Komunitas-komunitas peduli kucing liar bermunculan di Yogyakarta. Tanpa dibayar, mereka aktif memberi makan, melakukan sterilisasi, juga menyelamatkan kucing liar yang sakit. Inisiatif ini berdampak baik untuk kota.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·5 menit baca
Digerakkan oleh kasih sayang terhadap sesama makhluk Tuhan, komunitas-komunitas peduli kucing liar bermunculan di Yogyakarta. Tanpa dibayar, para anggota komunitas itu aktif memberi makan kucing liar, melakukan sterilisasi, hingga menyelamatkan kucing telantar yang sakit. Dampaknya, tidak hanya kucing liar urban yang terawat, tetapi kota pun lebih ramah bagi semua pihak, termasuk kucing dan manusia.
Suasana senyap terasa di Pasar Demangan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Rabu (20/7/2022) pukul 20.00. Aktivitas perdagangan di pasar itu sudah terhenti sekitar tiga jam sebelumnya. Namun, Alfin (23) masih berjalan mencari sisa-sisa kehidupan di lorong-lorong gelap pasar tersebut.
Sambil berjalan, dia mengguncang-guncangkan kantong plastik yang dipegangnya hingga menimbulkan suara. Tak lama kemudian, empat kaki kecil berjalan mengikuti. Saat tersadar ada yang mengikuti, Alfin pun menoleh ke belakang. ”Hai, Lessy,” ujarnya.
Lessy adalah seekor kucing kampung dengan warna campuran coklat, hitam, dan putih. Begitu melihat kucing itu, Alfin membuka wadah plastik yang dibawanya, lalu menuangkan butir-butir dry food atau pakan kering kucing ke atas sebuah piring. Lessy pun langsung memakan pakan kering itu. Tak lama kemudian, tiga ekor kucing lain bergabung.
Alfin merupakan sukarelawan komunitas Peduli Kucing Pasar (PKP) Jogja yang aktif memberi makan kucing liar yang tinggal di pasar-pasar di Yogyakarta. Meski baru dua bulan menjadi sukarelawan PKP, Alfin sudah hafal kucing-kucing yang ada di Pasar Demangan.
”Jumlahnya sekitar tujuh ekor. Masing-masing memiliki karakter dan warna bulu berbeda,” kata Alfin yang merupakan mahasiswa pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Menurut Alfin, setiap sukarelawan PKP bebas menentukan pasar yang akan dituju untuk melakukan street feeding atau memberi makan kucing-kucing liar. Jadwal street feeding itu diatur bergiliran di antara para sukarelawan.
Selain memberi makan, Alfin juga bertanggung jawab memantau kondisi kesehatan kucing-kucing di Pasar Demangan, lalu melaporkannya kepada pengurus PKP. Suatu kali, Alfin mengaku pernah menemui seekor kucing yang lemas dan berjalan sempoyongan.
Karena di indekosnya tidak boleh memelihara binatang, Alfin pun tak bisa membawa kucing itu pulang. Dia lalu meminta bantuan kepada pengurus PKP untuk mengevakuasi kucing tersebut. ”Sembari menunggu bantuan datang, saya menunggui kucing kecil yang sakit itu dari jam sebelas malam sampai jam satu dini hari,” ujarnya.
Setelah dievakuasi dan diperiksa oleh dokter, kucing tersebut diketahui mengalami keracunan. Sampai sekarang, kucing dari Pasar Demangan itu masih dirawat oleh salah seorang pengurus PKP.
Kucing kampus
PKP merupakan salah satu komunitas yang memiliki kepedulian terhadap kucing-kucing liar di Yogyakarta. Selain PKP, ada beberapa komunitas lain yang aktif melakukan street feeding. Lokasi street feeding pun tidak hanya di pasar, tetapi juga tempat-tempat lain, termasuk kampus.
Di Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta, misalnya, terdapat komunitas Kucing UGM. Komunitas yang berdiri tahun 2019 itu aktif memberi makan kucing-kucing di kampus UGM. Saat ini ada 60 mahasiswa yang menjadi pengurus komunitas itu. Adapun jumlah sukarelawan Kucing UGM, baik yang berasal dari UGM maupun bukan, sekitar 300 orang.
