Kenaikan kasus Covid-19 kembali membayangi Surabaya, Jawa Timur, sehingga penanganan dan pengendalian terpadu dengan disiplin protokol kesehatan, kinerja penanganan, dan vaksinasi jangan mengendur.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
Anggota TNI saat mengikuti apel gelar pasukan dalam rangka operasi yustisi penegakan protokol kesehatan pencegahan pandemi Covid-19 di Lapangan Markas Komando Daerah Militer V/Brawijaya di Surabaya, Jawa Timur, Minggu (31/1/2021).
SURABAYA, KOMPAS — Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Surabaya, Jawa Timur, mewaspadai potensi lonjakan kasus karena subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. Penularan meningkat terkait dengan pengenduran dalam pembatasan kegiatan masyarakat, penerapan protokol kesehatan, dan kinerja terpadu pengendalian pandemi.
Potensi lonjakan kasus Covid-19 (Coronavirus disease 2019) dapat diamati dalam laman resmi https://infocovid19.jatimprov.go.id/ dan https://lawancovid-19.surabaya.go.id/. Dari kedua situs itu, didapat data bahwa dalam dua pekan terakhir ada penambahan 264 kasus atau rerata harian 18-19 kasus. Akumulasi kasus sejak 17 Maret 2020 mencapai 116.578 kasus.
Data juga memperlihatkan, peningkatan intens terjadi sepekan terakhir. Penambahan kasus harian berada dalam kisaran 9-29 kasus. Yang terkini atau Selasa (14/6/2022), ada penambahan 29 kasus dan 1 kasus kematian. Penambahan itu tertinggi sejak pekan kedua April 2022. Bahkan, dalam sepekan terakhir ada 2 kasus kematian. Kumulatif kematian menjadi 2.945 jiwa pasien Covid-19.
Epidemiolog Universitas Airlangga, Surabaya, Windhu Purnomo, mengatakan, yang ideal, penerapan protokol kesehatan jangan kendur oleh segenap masyarakat. Namun, disiplin mengendur juga dipicu kebijakan pemerintah yang mengizinkan warga tidak perlu bermasker dalam situasi tertentu.
Kewaspadaan menurun sehingga virus menyerang kembali dengan intensitas yang terlihat dari peningkatan kasus. (Windhu Purnomo)
Padahal, protokol amat penting untuk pencegahan penularan, yakni berpelindung (bermasker), rutin mencuci tangan atau menjaga kebersihan, dan menjaga jarak dengan orang lain.
Suasana di Taman Jangkar, Jambangan, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (27/1/2022), yang sebenarnya masih ditutup dari aktivitas publik untuk menekan risiko penularan Covid-19.
Di sisi lain, pemerintah juga mengendurkan aktivitas sosial. Sebanyak 38 kabupaten/kota atau seluruh wilayah di Jatim mendapat status level 1 pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Pemerintah berdalih situasi Covid-19 terkendali dan mengarah pada endemi sehingga kegiatan publik bisa berjalan seperti biasa sebelum serangan pandemi.
Mengendur
Windhu menyikapi secara kritis, kegiatan publik bisa dijalankan dengan normal diartikan oleh masyarakat dan aparatur dengan mengendurkan protokol. Warga beraktivitas di luar, menghadiri berbagai acara, terlibat dalam keramaian sudah enggan memakai masker.
Pengawasan juga tidak ketat karena status PPKM itu. Selain itu, sarana bagi warga menjaga kebersihan, terutama tempat cuci tangan di area publik sudah banyak yang tidak berfungsi.
”Kewaspadaan menurun sehingga virus menyerang kembali dengan intensitas yang terlihat dari peningkatan kasus,” kata Windhu. Padahal, masyarakat diasumsikan memahami karakter subvarian Omicron yang amat menular meski fatalitas rendah. Di Surabaya, tingkat kematian 2,5 persen atau tergolong rendah karena di bawah standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang 3 persen.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Surabaya Nanik Sukristina, peningkatan kasus mengindikasikan penurunan kesadaran publik dalam disiplin protokol. Aparatur terpadu diklaim tidak mengendurkan kinerja pengendalian dan penanganan terutama melalui pengetesan, penelusuran, dan penanganan (testing, tracing, treatment/3T), sosialisasi protokol. dan percepatan vaksinasi.
Suasana vaksinasi massal di pusat belanja Ciputra World dengan vaksin penguat (booster) Moderna, Rabu (26/1/2022). Penerima vaksin penguat ialah mereka yang dosis 1 dan dosis 2 mendapat vaksin AstraZeneca. Percepatan pemberian vaksin penguat masih diperlukan untuk menghadapi pandemi Covid-19 di mana virus korona jenis baru terus bermutasi. Akhir-akhir ini, kasus meningkat di Surabaya terkait serangan varian Omicron dan turunannya yang amat cepat menular.
Nanik melanjutkan, situasi terkini, kasus aktif atau jumlah pasien yang ditangani dengan isolasi mandiri atau terpusat di fasilitas kesehatan berjumlah 45 orang. Jumlah itu belum berdampak terhadap keandalan sarana penanganan Covid-19.
Pasien dengan kategori sedang-berat ditangani di rumah sakit rujukan utama yang berada di lebih dari 60 lokasi. Itu belum termasuk RS lapangan atau darurat dan jaringan puskesmas.
”Kami terus mendorong percepatan vaksinasi, terutama dosis 3 atau penguat,” kata Nanik. Vaksinasi tidak bertujuan membuat warga kebal dari serangan Covid-19, tetapi menurunkan potensi fatalitas atau dampak yang memicu kematian.
Untuk cakupan vaksinasi dosis 1 dan dosis 2 sudah diberikan kepada 2,59 juta jiwa atau 117 persen dari jumlah sasaran yang ditetapkan oleh provinsi. Pemberian dosis 3 sudah diterima 953.000 jiwa sasaran atau cakupan masih 42 persen.
Meski cakupan terlihat rendah, itu termasuk yang tertinggi bersama dengan Kota Mojokerto dengan cakupan 49 persen atau 50.400 jiwa dan Kota Madiun yang 45 persen atau 70.700 jiwa.