UMKM dan Pemasok Minyak Curah di Pantura Jateng Siap Beralih ke Kemasan
Sejumlah pengguna dan pemasok minyak goreng curah di Jateng mulai bersiap menyambut penerapan kewajiban minyak goreng kemasan pada awal 2022. Mereka mengaku siap beralih ke minyak goreng kemasan sesuai aturan.
Oleh
KRISTI UTAMI
·4 menit baca
TEGAL, KOMPAS — Kebijakan pemerintah mewajibkan minyak goreng wajib kemasan di pasar tradisional direspons positif. Sebagian pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah serta pemasok minyak goreng curah di wilayah pantura barat Jawa Tengah mengaku siap beralih ke minyak goreng kemasan.
Kewajiban peralihan dari minyak goreng curah ke minyak goreng kemasan itu tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 36 Tahun 2020 tentang Minyak Goreng Sawit Wajib Kemasan. Perdagangan minyak goreng curah di pasar rakyat masih boleh dilakukan hingga 31 Desember 2021 lantaran minyak goreng curah masih mendominasi pasar (Kompas.id, 29/11/2021).
Keputusan pemerintah tersebut disambut baik sejumlah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di pantura barat, seperti Kota Tegal dan Kabupaten Batang. Di Kota Tegal, pedagang kaki lima mulai beralih memakai minyak kemasan setidaknya sejak dua bulan terakhir.
”Sejak sebulan terakhir, harga minyak curah lebih mahal dari harga minyak kemasan, jadi saya beralih ke minyak kemasan. Alasan saya pakai minyak curah itu karena harganya lebih murah. Kalau sekarang harganya sama atau bahkan lebih murah, lebih baik saya pakai minyak kemasan saja," ucap Aziz (32), penjual martabak di Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal, Rabu (1/12/2021).
Menurut Aziz, harga minyak curah di pasar sekitar Rp 19.500 per liter, naik dari sebelumnya Rp 11.200 per liter. Adapun, harga minyak kemasan sekitar Rp 18.500 naik dari sebelumnya sekitar Rp 14.000-Rp 15.000 per liter. Setiap hari, Aziz membutuhkan sekitar 4 liter minyak goreng untuk keperluan berjualan martabak.
Kenaikan harga minyak goreng secara nasional disebut Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan terjadi akibat kenaikan harga minyak kelapa sawit mentah (CPO) global. Menurut Oke, Kemendag bekerja sama dengan produsen minyak goreng dan peritel telah menggelontorkan 11 juta liter minyak goreng kemasan sederhana dengan harga terjangkau Rp 14.000 per liter di sebanyak 45.000 gerai ritel. Hingga akhir tahun ini, jumlahnya akan ditambah menjadi 14 juta liter. Jumlah pembelian minyak goreng harga terjangkau itu juga dibatasi, satu orang satu kemasan (Kompas.id, 29/11/2021).
Terjamin
Keputusan beralih ke minyak kemasan juga diambil Tatik (44), pedagang warung makan di Kabupaten Batang. Tatik mengaku tidak masalah jika diwajibkan beralih menggunakan minyak goreng kemasan. Namun, dia meminta pemerintah menjamin ketersediaannya.
”Saya beralih ke minyak kemasan karena yang saat ini lebih banyak tersedia minyak kemasan. Minyak curah malah mulai langka. Kalau saya, (minyak) yang ada (di pasaran) apa, saya pakai,” katanya.
Sejak beralih ke minyak kemasan, Tatik merasa warna masakannya menjadi lebih cerah. Dari segi rasa, ia mengaku tidak ada perbedaan antara menggunakan minyak goreng kemasan dan minyak goreng curah.
Tak hanya pelaku UMKM, sejumlah pemasok minyak goreng curah juga mengaku siap mendukung kebijakan pemerintah dengan cara beralih ke minyak goreng kemasan. Bahkan, sebagian sudah menyiapkan merk dagang untuk minyak goreng kemasan yang akan dijual. Direktur PT Soegiarto Gemilang Tangguh, yang bergerak di bidang distribusi kebutuhan pokok, Anthony Hartono, mengaku sudah menyiapkan tiga merk dagang minyak kemasan yang akan dipasarkan di masyarakat.
”Sejak tujuh tahun lalu, wacana penggantian minyak goreng curah ke minyak goreng kemasan sudah berulang kali disampaikan pemerintah. Sejak saat itu pula, kami pelan-pelan mulai memikirkan strategi untuk beralih dari memasok minyak goreng curah ke minyak goreng kemasan,” ujar Anthony saat ditemui di kantornya, Desa Dampyak, Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal, Rabu petang.
Menurut Anthony, perusahaannya mendapatkan minyak goreng curah dari produsen-produsen minyak goreng di Semarang, Surabaya, dan Jakarta. Sedikitnya sekitar 150 ton minyak goreng curah disalurkan oleh perusahaan ke sejumlah daerah di Jateng, Jabar, dan DIY, setiap harinya.
”Kami berharap keputusan pemerintah untuk beralih ke minyak goreng kemasan itu tidak berubah-ubah lagi. Kalau sudah pasti, kami enggak waswas untuk berinvestasi dan beralih total. Dengan masuknya produk-produk minyak kemasan dari kami, harapannya, harga minyak goreng di pasaran menjadi lebih stabil,” ucapnya.
Anthony mengaku minyak goreng kemasan milik perusahaannya sudah dinyatakan memenuhi syarat dan mendapatkan izin untuk diperjualbelikan di masyarakat. Kualitas minyak dan seluruh proses pengemasan juga senantiasa diawasi oleh pihak berwenang.