Wakil Ketua Kucing UGM Valerina Ernanda Danisa Mantari (20) menuturkan, berdasar pendataan yang dilakukan komunitas itu, jumlah kucing di kampus UGM mencapai 115 ekor. Mereka tersebar di berbagai bagian kampus UGM.
Saat ini, Kucing UGM biasanya melakukan street feeding setiap akhir pekan. Namun, di luar jadwal rutin itu, tiap anggota Kucing UGM biasa membawa pakan kucing, lalu memberikannya jika bertemu kucing di mana saja dan kapan saja.
Sembari menunggu bantuan datang, saya menunggui kucing kecil yang sakit itu dari jam sebelas malam sampai jam satu dini hari.
Valerina menyebutkan, para petugas di UGM juga memiliki kepedulian tinggi terhadap kucing. ”Banyak anggota satpam di fakultas-fakultas di UGM yang sering membawa pakan sendiri untuk diberikan kepada kucing. Petugas pemadam kebakaran di UGM juga siaga membantu kalau ada kucing yang terjepit di selokan atau enggak bisa turun dari pohon,” katanya.
Ke depan, Kucing UGM juga berencana memasang botol-botol berisi pakan kucing di lingkungan Kampus UGM. Hal itu untuk memudahkan pemberian pakan kepada kucing-kucing di kampus tersebut. ”Dengan penyediaan pakan itu, kami berharap siapa pun mau mengambil dan ikut membantu memberi pakan kucing liar,” ujar Valerina.
Komunitas lain yang memiliki kepedulian pada kucing-kucing liar adalah Sahabat Kucing Jogja (SKJ). Selain memberikan pakan, komunitas itu juga aktif menyelamatkan kucing-kucing liar yang sakit atau terluka karena kecelakaan.
SKJ juga gigih berkampanye agar masyarakat tidak membuang kucing sembarangan. Komunitas ini pun aktif memasang poster larangan membuang kucing di sejumlah tempat. Namun, imbauan untuk tidak membuang kucing itu kerap disepelekan.
”Beberapa kali kami justru menemukan anak kucing yang masih merah atau baru dilahirkan yang dibuang di bawah poster larangan tersebut,” ujar salah seorang sukarelawan SKJ, Istiyani (45).
Sterilisasi
Istiyani menambahkan, melihat banyaknya kucing yang dibuang, SKJ gencar melakukan sterilisasi kucing. Sterilisasi dilakukan melalui kerja sama dengan dokter-dokter di tiga klinik hewan di DIY. Dengan kerja sama itu, biaya sterilisasi kucing yang dilakukan SKJ bisa lebih murah atau bahkan gratis karena dibiayai oleh sumbangan sejumlah pihak.
Upaya sterilisasi kucing juga dilakukan komunitas Edupets Jogja. Pendiri Edupets Jogja, Ary Agustina Rahayu (45), mengatakan, komunitas itu melayani sterilisasi kucing liar secara gratis dengan kuota tertentu. Dalam sebulan, jumlah kucing liar yang bisa disterilisasi secara gratis mencapai tiga hingga enam ekor.
Edupets Jogja juga memiliki klinik hewan yang memberi layanan kesehatan untuk kucing dengan harga murah. Menurut Ary, untuk kucing dengan sakit ringan yang hanya butuh rawat jalan, sang pemilik bisa membayar biaya perawatan dengan nominal seikhlasnya. Selain itu, jika pemilik kucing keberatan, mereka juga bisa membayar dengan sistem cicilan.
”Pemilik kucing bisa mengganti biaya pengobatan yang sudah kami keluarkan dengan sistem cicilan,” ujar Ary.
Meski tidak pernah secara khusus meminta donasi, Ary menyebut, Edupets Jogja kerap menerima sumbangan dalam bentuk uang dan pakan kucing. Pakan kucing itu biasanya diberikan ke komunitas lain yang intens melakukan street feeding. Adapun donasi uang biasa digunakan untuk kebutuhan sterilisasi kucing-kucing liar temuan Edupets Jogja.
Memberi makan, sterilisasi, hingga merawat kucing liar di perkotaan membantu kawasan urban makin ramah pada semua makhluk Tuhan. Di samping itu, upaya-upaya tersebut turut menjaga kesehatan kota dengan mencegah populasi berlebih hewan liar, juga penyebaran berbagai penyakit yang bisa berbahaya tidak saja pada kucing, tetapi juga hewan lain ataupun manusia.