Sektor Manufaktur Dorong Pemulihan Ekonomi Jawa Timur
Manufaktur atau industri pengolahan menjadi tulang punggung perekonomian Jawa Timur. Oleh karena itu, perkembangan sektor manufaktur dapat mendukung pemulihan ekonomi Jatim setelah pandemi Covid-19.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·4 menit baca
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
Stan usaha kecil menengah (UKM) manufaktur dalam pameran Manufacturing Surabaya di Grand City Convention & Exhibition, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (13/7/2022). Pameran yang digelar pada 13-16 Juli 2022 ini bertujuan mendorong percepatan pemulihan ekonomi dari dampak pandemi Covid-19 melalui sektor manufaktur atau industri pengolahan.
SURABAYA, KOMPAS — Manufaktur atau industri pengolahan berkontribusi lebih dari 31 persen terhadap perekonomian Jawa Timur pada kuartal pertama tahun 2022. Oleh karena itu, pengembangan sektor manufaktur, termasuk dalam skala usaha kecil menengah, harus terus didorong guna mempercepat pemulihan ekonomi Jatim yang terdampak pandemi Covid-19.
Sampai saat ini, pemulihan ekonomi yang terkontraksi akibat pandemi sejak Maret 2020 masih menjadi fokus perhatian Pemerintah Provinsi Jatim. Proses pemulihan itu didukung oleh kelonggaran aktivitas masyarakat yang tidak lagi terkena pembatasan.
Beragam aktivitas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi pun bisa leluasa digelar. Salah satu aktivitas itu adalah pameran bisnis Manufacturing Surabaya di Grand City Convention & Exhibition, Surabaya, 13-16 Juli 2022.
”Manufaktur lokal di Jatim terus tumbuh dan turut berkontribusi terhadap ekonomi, bahkan memiliki pasar sendiri hingga mancanegara,” ujar Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak, Kamis (14/7/2022).
Sehari sebelumnya, Emil meninjau Manufacturing Surabaya yang diikuti 181 perusahaan, termasuk delapan usaha kecil dan menengah (UKM). Pameran itu digelar oleh PT Pamerindo Indonesia.
Emil memaparkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik, manufaktur berkontribusi 31-32 persen terhadap ekonomi Jatim. Sektor dengan kontribusi terbesar kedua adalah perdagangan besar dan eceran serta reparasi kendaraan yang sebesar 18-19 persen.
Sektor usaha di urutan ketiga ialah pertanian, kehutanan, dan perikanan dengan sumbangan 11-12 persen. Dua sektor terakhir juga erat terkait dengan manufaktur atau industri pengolahan.
Menurut Emil, industri lokal dengan skala UKM tetap perlu dipertahankan sebagai salah satu pendukung pertumbuhan ekonomi. Pemprov Jatim bersama Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) terus membina dan mengembangkan desa-desa yang memiliki produk potensial dengan orientasi peningkatan kualitas produk dan perluasan pasar.
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
Salah seorang anggota staf mengoperasikan mesin bubut digital saat pameran Manufacturing Surabaya di Grand City Convention & Exhibition, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (13/7/2022).
Salah satu UKM di bidang manufaktur yang cukup berhasil adalah UD Cahaya Logam Abadi di Desa Ngingas, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo, Jatim. Selama ini, Desa Ngingas dikenal sebagai salah satu desa di Jatim yang bergerak dalam produksi barang dari bahan metal (logam).
UD Cahaya Logam Abadi memproduksi dan menyuplai aksesori dari metal untuk kebutuhan instalasi listrik. Pasar produk mereka telah menjangkau kawasan Indonesia timur, bahkan Timor Leste.
”Jaringan listrik di Timor Leste dibangun oleh PLN sehingga segala aksesorinya cocok dengan produksi dalam negeri, termasuk buatan kami di Ngingas,” kata Direktur UD Cahaya Logam Abadi, Wasis Purwanto, di sela-sela pameran Manufacturing Surabaya.
Ekspansi yang dilakukan UD Cahaya Logam Abadi itu menunjukkan, produk manufaktur UKM bisa memiliki pasar sendiri, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Apalagi, produk yang dihasilkan UD Cahaya Logam Abadi berperan vital dalam kehidupan, yakni instalasi listrik. Produk-produk itu tentu telah melewati pemeriksaan dan harus memenuhi kualifikasi dan standar.
Events Director PT Pamerindo Indonesia Lia Indriasari mengatakan, setelah kondisi pandemi mereda, bisnis manufaktur terus tumbuh. Pertumbuhan itu kemudian mendorong peningkatan ekspansi. Di Jatim, kontribusi manufaktur yang dominan terhadap ekonomi regional perlu diperkuat dengan beragam kegiatan, misalnya pameran dengan orientasi transaksi bisnis.
Lia mengatakan, Manufacturing Surabaya diikuti 181 perusahaan manufaktur terkemuka Nusantara dan mancanegara. Tahun ini, pameran itu kembali diadakan setelah dua tahun terhenti akibat pandemi Covid-19.
”Kami berharap pameran ini dikunjungi setidaknya 4.800 perwakilan perusahaan yang kemudian menindaklanjuti dengan transaksi bisnis setelah even,” ujar Lia.
Vice President Domestic Industry PT Pertamina Lubricant Nugroho Setyo Utomo mengatakan, pameran industri manufaktur semacam itu sangat penting. Apalagi, PT Pertamina Lubricant ingin terus terlibat dalam pengembangan industri pengolahan nasional, termasuk di Jatim.
”Secara sederhana, industri pengolahan terkait dengan mesin-mesin yang membutuhkan pelumas. Di sanalah kami harus tetap hadir dengan produk-produk berkualitas tinggi dan berdaya saing,” katanya.
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
Seorang anggota staf mengoperasikan mesin bubut digital saat pameran Manufacturing Surabaya di Grand City Convention & Exhibition, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (13/7/2022). Pameran yang digelar pada 13-16 Juli 2022 ini bertujuan mendorong percepatan pemulihan ekonomi dari dampak pandemi Covid-19 melalui sektor manufaktur atau industri pengolahan.
Nugroho melanjutkan, produk pelumas dari Pertamina telah dipasarkan di lebih dari 20 negara, termasuk negara-negara Eropa yang menerapkan kebijakan emisi terketat. Artinya, jika Indonesia ingin meniru kebijakan emisi yang ketat, misalnya menerapkan standar Euro5, Pertamina sudah siap.
Nugroho mengklaim, Pertamina Lubricant memiliki spektrum produk yang luas, yakni lebih dari 700 jenis pelumas. Jika industri pengolahan di Indonesia ingin menjadi bagian dalam perusahaan ramah lingkungan (green company), penggunaan pelumas produk dalam negeri bisa menjadi pilihan.