Pandemi tidak menghentikan UMKM untuk terus bergerak. Meski penjualan sepi, mereka terus berkreasi dan berjejaring guna mencegah mati gaya yang bisa berujung pada berhentinya operasional UMKM tersebut.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·4 menit baca
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC), Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Kamis (2/6/2022).
Pandemi tidak menghentikan UMKM untuk terus bergerak. Meski penjualan sepi, mereka terus berkreasi dan berjejaring guna mencegah mati gaya yang bisa berujung pada berhentinya operasional UMKM tersebut.
Salah satu contoh terus bergerak dan berjalannya pembinaan dan pendampingan terhadap UMKM selama pandemi, tampak pada Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC) di Sukorejo, Pasuruan, Jawa Timur. Pada pusat pelatihan kewirausahaan yang berdiri sejak tahun 2007 itu, pelatihan dan pendampingan terhadap UMKM binaan masih dilakukan meski secara daring.
”Selama pandemi, pelatihan dilakukan secara daring. Baru sebulan ini mulai ada kegiatan bersama lagi. Semoga ke depan situasi semakin membaik, jadi pelatihan dan pembinaannya bisa kumpul-kumpul lagi. Sebab kalau terus-terusan daring, bisa tidak semangat,” kata T Wahyuniarti, pengusaha sari buah asal Prigen, Kamis (2/6/2022).
Wahyuniarti mengatakan, ia selalu didorong untuk terus berkreasi dan berinovasi oleh para pendamping SETC. Usaha sari buah miliknya dibangun tahun 2010 dan ia bergabung dengan SETC pada tahun 2013. ”Saya belajar mulai dari nol di SETC. Dari awalnya saya hanya bisa memproduksi satu rasa sari minuman, kini sudah ada 15 rasa, termasuk rasa matoa,” katanya.
Petugas menyusun produk kerajinan buatan pelaku UMKM dampingan Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC), Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Kamis (2/6/2022).
Terpenting, menurut Wahyuniarti, selama pandemi, ia tidak berhenti bergerak. Ia terus belajar dan berinovasi dan kini membuat produk keripik buah dan bumbu pecel. ”Saat ini kami proses mengurus perizinannya. Bagi saya, selama terus bergerak dan mau berkreasi, tetap ada jalan,” katanya.
Dukungan penuh dari SETC juga dirasakan oleh Winarsih, pengusaha kerajinan rajut dan eceng gondok asal Gempol, Pasuruan. ”Selama pandemi dan tidak bisa ngapa-ngapain, kami tetap didampingi. Saya diajari bercocok tanam di sekitar rumah, menanam sayur, sehingga kebutuhan sayuran untuk keluarga terpenuhi. Dengan produksi sayur sendiri, meski tidak ada pendapatan masuk dari usaha rajut, namun setidaknya kebutuhan sayur keluarga terpenuhi. Ini bisa meringankan beban keluarga,” katanya.
Para pendamping SETC tersebut, menurut Winarsih, bahkan bisa dibilang hampir setiap hari datang atau menanyakan perkembangan usaha dan kegiatan saya.
”Bagaimana mau menyerah dan malas-malasan, kalau setiap hari didatangi atau ditelepon oleh pendampingnya untuk sekadar menanyakan perkembangan usaha atau kegiatan. Jadi, kami tetap dipantau dan ditemani melalui masa sulit ini sehingga tidak merasa sendirian dan akhirnya menyerah,” katanya.
Pelaku UMKM dampingan Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC) bersama produknya, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Kamis (2/6/2022).
Dengan tidak dilepas begitu saja selama pandemi, Winarsih dan para UMKM binaan SETC mengaku cukup bersyukur. Mereka merasa punya teman di masa-masa sulit itu sehingga tetap bisa berdiskusi tentang segala sesuatu hal. Dan semangat untuk tidak menyerah itu nyatanya terbukti, saat Winarsih ikut pameran Inacraft Maret 2022, ia bisa mengantongi omzet hingga Rp 200 juta dari acara tersebut.
Kami percaya bahwa pemberdayaan UMKM yang bersifat pembinaan, dapat memberi dampak jangka panjang.
Inovasi lain ditunjukkan oleh gapoktan petani kopi lereng Welirang yang dipimpin oleh Widi Prayitno. Mereka berkumpul membentuk kelompok kerja sama petani kopi dan mengumpulkan modal secara bersama-sama. Saat ini mereka sedang berproses membentuk lembaga semacam koperasi. Mereka menjual kopi dalam bentuk kopi sangrai (roastbean).
”Kami memang bersepakat tidak melayani pembelian green bean. Ini untuk menaikkan nilai di petani. Jadi kami bisa menjual dengan harga lebih tinggi langsung ke kedai-kedai kopi,” kata Widi. Jaringan kedai pembeli kopi mereka berasal dari dalam dan luar negeri, seperti Yunani dan Arab Saudi.
”Kami mengirim masih sedikit ke luar negeri, yaitu sekitar 3 kilogram (kg) per minggu. Namun tidak masalah, karena kami langsung menjualnya ke kedai kopi dengan harga yang baik,” katanya.
Selama pandemi, Widi bersyukur kelompoknya tidak memiliki tanggungan ke perbankan sehingga beban operasional mereka tidak menjadi besar. ”Tipsnya adalah di masa panen, masing-masing kami titip uang untuk kebutuhan selama kurang lebih setahun ke depan. Uang itu yang akan digunakan untuk membiayai kebutuhan operasional lahan kopi kami nantinya,” katanya.
Produk sepatu berbahan kulit buatan UMKM dampingan Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC), Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Kamis (2/6/2022).
Kepala Urusan Eksternal PT HM Sampoerna Tbk Ishak Danuningrat mengatakan, sejak awal berdiri pada tahun 1913, PT HM Sampoerna Tbk selalu memiliki perhatian khusus terhadap UMKM. Oleh karena itu, payung program
”
Sampoerna untuk Indonesia” hadir untuk secara konsisten membina UMKM guna memanfaatkan potensi daerah, meningkatkan daya saing, dan memberdayakan masyarakat sekitar.
”Kami percaya bahwa pemberdayaan UMKM yang bersifat pembinaan dapat memberi dampak jangka panjang. Untuk itu, sejak 15 tahun lalu, kami telah menjalankan program pembinaan UMKM, salah satunya melalui Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC).
Kegiatan SETC mencakup pelatihan dan pengembangan UMKM untuk memanfaatkan potensi sumber daya di setiap daerah, seperti pertanian, kuliner, hingga batik. Kami bersyukur dan bangga telah menyaksikan dampak positif dari program pembinaan bagi UMKM, hingga memberi manfaat yang lebih luas bagi masyarakat sekitarnya,” kata Ishak.
SETC memiliki kegiatan seperti beragam pelatihan dan pembukaan akses pasar bagi UMKM di berbagai sektor, termasuk kuliner, batik, kerajinan tangan, dan pertanian. Selama 15 tahun terakhir, SETC telah memberi pelatihan kepada lebih dari 56.000 peserta.
Dari gambaran di atas, tampak bahwa peluang akan selalu muncul jika UMKM mau terus bergerak dan berjejaring. Dan, pendampingan selama masa krisis akan membuat UMKM bisa melewati masa-masa sulit dengan percaya diri.