Keracunan Gas Berulang di PT Sorik Marapi, 58 Warga Dirawat di Rumah Sakit
Kebocoran gas beracun kembali terjadi di PLTP Sorik Marapi. Sebanyak 58 warga dirawat di rumah sakit karena diduga keracunan gas dari pembangkit yang dioperasikan oleh PT Sorik Marapi Geothermal Power itu.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
PANYABUNGAN, KOMPAS — Kebocoran gas beracun kembali terjadi di Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Sorik Marapi. Sebanyak 58 warga dirawat di rumah sakit karena diduga keracunan gas hidrogen sulfida dari pembangkit yang dioperasikan oleh PT Sorik Marapi Geothermal Power itu.
Kebocoran sebelumnya terjadi pada Januari 2021. Saat itu lima orang meninggal, 29 orang dirawat di rumah sakit, dan 200 orang sempat mengungsi karena kebocoran gas beracun dari pembangkit listrik itu.
”Kami belum tahu apakah ini kelalaian atau murni faktor alam. Namun, ini kejadian sudah berulang. Kami meminta pihak perusahaan harus bertanggung jawab,” kata Bupati Mandailing Natal M Jafar Sukhairi Nasution, Senin (7/3/2022).
Kebocoran gas beracun terjadi pada Minggu (6/3/2022) sore hingga malam. Warga di sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sorik Marapi yang berada di Desa Sibanggor Julu, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, itu pun dilarikan ke RSUD Panyabungan karena mengalami sesak napas, mual, muntah, dan lemas. Rumah sakit pun sempat kewalahan menangani banyaknya pasien yang harus segera dirawat.
Jafar mengatakan, ada sekitar 10 orang yang memerlukan perawatan cukup serius. Di antara korban juga terdapat 12 anak yang tiga di antaranya masih bayi berusia di bawah satu tahun. Penanganan pun dilakukan untuk menyelamatkan para korban.
Kepala Kepolisian Resor Mandailing Natal Ajun Komisaris Besar Reza Akbar mengatakan, pihaknya mulai melakukan penyelidikan dengan meminta keterangan dari perusahaan, warga, dan pihak terkait lainnya. Ia menyebut polisi akan menyelidiki kasus itu apakah terdapat unsur kelalaian atau tidak.
Namun, ini kejadian sudah berulang. Kami meminta pihak perusahaan harus bertanggung jawab.
Reza mengatakan, dugaan keracunan gas itu bermula pada Minggu sekitar pukul 15.00 saat petugas dari PT Sorik Marapi melakukan uji sumur (well testing) yang berjarak sekitar 300 meter dari permukiman warga.
”Beberapa saat kemudian, sekitar pukul 16.30, beberapa warga mengeluhkan mual, pusing, dan muntah. Jumlahnya pun terus bertambah hingga malam,” kata Reza.
Manajer Pengembangan Masyarakat dan Humas PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) Nina Gultom mengatakan, pihaknya bersama kepolisian juga melakukan penyelidikan atas dugaan kebocoran gas beracun tersebut. ”Kami melakukan langkah pendahuluan dengan berfokus pada keselamatan warga, pekerja, serta pengamanan operasional dan aset,” kata Nina dalam keterangan tertulisnya.
Nina mengatakan, paparan gas beracun itu diduga terjadi di awal proses kegiatan buka sumur AAE -05. Masyarakat pun melaporkan ada paparan gas hidrogen sulfida (H2S) di sekitar area pengembangan PLTP Sorik Marapi.
Dalam kegiatan operasionalnya, seperti pembukaan sumur baru, kata Nina, PT Sorik Marapi melakukan semua tahapan kegiatan sesuai prosedur.
Berdasarkan informasi di situs resmi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, pembangunan PLTP Sorik Marapi merupakan proyek strategis nasional dan merupakan bagian dari program 35.000 megawatt listrik nasional. PLTP yang berada 480 kilometer di selatan Kota Medan itu direncanakan memiliki lima unit pembangkit dengan total daya listrik yang dihasilkan 240 megawatt.
Dua unit di antaranya telah beroperasi dengan daya yang tersambung ke jaringan PT Perusahaan Listrik Negara sebesar 2 x 45 megawatt. Unit lainnya sedang dalam pengerjaan. PLTP Sorik Marapi pun disebut sebagai proyek panas bumi tercepat berdasarkan durasi pengerjaannya.
Mayoritas saham (95 persen) PT SMGP tersebut merupakan milik KS Orka Renewables Pte Ltd, perusahaan pengembang dan operator panas bumi yang berbasis di Singapura.