Vaksin Kedaluwarsa di Kudus Jadi Pelajaran untuk Memperbaiki Koordinasi Antarlevel
Sebelumnya, 4.000 dosis vaksin AstraZeneca di Kudus kedaluwarsa. Ke depan, jika daerah tak mampu menyelesaikan karena berbagai keterbatasan, termasuk SDM, agar segera disampaikan sehingga bisa didorong ke daerah lain.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Tidak terpakainya 4.000 dosis vaksin Covid-19 di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, akibat kedaluwarsa hendaknya dijadikan pelajaran. Tata kelola dan koordinasi perlu diperbaiki, mulai dari pemerintah pusat, provinsi, hingga kabupaten/kota.
Anggota Komisi E DPRD Jateng, Yudi Indras Wiendarto, menyayangkan ribuan vaksin yang kedaluwarsa itu karena pada saat bersamaan, capaian vaksinasi sejumlah kabupaten di Jateng masih rendah. Di luar itu, daerah seperti Brebes dan Cilacap juga perlu terus mendapat dukungan vaksin karena wilayahnya yang luas dan penduduknya banyak.
”Ini jadi pembelajaran. Apabila daerah memang tak mampu menyelesaikan suntikan karena SDM-nya dirasa kurang atau karena hal lain, sampaikan saja ke dinas kesehatan provinsi. Dengan demikian, bisa didorong ke daerah yang capaiannya masih rendah. Koordinasi antarlevel ini penting,” ujar Yudi, Selasa (9/11/2021).
Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Kudus tak mampu menyelesaikan penyuntikan 50.000 dosis vaksin AstraZeneca dari Kementerian Kesehatan yang harus dihabiskan dalam 18 hari. Hingga masa kedaluwarsa pada 31 Oktober 2021, masih tersisa 4.000 dosis dan kini masih disimpan di gudang farmasi Kudus.
Sempat disebutkan bahwa vaksin terlalu lama di gudang provinsi. Namun, hal itu dibantah Gubernur Jateng Ganjar Pranowo yang menyebut sejak dikirim dari pusat, tanggal kedaluwarsa AstraZeneca memang mepet. Begitu vaksin tiba di gudang provinsi, daerah langsung diminta untuk segera mengambilnya.
Bupati Kudus HM Hartopo mengatakan, pihaknya memang terkendala dalam penyuntikan vaksin AstraZeneca. ”Karena sudah terbiasa pakai Sinovac, yang KIPI (kejadian ikutan pasca-imunisasi)-nya rendah sekali, bahkan tidak ada. Kalau AstraZeneca, (KIPI-nya) agak lumayan sehingga masyarakat kadang pilih-pilih,” katanya, Kamis (4/11/2021) (Kompas.id, 8/11/2021).
Mengenai hal itu, pemerintah daerah, bukan hanya dinas kesehatan dan puskesmas, didorong untuk mampu memberi pemahaman kepada warga agar mau divaksin, tanpa memilih-milih jenisnya. ”Harus ada kearifan lokal. Jadi harus pakai pendekatan kultur,” kata Yudi.
Perbaikan
Kepala Dinas Kesehatan Kudus Badai Ismoyo menyebutkan, pihaknya terus mempercepat vaksinasi, di antaranya dengan memberi pendampingan agar upaya percepatan berjalan efektif.
”Kami sedang mengupayakan, (seperti) pengaturan kewilayahan, perbaikan manajemen vaksin, edukasi, dan pendampingan dengan berbagai komponen masyarakat pendukung. Itu agar percepatan (vaksinasi) efektif dan tepat sasaran,” kata Badai.
Ia menambahkan, 4.000 dosis vaksin AstraZeneca yang kedaluwarsa saat ini masih disimpan di gudang farmasi Kudus, dengan prosedur standar operasi (SOP) penyimpanan vaksin. Itu sesuai petunjuk Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan.
Kepala Dinas Kesehatan Jateng Yulianto Prabowo memastikan hingga saat ini vaksin kedaluwarsa tersebut tidak akan dipakai. Terkait ketentuan-ketentuan selanjutnya masih menunggu arahan dari Kementerian Kesehatan. Adapun vaksin-vaksin di Jateng yang kedaluwarsa pada 30 November 2021 dipastikan akan tersuntikkan semua.
Berdasarkan data vaksin.kemkes.go.id yang dimutakhirkan Selasa (9/11/2021) pukul 12.00, vaksinasi dosis pertama di Jateng mencapai 18,3 juta atau 63,68 persen dari target. Sementara dosis kedua sebanyak 11,1 juta atau 38,75 persen dari target.