Hampir 600 Nakes di Surakarta Terpapar Covid-19, Muncul Opsi Rekrut Sukarelawan
Hampir 600 tenaga kesehatan di Kota Surakarta, Jawa Tengah, terpapar Covid-19. Akibatnya, layanan vaksinasi mulai terganggu. Apabila jumlah tenaga kesehatan semakin menipis, ada opsi perekrutan sukarelawan.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Hampir 600 tenaga kesehatan di Kota Surakarta, Jawa Tengah, terpapar Covid-19. Akibatnya, terjadi ganggunan pelayanan vaksinasi meski secara umum pelayanan kesehatan masih terkendali. Apabila jumlah tenaga kesehatan semakin menipis, Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka akan merekrut sukarelawan.
Menurut data sementara Dinas Kesehatan Kota Surakarta, sejak 1 Februari 2022 terdapat 589 tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19. Para tenaga kesehatan itu bertugas di puskesmas dan rumah sakit.
”Untuk tenaga kesehatan yang bertugas di klinik, kami belum bisa menginventarisasi. Kami membuat Google Form untuk faskes-faskes tersebut agar mereka melaporkan ke kami. Yang terekam, datanya ada 589 orang. Ada yang sudah sembuh, ada juga yang masih isolasi. Kondisinya relatif baik,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta Siti Wahyuningsih di Kompleks Balai Kota Surakarta, Jawa Tengah, Rabu (23/2/2022).
Dalam kondisi tersebut, jelas Wahyuningsih, jumlah tenaga kesehatan yang bisa memberikan pelayanan otomatis akan berkurang. Pasalnya, sebagian tenaga kesehatan harus menjalani isolasi setidaknya selama 10 hari. Berkurangnya jumlah tenaga kesehatan itu berdampak pada kurang optimalnya pelayanan kesehatan yang diberikan di setiap fasilitas kesehatan (faskes), khususnya faskes yang hanya punya sedikit tenaga kesehatan.
Wahyuningsih mencontohkan puskesmas di Kota Surakarta terbagi menjadi dua macam, yaitu puskesmas kecil dan puskesmas besar. Total tenaga dari satu puskesmas kecil sekitar 20 orang, sedangkan puskesmas besar, yang melayani rawat inap, bisa mencapai sekitar 40 orang.
Adapun jumlah tenaga kesehatan yang tertular bisa mencapai 4-5 orang pada satu puskesmas. Bahkan, ada satu puskesmas yang tenaga kesehatannya berkurang hingga 15 orang akibat tertular Covid-19.
Imbasnya, ada salah satu puskesmas pembantu yang terpaksa ditutup sementara waktu karena kekurangan tenaga. Disebutkan pula, ada puskesmas yang meminta izin untuk tak ikut menggelar vaksinasi beberapa waktu akibat terbatasnya jumlah tenaga kesehatan.
Gangguan pelayanan paling terasa dalam hal pelaksanaan vaksinasi Covid-19. Pasalnya, vaksinasi menjadi salah satu tugas utama para tenaga kesehatan dari seluruh puskesmas dan rumah sakit di kota tersebut. Padahal, langkah-langkah percepatan vaksinasi juga merupakan strategi penting dalam penanganan Covid-19 yang terus merangkak naik belakangan ini.
Kalau yang terkena tenaga kesehatan, seperti dokter, perawat, atau bidan, pasti dampaknya akan ke vaksinasi.
”Ini sedikit mengganggu pelayanan. Kalau yang terkena tenaga kesehatan seperti dokter, perawat, atau bidan, pasti dampaknya akan ke vaksinasi. Sebab, pelayanan lainnya harus tetap jalan. Jadi, kami ambil skala prioritas,” kata Wahyuningsih.
Secara umum, tingkat penularan Covid-19 di Kota Surakarta belakangan ini memang cukup tinggi. Total kasus positif aktif hingga 23 Februari 2022 mencapai 3.513 kasus. Angka itu telah melampaui puncak kasus aktif saat merebaknya varian Delta, yakni sekitar 2.500 kasus, tahun lalu. Angka penambahan harian juga masih tinggi, yaitu berkisar 300-400 kasus per hari.
Gibran Rakabumng Raka tak memungkiri bahwa kondisi penularan sedang tinggi-tingginya beberapa waktu terakhir. Namun, ia mengklaim penanganan kesehatan masih bisa dikendalikan. Hal itu dibuktikan dari minimnya jumlah pasien Covid-19 yang meninggal.
Fasilitas kesehatan, kata Gibran, juga tak kewalahan menangani kasus-kasus yang ada. Sebab, sebagian besar pasien terdiri dari pasien tak bergejala dan gejala ringan yang memilih untuk menjalankan isolasi mandiri. Adapun total warga yang menjalani isolasi mandiri berjumlah 3.420 orang dari total kasus aktif sebanyak 3.513 orang.
”Sebenarnya angka kasus sudah melewati puncak dari varian Delta. Tetapi, kan, tidak ada kepanikan-kepanikan di RS. Jumlah yang dirawat dan yang meninggal masih bisa dikendalikan. Dulu, kalau sudah banyak kasus begini, kan, sudah pasang tenda dan segala macam. Sekarang tidak begitu,” ujar Gibran.
Gibran mengatakan, apabila tenaganya sangat kurang, ia berencana melakukan perekrutan sukarelawan. ”Kalau tenaga kesehatannya berkurang sekali, nanti akan kami carikan sukarelawan. Tenang saja,” kata Gibran.
Sebab, vaksinasi, yang menjadi salah satu tugas utama tenaga kesehatan, akan dipercepat demi membentuk kekebalan komunitas di daerah tersebut.