Masih Pandemi, Jumlah Siswa Peserta PTM di Magelang Belum Ditentukan
Mekanisme pelaksanaan dan jumlah siswa peserta pembelajaran tatap muka di tahun ajaran baru di Kabupaten Magelang belum diputuskan. Pemerintah dan sekolah masih merasa perlu berhati-hati karena pandemi belum usai.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·2 menit baca
KOMPAS / HELENA F NABABAN
Belasan siswa kelas 4 SDN Cideng 07, Jakarta Pusat, mengikuti pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas tahap I, Senin (30/08/2021). PTM terbatas tahap I diikuti 610 sekolah di seluruh DKI Jakarta dan direncanakan berlangsung hingga akhir tahun.
MAGELANG, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, belum menetapkan batasan jumlah siswa serta mekanisme pembelajaran tatap muka (PTM) di tahun ajaran 2022/2023. Kebijakan itu masih akan dirumuskan lewat evaluasi berbagai pihak, setidaknya seminggu sebelum tahun ajaran baru dimulai.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Magelang Aziz Amin Mujahidin, Kamis (23/6/2022), mengatakan belum bisa memastikan PTM bisa dilakukan 100 persen atau tidak. Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan dan dievaluasi karena pandemi belum usai. Bahkan, jika dinyatakan bisa PTM 100 persen, sekolah tetap tidak bisa memaksa dan memberlakukannya kepada setiap siswa.
”Orangtua yang masih keberatan mengirimkan anaknya ke sekolah tetap kami beri kesempatan melakukan pembelajaran daring,” ujarnya. Di Kabupaten Magelang terdata ada 603 SD, 132 SMP, dan 444 TK.
Petugas mendorong meja untuk persiapan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas di SDN Malaka Jaya 07 Pagi, Jakarta Timur, Kamis (26/8/2021). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyiapkan 610 sekolah untuk pembelajaran tatap muka terbatas.
Erni Sumarsih, Kepala SD Negeri Ringinputih 2 di Kecamatan Borobudur, mengatakan siap melakukan PTM 100 persen. Namun, dia berharap pembatasan siswa dilakukan pada kelas I dan IV. Di tahun ajaran baru ini, dua kelas itu bakal memakai kurikulum baru.
Kurikulum baru bakal menerapkan prinsip Merdeka Belajar. Hal itu pengembangan dan penerapan dari kurikulum darurat yang diluncurkan untuk merespons dampak pandemi Covid-19.
”Karena membutuhkan penyesuaian dan perbaikan, akan lebih mudah jika di setiap sesi pembelajaran, materi pelajarannya disampaikan pada siswa dengan jumlah terbatas terlebih dahulu,” ujarnya.
Seorang bapak (kanan) menjemput anaknya pada jam pulang sekolah di SDN 07 Cideng, Jakarta, Jumat (24/9/2021). SDN 07 Cideng merupakan salah satu sekolah yang menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas di Jakarta. Para siswa wajib diantar-jemput untuk meminimalkan risiko paparan virus Covid-19.
Selain itu, pihaknya juga akan tetap memberlakukan protokol kesehatan. Murid yang sakit, flu ringan, misalnya, diminta tidak masuk sekolah. ”Sakit apa saja, dengan gejala ringan sekalipun, tetap berisiko menular serta berisiko buruk bagi guru dan banyak siswa lainnya,” ujarnya.
Gustia Anggid Ayu Sandra, Panitia Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) SD Negeri Deyangan 1, Kecamatan Mertoyudan, mengatakan belum menerima informasi terkait pelaksanaan PTM di tahun ajaran baru. Dia berharap hal itu segera diterapkan untuk menjawab pertanyaan orangtua murid.
”JIka PTM dilakukan 100 persen, protokol kesehatan tetap wajib dilakukan, di antaranya pengukuran suhu dan mengharuskan siswa mencuci tangan sebelum belajar,” katanya.