Optimalkan “Delay System” untuk Mengurangi Penumpukan Kendaraan di Pelabuhan
Sistem penundaan kendaraan pada angkutan penyeberangan perlu dioptimalkan agar mobilitas pemudik menuju pelabuhan tidak bersamaan. Cara ini mencegah penumpukan kendaraan sehingga memperlancar lalu lintas.
Terjadi kepadatan dan antrean kendaraan roda dua yang mengular hingga keluar pintu masuk dermaga 1 dan 2 Pelabuhan Bakauheni, Lampung, Sabtu (7/5/2022).
JAKARTA, KOMPAS — Antrean kendaraan mengular di Pelabuhan Merak, Banten, saat akan menyeberang ke Pelabuhan Bakauheni, Lampung, pada arus mudik Lebaran 2022. Namun, lalu lintas arus balik rute Lampung-Banten relatif lebih lancar. Ini berkat pemberlakuan sistem penundaan kendaraan atau delay system agar mobilitas pemudik menuju pelabuhan tidak bersamaan sehingga volume kendaraan tak menumpuk.
Pengamat transportasi sekaligus Kepala Pusat Riset dan Inovasi Metropolitan Institut Teknologi Sumatera (Itera), Lampung, IB Ilham Malik mengatakan, delay system tersebut telah diberlakukan saat arus balik Lebaran tahun ini. Rest area atau tempat istirahat di tol dijadikan lokasi pemeriksaan tiket daring ”Ferizy”.
Alhasil, rest area berfungsi sebagai tempat penampungan kendaraan sementara saat area pelabuhan penuh. Dengan begitu, mobilitas pengendara menuju pelabuhan dapat diatur secara bergantian sehingga mencegah penumpukan kendaraan.
”Delay system ini menunda kendaraan masuk ke pelabuhan secara bersamaan. Hal ini yang tidak diterapkan saat arus mudik,” ujarnya saat dihubungi dari Jakarta, Senin (9/5/2022).
Ilham menuturkan, sistem tersebut perlu dioptimalkan saat arus mudik dan balik berikutnya. Oleh karena itu, sejumlah fasilitas, salah satunya area penampungan kendaraan, harus disiapkan dari sekarang.
”Jika rest area tidak memungkinkan (menampung kendaraan), bisa disediakan kantong-kantong penampungan kendaraan di sekitar akses masuk tol. Dengan begitu, kendaraan dapat dilepas secara bertahap menuju pelabuhan,” jelasnya.
Menurut Ilham, delay system itu tidak sulit diterapkan, baik dari Jawa menuju Sumatera maupun sebaliknya. Sebab, volume kendaraan dapat diketahui dengan menghitung kapasitas kapal penyeberangan setiap harinya.
Sistem tersebut perlu dioptimalkan saat arus mudik dan balik tahun depan. Oleh karenanya, sejumlah fasilitas, salah satunya area penampungan kendaraan, harus disiapkan dari sekarang. (IB Ilham Malik )
”Pembangunan Jembatan Selat Sunda yang sudah lama digaungkan juga perlu dipikirkan kembali. Kapasitas pelabuhan memang tidak memungkinkan lagi menampung tingginya volume kendaraan saat mudik,” ucapnya.
Sementara itu, pengoperasian rute penyeberangan Pelabuhan Panjang, Lampung, menuju Pelabuhan Ciwandan, Banten, menurut Ilham, belum berdampak signifikan dalam memecah kepadatan arus balik dari Pulau Sumatera. Hal ini tidak terlepas dari perilaku pengendara yang cenderung lebih memilih berlama-lama dalam perjalanan darat ketimbang laut.
”Kalau untuk angkutan penumpang (Pelabuhan Panjang) tidak efektif. Mungkin bisa didorong untuk angkutan barang selain buah dan sayur. Hal ini untuk mempertimbangkan waktu penyeberangan yang lebih lama daripada lewat Pelabuhan Bakauheni,” katanya.
Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia Djoko Setijowarno mengatakan, untuk mendukung kelancaran lalu lintas penyeberangan, dibutuhkan pemisahan angkutan penumpang dan barang. Selain itu, pengoperasian pelabuhan alternatif harus diperbanyak agar memecah kepadatan kendaraan di pelabuhan.
AGUIDO ADRI
Kendaraan roda empat antre masuk ke dalam KM Ciremai, Pelabuhan Panjang, Lampung, Sabtu (7/5/2022). KM Ciremai mengangkut 1.084 penumpang, 347 kendaraan roda dua, dan 57 roda empat.
”Semua potensi dan fasilitas yang ada mesti dimaksimalkan. Namun, untuk pemudik pengguna sepeda motor, lebih baik diarahkan mengikuti mudik gratis menggunakan bus,” ujarnya.
Menurut Djoko, semakin panjang Tol Trans-Sumatera akan memantik pemudik menggunakan kendaraan pribadi. Faktor keamanan menjadi pertimbangan pemudik untuk menyeberang melalui Pelabuhan Merak, Banten, pada malam hari agar tiba di Pelabuhan Bakauheni pada pagi hari dan melanjutkan perjalanan darat.
”Diperlukan jaminan keamanan pemudik di Pulau Sumatera, keamanan rest area di sepanjang Tol Jakarta-Merak, dan sosialisasi sistem tiket daring (online) harus lebih masif lagi,” ujarnya.
Pelindo mendukung
Sementara itu, Direktur Utama Pelindo Arif Suhartono mengatakan, dalam arus mudik dan balik Lebaran kemarin, pihaknya memang mengusulkan pemanfaatan Pelabuhan Panjang dan Ciwandan kepada pemerintah. Sebab, lokasi kedua pelabuhan yang dikelola Pelindo tersebut dinilai dapat memecah arus kendaraan yang menumpuk, baik di Pelabuhan Bakauheni maupun Pelabuhan Merak. Pelabuhan Panjang terletak sebelum Pelabuhan Bakauheni, sementara Pelabuhan Ciwandan berlokasi sebelum Pelabuhan Merak.
DOKUMENTASI KEMENHUB
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Sabtu (30/4/2022), meninjau penyiapan pengoperasian Pelabuhan Umum Ciwandan di Kecamatan Ciwandan Kota Cilegon, Banten. Dermaga di pelabuhan milik Pelindo itu akan digunakan sebagai dermaga tambahan untuk penyeberangan ke Sumatera, sehingga sebagian kendaraan yang akan menyeberang dari Pelabuhan Merak bisa dialihkan ke sana dan kepadatan arus kendaraan ke Merak bisa diurai.
Menurut Arif, Pelindo sangat mendukung pemanfaatan kedua pelabuhan tersebut untuk mendukung arus mudik dan balik. Terlebih, dalam periode tersebut, arus kendaraan dan orang antara Pelabuhan Merak dan Bakauheni memang luar biasa.
Meski pemanfaatan Pelabuhan Panjang dan Pelabuhan Ciwandan telah dapat membantu arus mudik dan arus balik, Arif menilai pihaknya masih kurang bertindak cepat. Sebab, pengoperasian kedua pelabuhan tersebut baru mulai berjalan ketika arus menuju Pelabuhan Merak dan Bakauheni sudah padat.
”Sebagai badan usaha milik negara, kami sangat mendukung pemerintah agar arus mudik dan balik bisa lancar. Maka, jika direncanakan lebih awal, akan lebih bagus sehingga kami dapat mengatur kapal-kapal yang masuk di kedua pelabuhan tersebut,” kata Arif.
Pelindo mencatat, sejak dibuka tanggal 30 April 2022 sampai hari ini, Pelabuhan Panjang telah melayani lebih dari 4.300 kendaraan dan 9.500 penumpang. Pelindo menyediakan tiga tambatan bagi kapal berukuran besar. Selain itu, Pelindo juga menyiapkan petugas pelayanan dan keamanan 24 jam, fasilitas terminal, area parkir kendaraan, tenda tempat istirahat, mushala, toilet, dan ruang laktasi.