Semangat Inklusif dan Filosofi Jamur di Hari Disabilitas Internasional
Bertepatan dengan Hari Disabilitas Internasional, di Semarang, Jawa Tengah, digelar acara Hatiku Hatimu Hati Kita. Selain diisi acara menyanyi bersama anak-anak penyandang disabilitas, juga dilakukan penyerahan donasi.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA
Perancang mode Anne Avantie (kiri) memeluk salah satu anak penyandang disabilitas dalam acara Hatiku Hatimu Hati Kita di Museum Mandala Bhakti Semarang, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (3/12/2021). Acara yang digelar D’Kambodja Benih Kasih dan Yayasan Anne Avantie dalam rangka Hari Disabilitas Internasional itu diikuti sekitar 100 anak. Diserahkan juga donasi 10 motor ramah disabilitas kepada Grab.
Langit mendung pertanda akan hujan tak mengurangi keceriaan di salah satu sudut Museum Mandala Bhakti, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (3/12/2021) sore. Dengan mengenakan pakaian adat, sekitar 100 anak berkebutuhan khusus bernyanyi bersama diiringi alunan musik. Mereka tertawa bahagia. Senyum tulus penuh kasih sayang terlihat dari wajah para orangtua yang menemani.
Di bawah tenda, sejumlah anggota Komunitas Motor Penyandang Cacat (Compac) Semarang, dengan mengenakan seragam mereka, juga turut bergembira. Lewat acara tersebut, terselip harapan besar dari mereka agar inklusivitas dan aksesibilitas terhadap penyandang disabilitas di ”Kota Lumpia” itu semakin meningkat.
Sore itu, bertepatan dengan Hari Disabilitas Internasional, D’Kambodja Benih Kasih, Yayasan Anne Avantie, dan Grab menggelar acara Hatiku Hatimu Hati Kita. Selain diisi kegiatan menyanyi bersama anak-anak penyandang disabilitas, juga diserahkan donasi berupa 10 sepeda motor ramah disabilitas dari Yayasan Anne Avantie kepada Grab.
KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA
Tampak keceriaan sejumlah anak berkebutuhan khusus dalam acara Hatiku Hatimu Hati Kita di Museum Mandala Bhakti Semarang, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (3/12/2021). Acara yang digelar D’Kambodja Benih Kasih dan Yayasan Anne Avantie dalam rangka Hari Disabilitas Internasional itu diikuti sekitar 100 anak. Diserahkan juga donasi 10 motor ramah disabilitas kepada Grab.
Berbeda dari sepeda motor pada umumnya, sepeda motor ramah disabilitas memiliki tiga roda. Sepeda motor itu dirancang atau dimodifikasi oleh Compac Semarang. Nantinya, Grab memberi kesempatan kepada para penyandang disabilitas menjadi mitra. Untuk tahap awal, mereka akan mengantar makanan atau Grab Food.
”Harapannya, ini seperti jamur (yang tumbuh subur) di musim hujan. Bersama-sama, para pengusaha memberi, memberi, dan memberi sehingga lapangan pekerjaan bagi penyandang disabilitas terbuka lebih besar. Sahabat disabilitas akan punya kesempatan,” kata perancang mode Anne Avantie, pendiri Yayasan Anne Avantie.
KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA
Sejumlah anggota Komunitas Motor Penyandang Cacat (Compac) Semarang di sela-sela acara Hatiku Hatimu Hati Kita di Museum Mandala Bhakti Semarang, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (3/12/2021). Acara yang digelar D’Kambodja Benih Kasih dan Yayasan Anne Avantie dalam rangka Hari Disabilitas Internasional itu diikuti sekitar 100 anak. Diserahkan juga donasi 10 motor ramah disabilitas kepada Grab. Motor ramah disabilitas itu dirakit Ignatius Suwanto dari Compac Semarang. Donasi motor roda tiga tersebut untuk membuka lapangan kerja bagi para difabel.
