Situasi Covid-19 di Surabaya yang masih landai seusai Lebaran tetap perlu diwaspadai dengan kinerja penanganan dan antisipasi. Ini agar situasi pandemi tidak memburuk seperti pasca-Lebaran 2020 dan 2021.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Suasana Pasar Ikan Pabean di Surabaya, Jawa Timur, yang dipasangi pembatas plastik sebagai penerapan protokol kesehatan Covid-19, Rabu (24/6/2020).
SURABAYA, KOMPAS — Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Surabaya, Jawa Timur, tetap mewaspadai potensi situasi pandemi memburuk seusai masa libur Lebaran 2022. Berdasarkan pengalaman penanganan pandemi sejak Maret 2020, seusai liburan, kasus Covid-19 menanjak dan situasi memburuk sehingga perlu diantisipasi.
Berdasarkan laman Jatim Tanggap Covid-19, Jumat (13/5/2022), kasus Covid-19 bertambah 28 kasus dari kemarin sehingga akumulasi sejak 17 Maret 2020 menjadi 575.810 kasus. Dari penambahan harian 28 kasus itu, 10 kasus di antaranya atau mayoritas disumbang oleh Surabaya.
Penambahan 28 kasus dalam sehari di Jatim itu masih dalam rentang penambahan kasus harian sepekan terakhir yang 15-48 kasus. Lebaran berlangsung 2-3 Mei 2022 sehingga saat ini sudah berada di akhir arus balik hari raya. Berdasarkan pengalaman dari Lebaran 2020 dan 2021, peningkatan kasus Covid-19 yang signifikan terjadi pada pekan ketiga setelah hari raya. Pengawasan dan kewaspadaan menjadi penting untuk menjaga agar situasi tidak memburuk.
KOMPAS/AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
Situasi lalu lintas yang lengang di Jalan Raya Darmo, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (1/5/2022) atau sehari sebelum Lebaran 2022.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Nanik Sukristina, pandemi Covid-19 bisa dikatakan sedang terkendali. Salah satu indikator, jumlah kasus aktif rendah, yakni 37 kasus. Kasus aktif menggambarkan jumlah pasien dirawat yang mayoritas ditangani dalam isolasi mandiri atau di rumah sakit rujukan.
”Sampai hari ini, pasien di hotel asrama haji (Sukolilo) nihil dan menjadi indikator penting bahwa Covid-19 tetap landai dan terkendali,” kata Nanik. Surabaya menyesalkan penetapan level 2 pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dari sebelumnya level 1 sesuai Instruksi Menteri Dalam Negeri terbaru. Secara faktual dan aktual, menurut dia, Surabaya sebenarnya masih berada di level 1.
Berdasarkan laman resmi Kementerian Kesehatan, Jumat petang, asesmen situasi pandemi Covid-19 yang terbaru untuk Surabaya berada di level 1. Dalam penetapan instruksi, Surabaya menjadi level 2 karena diduga ada gangguan teknis sehingga laporan kinerja pengendalian belum masuk dan tercatat.
Laporan kinerja yang dimaksud ialah indikator penelusuran atau tracing yang sempat tertulis rendah (nihil). Padahal, kata Nanik, aparatur di Surabaya setiap hari memenuhi syarat penelusuran kasus Covid-19. ”Kami setiap hari memantau situasi pada aplikasi Kementerian Kesehatan. Pada 28 April 2022 masih level 1 untuk Surabaya. Namun, 29 April-7 Mei 2022 posisi aplikasi kosong,” ujarnya.
Sepanjang masa libur Lebaran, aplikasi tidak dapat diakses. Ketika diakses kembali mulai 8 Mei 2022, posisi data untuk Surabaya menjadi level 2, padahal laporan terus dikirim. Perubahan terkini bahwa asesmen situasi kembali ke level 1 terjadi setelah komplain dan konfirmasi ke Public Health Emergency Operations Center (PHEOC).
Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Surabaya Ridwan Mubarun menyatakan, PPKM Kota Surabaya Level 2 berdasarkan instruksi yang ditetapkan pada 9 Mei 2022 atau sebelum komplain dan konfirmasi terpenuhi oleh PHEOC. Namun, Kementerian Dalam Negeri telah diinformasikan bahwa seharusnya Surabaya tetap berada di level 1 sehingga kegiatan sosial yang berlangsung mengacu pada situasi level 1 itu.
”Kami akan terus pantau situasi sepekan mendatang dengan harapan tidak terjadi peningkatan kasus yang signifikan,” kata Ridwan. Kinerja penanganan dan antisipasi Covid-19 tetap ditempuh, misalnya, melakukan pengetesan, penelusuran, dan penanganan (3T).
Satgas juga masih menerapkan swab hunter dan vaccine hunter ke sejumlah lokasi. Pengetesan acak juga digelar untuk menemukan kasus-kasus tersembunyi. Adapun vaksinasi acak untuk memperluas cakupan, terutama untuk dosis ketiga atau penguat.