Pastikan Pengungsi Bencana Alam di NTB Tetap Nyaman dan Aman
Menteri Sosial Tri Rismahari mengunjungi penyintas bencana alam di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Risma meminta agar kenyamanan dan keamanan pengungsi jadi prioritas.
Oleh
ismail zakaria
·4 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Penyintas bencana alam di NTB harus terus dijamin kebutuhan pokok hingga aman dari kemungkinan terdampak bencana alam susulan. Hal itu perlu dilakukan karena durasi pengungsian kemungkinan tidak akan berakhir dalam waktu singkat.
Banjir bandang melanda permukiman warga di Dusun Batulayar Utara di Kecamatan Batulayar, Lombok Barat, Senin (6/12/2021). Lima orang meninggal dan satu warga luka-luka. Selain belasan rumah rusak, lebih kurang 300 warga terdampak dan 50 rumah tangga mengungsi.
Sementara di Kekait Daye, Kecamatan Gunung Sari, Lombok Barat, ada sekitar 30 lebih rumah rusak dan sedikitnya 300 warga terdampak longsor. Mereka mengungsi di rumah kerabat atau masjid.
Pada Jumat (10/12/2021), Menteri Sosial Tri Rismaharini mengunjungi sejumlah titik pengungsian di sana. Risma didampingi Wakil Gubernur NTB Sitti Rohmi Djalillah dan Kepala Polda NTB Inspektur Jenderal M Iqbal. Selain itu, ada Komandan Resor Militer 162/Wira Bhakti Brigadir Jenderal Ahmad Rizal Ramdhani dan Bupati Lombok Barat Fauzan Khalid.
Saat itu, Risma melihat langsung dampak banjir bandang di Batulayar Utara dan longsor di Kekait Daya. Risma juga bertemu penyintas anak-anak dan orang tua di area pengungsian.
Menurut Risma, berdasarkan evaluasinya, zona pengungsian di kedua titik itu belum sepenuhnya aman. Di Batulayar Utara, misalnya, lokasinya di bawah area perbukitan sehingga rawan longsor. Begitu juga dengan masjid yang digunakan warga Kekait Daye yang berada di dataran rendah dan tidak jauh dari titik longsor.
Risma cenderung memilih lokasi pengungsian untuk penyintas di Batulayar Utara ke lapangan yang berada sekitar satu kilometer barat lokasi pengungsian saat ini. Sementara untuk Kekait Daye ada di area pasar Kekait.
”Infonya banyak lokasi pengungsian yang seperti itu. Tetapi, saya tidak bisa kunjungi semua. Sehingga nanti Bupati yang akan memetakannya dan kami akan penuhi apa saja kebutuhannya,” kata Risma.
Menurut Risma, tidak hanya bagi para penyintas, masyarakat di sekitar lokasi terdampak juga nantinya bisa memanfaatkan zona pengungsian baru tersebut. ”Artinya warga di sekitar itu, minimal saat hujan atau saat malam hari tinggal di sini,” kata Risma.
Risma memastikan, pihaknya akan menyiapkan fasilitas sesuai standar Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk pengungsian warga. Apalagi pengungsian diperkirakan tidak dalam satu atau dua minggu. ”Bisa juga sampai satu bulan. Sampai kondisinya dinyatakan aman,” kata Risma.
Tenda yang akan disiapkan, kata Risma, memiliki kapasitas 20 orang. Tenda dipastikan bisa membuat nyaman penyintas. Saat cuaca panas, tenda tersebut diklaim tetap sejuk. Selain itu, ada juga jendela dan sekat-sekat yang bisa digunakan penyintas keluarga.
”Jumlahnya sesuai dengan kebutuhan di sini. Kalau memang kurang, akan kami datangkan dari Bali dan Bekasi. Akan tetapi, dari hasil identifikasi, di sini sudah ada lima tenda,” kata Risma.
Menurut Risma, kebutuhan tenda seperti selimut juga akan disiapkan. Termasuk toilet portable yang menjadi salah satu keluhan pengungsi, termasuk bak penampungan air.
Terkait hal itu, Bupati Lombok Barat Fauzan Khalid mengatakan, akan langsung menyiapkan lokasi untuk pengungsian warga. Namun, Fauzan mengatakan pilihan tetap akan diserahkan ke warga. Alasannya, lokasi yang baru cukup jauh dari permukiman warga sebelumnya.
Hal serupa juga disampaikan Kepala Dusun Batulayar Utara Sholihin. Menurut dia, rencana relokasi pengungsian sangat bagus. Akan tetapi, ia tidak bisa memaksakan warganya.
”Pilihan kami kembalikan ke warga. Apalagi dengan lokasi sekarang, warga lebih mudah memantau rumahnya. Kalau ke lokasi baru, selain jauh, juga sudah di luar dusun saya,” kata Sholihin.
Sementara itu, menurut Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah NTB Sahdan, total tenda yang akan disiapkan sebanyak sembilan unit untuk wilayah Batulayar Utara. Sementara bagi Kekait Daye, ada enam unit.
”Saat ini, yang kami utamakan memang pengungsi. Itu yang mendesak,” kata Sahdan.
Terkait hal itu, berbagai pihak terus bergerak. Baik untuk pendataan hingga distribusi bantuan. Menurut Kepala Dinas Sosial NTB Ahsanul Halik, mereka berupaya agar semua masyarakat terdampak bisa mendapat bantuan. Apalagi mereka masih menerima laporan ada sejumlah titik yang belum mendapat bantuan.
”Tetapi, kami harus cek dulu sebelum didistribusikan. Jangan sampai, seperti di satu titik yang kami temukan, laporannya belum dapat bantuan, tetapi ternyata berlimpah,” kata Ahsanul.
Pada Jumat atau hari kelima pascabencana di Lombok Barat, proses pembersihan rumah warga masih berlangsung. Baik genangan air, maupun material lumpur di lokasi longsor atau banjir bandang. Namun, tidak semua proses pembersihan bisa menggunakan alat berat.
”Alat berat tidak bisa masuk ke sini sehingga pembersihan lumpur, termasuk membuka saluran juga harus manual,” kata Camat Gunung Sari M Mudasir di Kekait.
Menurut Sahdan, proses pembersihan memang butuh waktu. Tetapi, selain pembersihan rumah warga, fokusnya juga membuat aliran air. Hal itu untuk mengantisipasi luapan lagi karena tidak ada saluran pembuangan.