Desa Mareje di Lombok Kembali Kondusif, Warga Diimbau Tidak Terprovokasi
Setelah kejadian pembakaran enam unit rumah pada Selasa malam, situasi di Desa Mareje, Lombok Barat, sudah kembali kondusif. Warga diminta tidak terprovokasi isu yang tidak benar.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
GERUNG, KOMPAS — Desa Mareje, Kecamatan Lembar, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, telah kembali kondusif setelah kejadian pembakaran enam rumah warga di desa tersebut pada Selasa (3/5/2022) malam. Warga dan semua pihak terkait diimbau untuk tidak terprovokasi oleh isu-isu yang tidak benar.
Pantauan Kompas pada Rabu (4/5/2022) sekitar pukul 10.40 Wita, polisi bersama TNI masih bersiaga di lokasi kejadian. Enam rumah yang dibakar berada tepat di depan kantor Desa Mareje, sekitar 34 kilometer Selatan Mataram, ibu kota NTB atau 21 kilometer Selatan Gerung, ibu kota Lombok Barat.
Api telah berhasil dipadamkan. Tetapi asap masih terlihat keluar dari rumah yang dibakar. Kondisi rumah yang dibakar berbeda-beda. Ada yang hanya tinggal fondasi, habis bagian atap, hingga hanya terbakar di bagian tertentu seperti pintu, jendela, dan langit-langit.
Sebagian besar isi rumah turut terbakar. Terlihat juga kerangka sepeda motor di halaman salah satu rumah. Polisi telah memasang garis polisi untuk membatasi akses masuk bagi orang-orang yang tidak berkepentingan.
”Desa Mareje sampai pagi ini sudah kondusif. Masyarakat sudah beraktivitas seperti biasa. Kami dari Kepolisian Resor Lombok Barat dibantu personel Kepolisian Daerah NTB dan TNI membantu mengamankan lokasi setelah kejadian semalam,” kata Kepala Kepolisian Resor Lombok Barat Ajun Komisaris Besar Wirasto Adi Nugroho.
Menurut Wirasto, fokus mereka saat ini adalah pengamanan untuk memastikan masyarakat bisa beraktivitas seperti semula tanpa gangguan dari pihak mana pun. Meskipun demikian, masih ada warga yang mengungsi ke rumah keluarga, kantor Polres Lombok Barat di Gerung, dan Polda NTB.
Pada Rabu pagi itu, terlihat beberapa warga masih berada di Kantor Desa Mareje. Lalu pada Rabu siang, mereka diangkut menggunakan kendaraan milik polisi menuju kantor Polres Lombok Barat. Beberapa orang terlihat khawatir, bahkan menangis sehingga harus ditenangkan.
“Memang sudah ada jaminan dari petugas keamanan. Tetapi untuk menjaga psikologi, terutama warga yang sudah tua, kami ungsikan dulu ke kantor polres. Apalagi pasti masih ada yang trauma atau ketakutan. Jadi dibawa dulu biar mereka merasa tenang dan nyaman,“ kata Sihar (52) yang mengoordinasi pengungsian warga.
Dipicu petasan
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Komisaris Besar Artanto menjelaskan, kejadian tersebut bermula saat digelarnya pawai malam takbiran di Desa Mareje, Minggu (1/5/2022) malam.
Saat iring-iringan pawai, beberapa pemuda dari Dusun Bangket Lauk meledakkan petasan di depan kandang sapi milik Rahim alias Amaq Runa di Dusun Ganjar.
Hal tersebut membuat Rahim alias Amaq Runa menegur para pemuda itu. Tindakan Rahim itu memicu keributan. Kejadian itu dapat dilerai dan diselesaikan secara kekeluargaan oleh personel TNI-Polri dan aparatur desa yang mengamankan pawai malam takbiran.
Menindaklanjuti kejadian itu, kata Artanto, pada Senin (2/5/2022), kedua belah pihak bertemu dan saling menyatakan permohonan maaf. Namun pada hari Selasa (3/5/2022), sekitar pukul 10.00 Wita, kembali terjadi keributan antara beberapa warga Dusun Ganjar dan Dusun Bangket Lauk.
”Tetapi keributan tersebut berhasil diredam kembali oleh pihak kepolisian yang datang menenangkan warga,” Kata Artanto.
Namun, situasi aman tersebut tidak berlangsung lama. Warga kembali terprovokasi. Hal itu berujung aksi pembakaran enam unit rumah di Dusun Ganjar pada Selasa malam.
Selain pengamanan setelah kejadian dan layanan psikososial warga, kepolisian juga akan secepatnya mendorong semua pihak untuk duduk bersama untuk mediasi. ”Secepatnya, untuk mediasi, kami mendorong bupati, pemerintah daerah, untuk duduk bersama dengan semua pihak dalam waktu dekat,” kata Wirasto.
Artanto juga meminta masyarakat tetap tenang dan tidak terpancing oleh informasi yang belum jelas kebenarannya. Ia menegaskan, Polda NTB akan serius menangani permasalahan tersebut.
Dalam siaran persnya, Bupati Lombok Barat Fauzan Khalid juga meminta masyarakat dan pemuda untuk tidak cepat terpovokasi oleh isu-isu yang tidak benar. Fauzan bersama wakilnya Sumiatun juga sudah ke Mareje untuk meredam ketegangan.
Fauzan meminta pemuda dapat menahan diri dan tidak cepat emosional. Kesalahpahaman yang dipicu oleh persoalan petasan, kata Fauzan, agar dapat diselesaikan dengan damai dan baik. Apalagi saat ini masih pada suasana Lebaran.
Secepatnya, untuk mediasi, kami mendorong bupati, pemerintah daerah, untuk duduk bersama dengan semua pihak dalam waktu dekat. (Wirasto Adi Nugroho)
Menurut Fauzan, kelompok pemuda harus menjadi perekat dan pelopor perdamaian. Kelompok pemuda adalah penerus bangsa sehingga mereka harus bersatu untuk meredam dan mengendalikan situasi agar tetap kondusif dan stabil. ”Saya meminta para pemuda kembali bersatu dan menghentikan ketegangan akibat salah paham,” kata Fauzan.