lagi lucu dan menggemaskan setelah tumbuh besar. Alasan lainnya, kucing tersebut dianggap bermasalah karena sering mengganggu dan merusak barang atau sering sakit sehingga dianggap merepotkan.
Saat bertemu dengan orang-orang seperti itu, Yayuk biasanya akan langsung meminta kucing yang diadopsi untuk dikembalikan. ”Saya tidak ingin memperpanjang urusan dengan orang yang tidak mau bertanggung jawab. Lebih baik saya langsung meminta kembali kucing itu,” ujarnya.
Mengantar langsung
Penerapan sejumlah syarat untuk adopsi kucing juga diberlakukan komunitas Kucing UGM yang aktif memberi makan kucing-kucing liar di kampus Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Salah satu syarat itu adalah pernah memelihara binatang peliharaan sebelumnya.
Calon pengadopsi juga harus memiliki kepekaan dan peduli dengan kesehatan hewan peliharaannya. Dengan demikian, apabila kucing yang diadopsi sakit, sang pemilik bersedia segera membawanya ke klinik atau dokter hewan.
”Biasanya, segala pertanyaan menyangkut kesiapan memelihara kucing tersebut kami tanyakan saat sesi wawancara langsung dengan calon pengadopsi,” ujar Wakil Ketua Kucing UGM Valerina Ernanda Danisa Mantari.
Valerina menuturkan, sejak berdiri tahun 2019, Kucing UGM sudah melepas lebih dari 10 ekor kucing untuk diadopsi. Para pengadopsi kucing-kucing itu juga merupakan relawan Kucing UGM sehingga kucing-kucing tersebut terawat dengan baik.
Komunitas Edupets Jogja juga menerapkan sejumlah persyaratan bagi orang-orang yang ingin mengadopsi kucing. Para calon pengadopsi itu harus menunjukkan identitas secara jelas dengan memberikan fotokopi kartu identitas. Mereka juga harus berkomitmen mendukung sterilisasi kucing dan peduli kesehatan hewan peliharaan.
Pendiri Edupets Jogja, Ary Agustina Rahayu, menuturkan, para sukarelawan komunitas itu biasanya mengantar langsung kucing ke rumah calon pengadopsi. Hal itu dilakukan agar para sukarelawan mengetahui secara persis bagaimana kondisi rumah calon pengadopsi.
”Sekalian mengantar, pemberi kucing bisa melihat langsung situasi dan kondisi rumah pengadopsi. Apakah dia memelihara binatang-binatang lain yang berbahaya dan apakah keluarga pengadopsi menyambut baik kucing tersebut atau tidak,” kata Ary.
Sejak berdiri tahun 2019, Kucing UGM sudah melepas lebih dari 10 ekor kucing untuk diadopsi.
Masih dibutuhkan
Kepedulian untuk mengadopsi dan merawat kucing sangat dibutuhkan karena masih banyak kucing liar yang telantar, termasuk di DIY. Menurut Yayuk, dirinya masih kerap menemukan kucing telantar yang berada di sekitar rumahnya. Bahkan, sebagian kucing tersebut sengaja diletakkan di depan rumahnya.
”Kucing-kucing itu ada yang diletakkan dalam kardus-kardus di depan rumah. Bahkan, ada kucing yang sengaja dikirimkan ke saya melalui jasa pengiriman paket dari ojek daring,” ungkap Yayuk.
Yayuk menyebut, ”paket kucing” yang pernah diterimanya itu berisi tiga ekor anak kucing yang tampak baru beberapa hari dilahirkan. Tiga ekor anak kucing dimasukkan ke dalam kardus, lalu dikirim ke rumahnya. Namun, Yayuk tak tahu pasti siapa yang mengirim paket itu karena sopir ojek daring yang mengantar enggan memberi tahu.
Selain Yayuk, Ary juga sering menemukan kucing-kucing dalam kondisi perlu diselamatkan. Sebagian kucing itu kemudian diadopsinya. Saat ini, Ary memelihara 18 ekor kucing, termasuk seekor kucing yang satu kakinya telah diamputasi sehingga hanya memiliki tiga kaki.
Menurut Ary, kucing itu awalnya ditemukan oleh orang lain dalam kondisi terperosok di dalam selokan. Kucing itu sempat dipelihara oleh orang yang menemukan, tetapi ternyata menderita luka parah di salah satu kaki depannya.
Ary lalu membawa kucing itu ke dokter untuk diperiksa. Setelah dicek kondisinya, salah satu kaki kucing itu harus diamputasi. ”Kucing itu saya beri nama Tilu untuk mengingatkan kondisinya yang sekarang berkaki tiga atau telu dalam bahasa Jawa,” tutur Ary.