Tut... Tut... Tut... Yuk Belajar Tertib Berkereta Api lewat Dongeng
Anak-anak taman kanak-kanak dan sekolah dasar hanyut dalam cerita dongeng di Stasiun Purwokerto, Jawa Tengah. Lewat dongeng, mereka diajak cinta dan tertib berkereta api sejak dini.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·4 menit baca
Di ruang tunggu Stasiun Kereta Api Purwokerto, Jawa Tengah, ratusan anak taman kanak-kanak dan sekolah dasar berjingkrak-jingkrak mengikuti alunan Kamandaka Band, grup band yang diawaki oleh anggota staf PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 5 Purwokerto. Dipandu Kak Mona dan Kak Uchy dari band itu, mereka penuh semangat menyanyikan lagu ”Naik Kereta Api”. Keceriaan dan antusiasme anak-anak membuncah setiap kali melihat kedatangan dan keberangkatan kereta api yang berlalu lalang di atas rel.
Kamis (21/7/2022) pagi itu, PT KAI Daop 5 Purwokerto menggelar kegiatan Mendongeng Bersama 1.001 Anak. Kegiatan yang digelar untuk memperingati Hari Anak Nasional tahun 2022 ini bertujuan menanamkan kesadaran tertib menggunakan sarana transportasi publik, khususnya kereta api.
Dalam acara yang dihadiri lebih dari 100 anak TK dan SD serta ditayangkan langsung secara virtual di sejumlah stasiun, seperti Kroya, Cilacap, Kebumen, Gombong, Kutoarjo, dan Kutowinangun, itu, Kak Imung sebagai pendongeng menyajikan kisah Putri, gadis kecil yang naik kereta bersama ibunya untuk menjumpai sang nenek.
Acaranya bagus dan mendidik. Anak-anak jadi lebih senang karena kalau di sekolah saja mungkin anak-anak bosan. Tadi anak-anak antusias juga.
Dalam dongeng itu, Kak Imung menyampaikan urutan atau langkah-langkah saat hadir di stasiun, seperti mencetak tiket, membawa kartu pengenal atau KTP, lalu naik ke kereta. Saat menikmati pemandangan di kereta, tiba-tiba dari luar ada batu yang dilempar tepat di kaca tempat duduk Putri. Putri kaget, tetapi untung saja kaca tidak pecah karena kuat.
”Sebenarnya ini adalah pengalaman saya. Pernah waktu itu ada yang iseng melempar batu, untung kaca tidak pecah,” ucap Kak Imung.
Dalam cerita berikutnya, dikisahkan bahwa ternyata si pelempar batu yang bernama Daplun itu justru terluka di bagian kepala hingga benjol akibat batu yang dilemparkan ke kereta terpantul kembali mengenai dirinya. ”Jika ada kereta lewat, jangan iseng bermain-main atau melempar batu, itu berbahaya,” ujar Kak Imung.
Lewat gerakan yang lucu dan menarik, anak-anak tampak antusias menyimak kisah yang disampaikan Kak Imung. ”Dongengnya asyik dan lucu. Seneng tadi dengerin dongengnya,” kata Ramaditya (6) dari TK YWKA (Yayasan Wanita Kereta Api) Purwokerto.
Nana (33), salah satu orangtua yang ikut mengantar buah hatinya mengikuti dongeng ini, berharap acara ini bisa dibuat rutin bagi sekolah-sekolah yang ada di sekitar Purwokerto. ”Acaranya bagus dan mendidik. Anak-anak jadi lebih senang karena kalau di sekolah saja mungkin anak-anak bosan. Tadi anak-anak antusias juga,” kata Nana.
Innas, pendamping anak-anak dari TK BIAS Purwokerto, mengatakan, ada 22 anak yang mengikuti kegiatan mendongeng di stasiun ini. ”Kami tadi berangkat dari sekolah menggunakan bus Trans Jateng dan bus Trans Banyumas. Ini sekaligus jadi sarana mengenalkan berbagai transportasi publik, mulai dari bus hingga kereta api,” ujar Innas.
Khusus untuk kegiatan mendongeng ini, anak-anak dari TK BIAS menyiapkan papan nama bergambar kereta api yang ditempel di saku baju mereka. Dengan berjalan beriringan menggenggam tali panjang yang di setiap ujungnya dipegang para guru, mereka memasuki ruangan dongeng layaknya sedang bermain kereta api-kereta apian.
Kepala PT KAI Daop 5 Purwokerto Daniel Johannes Hutabarat menyampaikan, mendongeng dipilih karena cara ini dinilai menarik untuk mengenalkan kereta api bagi anak-anak. ”Kami ajarkan sejak dini bagaimana masuk stasiun, di atas kereta harus apa. Intinya, naik kereta api itu aman, nyaman, selamat,” kata Daniel.
Daniel berharap kereta api menjadi moda transportasi massal yang melekat di hati anak-anak dan dicintai hingga dewasa. Kegiatan mendongeng ini, lanjutnya, juga diharapkan mampu mendukung tema Hari Anak Nasional yang jatuh pada 23 Juli, yaitu ”Anak Terlindungi, Indonesia Maju”.
Fitroh dan Sari dalam penelitian berjudul ”Dongeng sebagai Media Penanaman Karakter pada Anak Usia Dini” yang terbit di jurnal PG-PAUD Trunojoyo (2015) menyebutkan sejumlah manfaat dari bercerita untuk anak-anak. Dengan mengutip Fadillah (2012), mereka memaparkan manfaat cerita bagi anak usia dini, antara lain membangun kontak batin antara guru, anak, dan orangtua; menjadi media penyampai pesan kepada anak; sebagai sarana pendidikan imajinasi atau fantasi anak; dapat melatih emosi atau perasaan anak; membantu proses identifikasi diri; sarana hiburan anak-anak; serta dapat untuk membangun karakter anak.
Di tengah hiruk-pikuk tawaran tontonan dan gim dalam gawai, mendongeng bagi 1.001 anak di stasiun membuat anak-anak merasakan keasyikan belajar di tempat berbeda selain kelas. Dengan pesan moral ajakan untuk tertib serta menjaga keselamatan dalam berkereta api sekaligus melihat langsung lalu lalang kereta api di stasiun, diharapkan tumbuh pula kecintaan dan kesadaran untuk ikut menjaga bersama sarana transportasi publik kebanggaan masyarakat Indonesia itu.