Yayasan Anne Avantie, melalui Wisma Kasih Bunda, sejak lama telah memberi bantuan kepada anak-anak penyandang disabilitas. Sejumlah kegiatan rutin digelar, antara lain sekolah sore yang diisi kegiatan menyanyi, bermain musik, membuat kerajinan, dan menjahit. Ada harapan, itu menjadi bekal untuk berwirausaha kelak.
”Hanya, di tempat kami, waktu masih panjang (bagi anak-anak) untuk sampai memiliki usaha. Namun, paling tidak, saya awali dengan niat baik,” kata Anne.
Director of West Indonesia, Grab Indonesia, Richard Aditya, mengatakan, 10 motor ramah disabilitas hasil donasi merupakan yang pertama kali di Semarang. Namun, pihaknya masih mengkaji dan melihat perkembangan terkait layanan transportasi dengan sepeda motor roda tiga, yang sejauh ini belum dibolehkan.
KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA
Anak berkebutuhan khusus mengikuti acara Hatiku Hatimu Hati Kita di Museum Mandala Bhakti Semarang, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (3/12/2021).
”Selain itu, akan diperlukan juga pembuatan SIM D. Yang pasti, 10 sepeda motor itu nantinya akan diuji coba dulu untuk melayani pemesanan makanan atau Grab Food oleh mitra yang merupakan penyandang disabilitas,” ujar Richard.
Di tingkat nasional, kata Richard, ada kurang dari 100 mitra Grab yang merupakan tunarungu, tetapi baru untuk layanan transportasi mobil atau Grab Car. Pihaknya juga memastikan, ada informasi jelas bagi penumpang untuk memberi petunjuk kepada pengemudi. Di sisi lain, hal itu dapat meningkatkan kepercayaan diri sang pengemudi.
Inklusi
Teguh Supriyanto (46), penyandang disabilitas yang juga seorang guru sekolah luar biasa (SLB), mengatakan, aksesibilitas di sejumlah fasilitas di Kota Semarang relatif baik. Namun, ia berharap ada penguatan terkait inklusivitas. Dengan keberlanjutan, diharapkan, Kota Semarang akan semakin ramah disabilitas.
”Sebab, terkadang programnya ada, tetapi belum berjalan optimal. Misal ada murid dari SLB ke sekolah umum, tetapi sepertinya sekolah tersebut sepertinya belum siap menerima program inklusi. Menurut saya, saat ini, paling tidak sekolah-sekolah terus didorong ramah difabel. Begitu juga unsur di dalamnya,” ujar Teguh.
KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA
Sejumlah anak berkebutuhan khusus menyanyi bersama sambil mengenakan pakaian adat dalam acara Hatiku Hatimu Hati Kita di Museum Mandala Bhakti Semarang, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (3/12/2021).
Dwi Noviarini (40), warga Semarang Timur, orangtua penyandang tunadaksa, juga berharap perhatian pemerintah maupun pihak lain semakin meningkat. Ia pun berharap agar program-program yang mendukung kemandirian anak-anak difabel diperbanyak agar mereka dapat mandiri di kemudian hari.
Pemerintah Kota Semarang juga terus berupaya memperkuat nilai-nilai inklusi bagi para penyandang disabilitas di kota tersebut. Seperti diungkapkan Kepala Dinas Sosial Kota Semarang Muthohar, di antaranya layanan transportasi umum yang sudah menyediakan fasilitas bagi difabel. Di tingkat organisasi perangkat daerah (OPD), juga ditekankan untuk melakukan hal serupa. Saat ini, juga sedang dibangun Gedung Autis.
”Gedung itu nantinya untuk berbagai kegiatan. Juga ada layanan seperti dokter anak, psikolog, dan lainnya. Kami membuka ruang-ruang bagi penyandang disabilitas di sana. Menurut rencana, bakal diresmikan tahun depan,” ucapnya.
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Petugas mendata siswa berkebutuhan khusus untuk mendapatkan vaksin Covid-19 di SLB Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC), Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (3/8/2021). Pendataan tersebut dilakukan dengan cek kesehatan untuk memastikan layak vaksin minimal usia 12 tahun.