Mendaki gunung menjadi hobi Konsul Jenderal Jepang di Surabaya Takeyama Kenichi yang justru berkembang sejak bertugas di Indonesia karena keindahan alam, tantangan, dan nuansa petualangan yang lebih terasa.
Oleh
AMBROSIUS HARTO & AGNES SWETTA PANDIA
·2 menit baca
KONSUL JENDERAL JEPANG DI SURABAYA
Konsul Jenderal Jepang di Surabaya Takeyama Kenichi
Konsul Jenderal Jepang di Surabaya Takeyama Kenichi mengaku gandrung naik gunung-gunung di Indonesia. Bahkan, nyawanya sempat terancam saat gempa Nusa Tenggara Barat pada 5 Agustus 2018 ketika berada di kawasan puncak Gunung Rinjani.
Pengalaman mendebarkan sekaligus sempat membuat ”panik” kalangan staf dan sejawat di Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia di Jakarta itu tak membuatnya kapok. ”Di Jawa Timur, tersisa Argopuro dan Raung yang belum saya daki. Kalau Penanggungan, sejak saya bertugas di Surabaya (akhir April 2021), setiap dua pekan mendakinya,” kata Takeyama saat berkunjung ke Redaksi Kompas Biro Jawa Timur di Surabaya, Jumat (22/10/2021).
Menurut Takeyama, gunung-gunung yang didakinya setidaknya berketinggian minimal 3.000 meter. Memang ada beberapa gunung berketinggian kurang dari 3.000 meter tetap didaki karena ”kebesaran” dan medan yang menantang.
Kesukaan mendaki gunung, lanjut Takeyama, justru muncul ketika dirinya bertugas di Indonesia. Mendaki gunung-gunung di Indonesia sangat berbeda dibandingkan dengan di mancanegara, bahkan di negerinya. Gunung-gunung di luar Indonesia berfasilitas lebih lengkap sehingga pendakian lebih terasa seperti piknik.
”Gunung-gunung di Indonesia lebih asyik karena serba terbatas, petualangan dan tantangan lebih terasa dan saya selalu membawa GPS biar tidak tersesat meski selalu pakai guide (pemandu), ha-ha-ha,” ujar Takeyama yang senang menyantap dan memilih rawon sebagai kuliner terbaik Jatim.
Kesibukannya sebagai pejabat diplomatik membuat Takeyama lebih sebagai pendaki berkarakter ngebut. Pendakian ke Gunung Semeru beberapa tahun lalu dilibasnya dengan memanfaatkan libur akhir pekan.
Ketika diceritakan pengalaman Kompas mendaki Mahameru selama dua pekan, Takeyama cukup terheran. Bahkan, ketika diceritakan bahwa Penanggungan adalah gunung sakral dan lumbung khazanah purbakala Jatim, Takeyama berharap bisa mengubah cara mendakinya yang cenderung ngebut menjadi menikmati sekaligus mencari narasi atau cerita gunung-gunung yang didaki.