Berusia Satu Abad, Tamansiswa Siapkan Inovasi dan Digitalisasi
Memasuki usia satu abad, Perguruan Tamansiswa berjanji akan melakukan inovasi dalam metode pembelajaran. Inovasi itu, antara lain, dilakukan dengan penerapan teknologi digital dalam penyampaian materi ajar.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Memasuki usia satu abad, Perguruan Tamansiswa berjanji akan melakukan inovasi dalam metode pembelajaran. Inovasi itu, antara lain, dilakukan dengan penerapan teknologi digital dalam penyampaian materi ajar dan terus meningkatkan kompetensi para guru yang mengajar di lembaga pendidikan yang didirikan Ki Hadjar Dewantara tersebut.
”Kami akan mulai melakukan modernisasi dan kemampuan semua guru akan kami upgrade (tingkatkan),” ujar Sekretaris Jenderal Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa Saur Panjaitan saat ditemui dalam acara puncak peringatan satu abad Perguruan Tamansiswa di Pendopo Agung Tamansiswa, Yogyakarta, Minggu (3/7/2022).
Saur menjelaskan, semua guru yang mengajar di lembaga pendidikan milik Tamansiswa akan menjalani pelatihan khusus untuk meningkatkan kemampuan mereka, terutama terkait penggunaan teknologi digital. Dia mengatakan, pelatihan itu perlu dilakukan karena banyak guru Tamansiswa yang sudah berusia tua dan gagap teknologi. Ke depan, Tamansiswa juga akan lebih banyak merekrut tenaga-tenaga pengajar muda yang lebih menguasai teknologi.
Selama ini Perguruan Tamansiswa memang masih menerapkan metode pembelajaran yang relatif konvensional. Oleh karena itu, Saur mengakui, sekolah-sekolah di bawah Tamansiswa kerap tertinggal dengan banyak sekolah lain. Ketertinggalan itu menjadi salah satu faktor yang sering kali menghambat penyampaian materi dari guru ke murid.
”Ketinggalan dalam hal penguasaan teknologi digital sering kali membuat terjadinya miskomunikasi antara murid dan guru,” ujar Saur. Oleh karena itu, Tamansiswa berkomitmen untuk mengakhiri kondisi tersebut dengan cara melakukan inovasi melalui digitalisasi penyampaian materi ajar.
Perguruan Tamansiswa didirikan pada 3 Juli 1922 oleh Ki Hajar Dewantara. Lembaga ini semula didirikan dengan tujuan untuk memberikan hak atas pendidikan bagi warga pribumi yang sama dan setara dengan hak yang didapatkan warga Belanda pada masa kolonial saat itu.
Saat ini Tamansiswa telah memiliki 132 cabang yang tersebar hampir di seluruh Nusantara. Tamansiswa juga memiliki lebih dari 700 sekolah, mulai dari jenjang TK hingga SMA, dan enam perguruan tinggi. Jumlah guru yang bekerja di semua sekolah tersebut mencapai sekitar 90.000 orang.
Sekretaris Daerah DI Yogyakarta Kadarmanta Baskara Aji mengatakan, konsep pendidikan dari Ki Hajar Dewantara adalah konsep yang tidak lekang waktu dan bisa diterapkan kapan saja. Oleh karena itu, konsep pendidikan yang digagas Ki Hadjar tetap relevan dengan kondisi sekarang. Namun, inovasi dalam penyampaian materi pendidikan tetap perlu dilakukan.
”Ketika harus melakukan adaptasi, mengikuti perkembangan zaman, maka satu-satunya yang perlu diubah hanyalah cara penyampaian materi pendidikannya saja,” ujar Kadarmanta. Sama seperti Saur, dia juga menyebut, adaptasi itu bisa dilakukan dengan menerapkan teknologi digital dalam penyampaian materi di kelas.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim, dalam sambutannya yang disampaikan secara virtual, menyatakan, pendidikan di sekolah-sekolah Tamansiswa harus terus berjalan. Hal itu untuk meneruskan apa yang sudah dirintis dan dicita-citakan oleh Ki Hajar Dewantara sejak 100 tahun lalu.
Nadiem juga meminta agar pendidikan di Tamansiswa terus tumbuh dan berkembang sesuai dengan semangat Ki Hajar Dewantara. Proses pendidikan di sekolah-sekolah Tamansiswa juga diharapkan mampu memberikan teladan untuk satuan-satuan pendidikan yang lain.