Wali Kota Surabaya Ancam Putuskan Utilitas Semrawut
Dalam penanganan dan pencegahan banjir, aparatur Surabaya perlu tegas, termasuk keberanian membongkar utilitas dalam saluran air yang mengganggu keandalan prasarana tersebut.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
AMBROSIUS HARTO
Petugas Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga Surabaya menata utilitas dalam saluran air Jalan Ngagel Timur, Rabu (19/1/2022). Keberadaan utilitas yang tidak tertata mengganggu keandalan prasarana dalam pengendalian dan penanganan banjir.
SURABAYA, KOMPAS — Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengancam akan membongkar atau memutus utilitas semrawut dalam saluran air. Pemilik utilitas agar menata instalasi sehingga tidak mengganggu fungsi utama saluran air dalam pengendalian dan penanganan banjir saat hujan turun.
”Semua utilitas agar dilihat ada izinnya atau tidak. Umumkan selama tujuh hari dan kalau tidak ada yang mengakui, saya ketok (putus),” ujar Eri saat meninjau kondisi saluran air di Jalan Ngagel Timur, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (19/1/2022).
Eri mengaku kecewa karena pemasangan utilitas dalam saluran air di Jalan Ngagel Timur semrawut dan ngawur. Karena tidak ditata, fungsi saluran air tidak akan maksimal untuk mengalirkan air guna menekan potensi banjir di kawasan tersebut. Instalasi yang tidak tertata memudahkan sampah tersangkut dan menghambat, bahkan menutupi aliran air.
”Ya begini ini yang bikin banjir, padahal saluran ada, tetapi fungsinya terganggu,” ujar Eri. Aparatur telah diperintahkan untuk mengecek kembali jaringan drainase, terutama kondisi utilitas di dalam saluran. Yang semrawut harus dicari pemiliknya dan dipaksa untuk ditata. Jika pemilik tidak mau menata, aparatur Surabaya diperintahkan untuk membongkar.
Anak membantu pengendara sepeda motor yang mogok saat banjir di Jalan Jagir Wonokromo Wetan, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (11/1/2022). Hujan yang terjadi tidak beberapa lama menyebabkan banjir di jalan tersebut.
Eri mengatakan, masalah banjir kembali menjadi sorotan dalam musim hujan ini. Surabaya telah berusaha membangun, memperbaiki, menambah, dan memaksimalkan sistem pengendalian banjir dari keberadaan jaringan saluran dan rumah pompa. Namun, banjir yang masih terjadi meski tidak lama membuat Eri terganggu. ”Artinya, pelayanan dalam penanganan banjir belum bagus,” katanya.
Menurut Eri, keberhasilan Surabaya dalam penanganan banjir secara sederhana bisa dibuktikan jika tidak ada banjir meski ibu kota Jatim ini diguyur hujan intensitas tinggi dalam durasi lama. Jika masih ada banjir di suatu kawasan meski tidak lama, program penanganan perlu diperbaiki dan ditingkatkan.
Tidak sembarangan
Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga Surabaya Lilik Arijanto menambahkan, penanganan banjir juga perlu mendapat dukungan luas dari masyarakat. Seluruh warga Surabaya harus memahami dan bersedia tidak membuang sampah sembarangan apalagi ke saluran. Dalam peristiwa banjir akhir-akhir ini, salah satu masalah mengapa saluran tidak lancar dan rumah pompa tidak maksimal, ternyata tersumbat sampah.
Lilik melanjutkan, di Surabaya ada saluran terbuka dan tertutup. Yang tertutup di atasnya ada yang difungsikan sebagai jalan raya, trotoar, atau kawasan khusus. Pemanfaatan bagian atas saluran, misalnya untuk kepentingan ekonomi pedagang kaki lima atau usaha mikro, harus menjamin tidak mengganggu keandalan prasarana.
”Janganlah misalnya sampah dari aktivitas usaha kemudian dibuang ke saluran,” kata Lilik.
Warga di warung kopi saat banjir di Jalan Jagir Wonokromo Wetan, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (11/1/2022).
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Surabaya Dedik Irianto mengatakan, anggota dan kendaraan serta peralatan disiapkan, termasuk untuk penanganan banjir. Petugas pemadam kebakaran berperan penting mencegah potensi banjir dengan penyedotan atau penyemprotan di suatu kawasan yang potensial banjir.
”Selain urusan pemadaman kebakaran, kami juga diminta membantu dalam penanganan banjir. Biasanya, kami diminta mengerahkan mobil dan petugas untuk mengatasi banjir,” ujar Dedik. Anggota pemadam kebakaran juga terbiasa bertugas dengan anggota instasi lain, misalnya memperlancar aliran di saluran, dan memompa dengan bantuan kendaraan, yakni genangan ke saluran terdekat.
Aparatur di Surabaya menyadari penanganan banjir tidak bisa selesai dengan sekadar meningkatkan keandalan prasarana terutama pengerukan, pelebaran, bahkan penambahan saluran. Banjir ditangani dari hulu ke hilir, termasuk keterkaitan dalam sistem atau jaringan saluran, sungai, waduk, atau bozem; keandalan pompa-pompa air; serta kerja sama aparatur lintas lembaga.
Selain urusan pemadaman kebakaran, kami juga diminta membantu dalam penanganan banjir. Biasanya, kami diminta mengerahkan mobil dan petugas untuk mengatasi banjir. (Dedik Irianto)
Dengan populasi mendekati 3 juta jiwa dan berkarakter megapolitan karena dihubungkan dengan aglomerasi Gerbangkertosusila (Gresik-Bangkalan-Mojokerto-Surabaya-Sidoarjo-Lamongan), dalam penanganan dan antisipasi banjir, Surabaya perlu mempertimbangkan membangun jaringan baru saluran air yang terintegrasi, apakah tertutup atau terbuka. Letak di pesisir utara juga menjadikan Surabaya menghadapi ancaman banjir dari rob atau pasang air laut dari Selat Madura.