Kawasan Benteng Somba Opu tak hanya perihal peninggalan sejarah Kerajaan Gowa. Kawasan ini juga adalah Sulsel mini, di mana rumah-rumah adat berbentuk panggung dari seluruh kabupaten/kota se-Sulsel bisa dilihat.
Oleh
RENY SRI AYU ARMAN
·4 menit baca
Di tengah Kota Makassar yang padat dan bising, Benteng Somba Opu laksana oase. Walau masuk wilayah administratif Kabupaten Gowa, kawasan wisata ini juga banyak dimanfaatkan oleh warga Makassar karena lokasinya yang tak jauh dari pusat ibu kota Sulawesi Selatan itu.
Di kawasan ini, mata dimanjakan pepohonan rimbun di sana-sini. Yang tak kalah menarik adalah keberadaan rumah-rumah panggung yang sekejap bisa menuntaskan kerinduan pada suasana kampung.
Berada di bawah pengelolaan Dinas Pariwisata Sulsel, kawasan ini kini menjadi tempat berbagai kelompok masyarakat dan mahasiswa melakukan berbagai kegiatan.
Seperti pada Kamis (24/3/2022) sore, sekelompok penari dari Sanggar Andikar berlatih menari di Benteng Somba Opu. Mereka memanfaatkan sebuah bangunan, yakni baruga (aula pertemuan) yang berukuran besar dengan model rumah panggung. Suara musik pengiring memecah sunyi di sekitar baruga yang tenang.
Baruga ini hanya satu dari sekitar 20 bangunan yang ada di kawasan ini. Umumnya bangunan adalah rumah panggung yang mewakili kabupaten/kota di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. ”Kami berlatih disini dua kali seminggu. Memilih rumah adat di Benteng Somba Opu karena tenang dan sejuk. Suasana rumah panggungnya juga memberi kesan tersendiri saat latihan,” kata Widyanarsih Fahmi (45), anggota Sanggar Andikar yang berpusat di Makassar.
Mahasiswa juga sering memanfaatkan rumah-rumah panggung di kawasan ini untuk berbagai aktivitas, mulai pelatihan, diskusi, festival, hingga pentas seni. Mahasiswa arsitek memanfaatkan rumah-rumah panggung di kawasan sebagai objek latihan menggambar. Begitu pun anak-anak hingga mahasiswa yang belajar seni lukis.
Kawasan ini biasanya lebih ramai mulai Kamis hingga Minggu pada setiap pekan. Tidak jarang rombongan mahasiswa memanfaatkan rumah panggung untuk kegiatan yang menghabiskan waktu sehari hingga dua hari. Di luar aktivitas mahasiswa dan berbagai kelompok seni, kawasan ini ramai dikunjungi masyarakat umum yang sekadar datang melihat rumah panggung.
”Sering ke sini, duduk-duduk di bawah pohon di depan rumah panggung. Kadang bersama keluarga, kami sewa untuk kumpul-kumpul atau arisan. Suka karena merasa seperti di kampung. Kalau datang ke sini seperti bernostalgia karena rumah orangtua di kampung dulu rumah panggung dan sekarang sudah berubah jadi rumah batu,” kata Nursyamsi (50), warga Makassar.
Rumah-rumah panggung di kawasan ini biasanya disewakan antara Rp 500.000-Rp 800.000 per hari, tergantung besarnya rumah. Tak semua memiliki ukuran yang sama. Ada yang besar, ada pula yang kecil.
Saat sepi, warga sekitar Benteng Somba Opu kerap memanfaatkan kolong rumah panggung untuk beristirahat atau bercengkerama bersama kerabat dan tetangga. Beberapa warga juga memanfaatkan untuk aktivitas seperti menjemur padi.
”Kalau sepi saja dan tidak ada kegiatan. Toh, rumah-rumah di sini kami yang menjaga dan bersihkan. Biasanya bersama anak atau tetangga duduk-duduk di bale-bale di kolong rumah karena dingin. Kadang dipakai menjemur padi,” kata Daeng Ratu (55), warga Kecamatan Somba Opu, Gowa.
Bukan hanya rumah yang banyak rusak, melainkan di beberapa titik sampah banyak berserakan.
Walau menjadi kawasan wisata, sayangnya sebagian rumah mulai rusak tak terurus. Ini terutama terjadi di rumah-rumah yang ada di bagian belakang kompleks benteng. Kondisi ini terutama sejak era pandemi Covid-19 di mana kunjungan tak sebanyak dulu.
Horst Liebner, antropolog maritim berkebangsaan Jerman yang menetap di sekitar Kawasan Somba Opu, bahkan ikut prihatin dengan kondisi ini. ”Bukan hanya rumah yang banyak rusak, melainkan di beberapa titik sampah banyak berserakan. Ada pula lokasi yang jadi tempat penumpukan barang bekas. Sayang sekali karena semestinya tempat ini lebih terjaga,” katanya.
Saat ini kunjungan memang kembali ramai. Aktivitas berbagai kelompok masyarakat dan mahasiswa di tempat ini kian ramai. Tak peduli bahkan sebagian rumah mulai rusak atau beberapa titik di mana sampah kadang menggunung.
Terkait soal ini, Sekretaris Dinas Pariwisata Sulsel Devo Khaddafi mengakui beberapa tahun terakhir kawasan wisata Benteng Somba Opu memang terabaikan. Namun, mulai tahun ini, sejumlah pembenahan akan dilakukan.
”Kami akan membenahi fasilitas seperti toilet dan air bersih serta fasilitas lain. Kami juga akan meminta pemerintah kabupaten dan kota untuk mulai membenahi rumah-rumah yang rusak karena memang rumah-rumah ini adalah milik pemerintah kabupaten dan kota. Untuk lebih menghidupkan, kami juga akan rutin menggelar kegiatan seni budaya setidaknya sekali sebulan di kawasan ini dengan melibatkan berbagai pihak,” kata Devo.