Kerinduan Bali Dikunjungi Wisatawan Mancanegara Segera Terobati
Pemerintah akan membuka Bali untuk menerima kunjungan internasional. Selama pandemi Covid-19, pariwisata Bali menyepi. Bali mengalami ”gering agung”.
”Tyang (saya) senang mendengar pemerintah akan membuka Bali untuk turis asing. Mudah-mudahan kami tidak di-PHP lagi,” kata Ni Wayan Sumiyati, pedagang pakaian di Pasar Umum Ubud, Gianyar, Rabu (13/10/2021).
Perempuan berumur 47 tahun yang sudah berjualan sekitar 22 tahun di Pasar Umum Ubud itu mengaku sudah merasakan manis dan pahit kehidupan sebagai pedagang kecil.
PHP yang dimaksud Sumiyati adalah singkatan dari pemberi harapan palsu. Sumiyati mengungkapkan, rencana pembukaan Bali untuk kunjungan wisatawan mancanegara selama masa pandemi Covid-19 sudah beberapa kali digulirkan dan diberitakan akan dijalankan, tetapi rencana itu tidak kunjung diwujudkan.
Senada Sumiyati, pedagang aneka perhiasan di Pasar Umum Ubud, I Wayan Mertha (60), juga berharap rencana pembukaan kembali Bali untuk kunjungan turis asing mulai Kamis (14/10/2021) dapat dilaksanakan sesuai dengan pernyataan pemerintah. ”Kami tentunya mengharapkan datangnya tamu sehingga kami dapat berjualan seperti dahulu,” ujar Mertha.
Sejak pandemi Covid-19 mengglobal, Bali mengalami masa sulit dan tertekan. Pariwisata yang menjadi lokomotif ekonomi Bali dan menggerakkan gerbong aktivitas masyarakat di ”Pulau Dewata” terpuruk dan menyepi. Bali menghadapi masa gering agung, baik dalam bentuk wabah penyakit yang diakibatkan virus SARS-CoV-2 maupun berupa tekanan ekonomi dan sosial.
Dampak sepinya wisatawan juga terlihat di beberapa kawasan wisata di Bali, misalnya di Kintamani, Bangli. Sejumlah tempat usaha masih tutup dan hanya tersisa beberapa usaha yang masih beroperasi. Pengelolanya bertahan dengan mengandalkan pengunjung lokal ataupun wisman yang masih berdiam di Bali.
Adapun di sekitar obyek wisata sawah berundak (terasering) Tegallalang, Gianyar, beberapa tempat berswafoto yang biasanya ramai pengunjung tampak tidak terurus, bahkan sudah ada yang ditutupi rumput.
Baik Sumiyati maupun Mertha mengaku mereka masih berdagang di Pasar Umum Ubud, Gianyar, meski sepi pembeli sebagai upaya dan usaha menjaga roda kehidupan keluarga agar tetap berputar di masa sulit selama pandemi Covid-19.
Baca juga: Pariwisata Bali Masih Menyepi Terdampak Pandemi
Terpuruk
Secara global, Organisasi Pariwisata Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNWTO) menilai keterpurukan pariwisata dunia selama 2020 mencapai 11 kali nilai kerugian yang tercatat selama krisis ekonomi global tahun 2009. Jumlah kedatangan internasional anjlok sedalam 74 persen atau sekitar 1 miliar orang, seiring dengan pembatasan perjalanan akibat Covid-19.
Khusus di Indonesia, berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah kunjungan wisman sepanjang tahun 2020 hanya 4,022 juta kunjungan atau turun 75,03 persen dibandingkan dengan 2019 yang 16,1 juta kunjungan (Kompas, 2/3/2021).
Meskipun sumbangan Bali terhadap perekonomian nasional relatif kecil, kontribusi dari sektor pariwisata Bali pada Indonesia cukup besar. Dalam Kompaspedia edisi Rabu (26/8/2020) disebutkan, Bali menjadi indikator perkembangan pariwisata Indonesia sekaligus sebagai etalase Indonesia di mata dunia. Rata-rata 6,5 juta orang berkunjung ke Bali setiap tahun.
Beragam mata uang asing, terutama dollar, yang sebelumnya bergemerincing mengisi pundi-pundi pendapatan asli daerah (PAD) kabupaten dan kota di Bali yang mengandalkan kunjungan wisatawan dan aktivitas pariwisata, menyurut akibat terjangan pandemi Covid-19 yang melanda dunia sejak akhir 2019.
Pemerintah pernah merencanakan pembukaan Bali untuk kunjungan wisman mulai Juli 2021. Rencana itu diawali dengan penetapan tiga kawasan zona hijau (green zone), yakni Ubud di Kabupaten Gianyar, Sanur di Kota Denpasar, dan Nusa Dua di Kabupaten Badung, yang dipersiapkan sebagai lokasi free covid corridor Bali dalam menerima kunjungan wisman. Namun, rencana itu tidak terlaksana karena pemerintah memberlakukan langkah pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat Covid-19 mulai awal Juli 2021.
Sebelumnya, pemerintah juga menyiapkan rencana pembukaan Bali bagi kunjungan wisman dalam masa pandemi Covid-19 pada September 2020. Walaupun sudah merencanakan dan menyiapkan prosedur standar operasi, yang salah satunya mengacu pada Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 3355 Tahun 2020 tentang Protokol Tatanan Kehidupan Era Baru terhadap 14 sektor, termasuk sektor pariwisata, rencana pembukaan Bali bagi kunjungan wisman pada September 2020 itu tidak terlaksana.
Dibuka kembali
Pemerintah memutuskan akan membuka kembali Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Badung, bagi kunjungan internasional ke Bali mulai 14 Oktober 2021. Perihal pembukaan Bali itu juga disinggung Presiden Joko Widodo ketika memberikan pengarahan kepada kalangan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) seluruh Bali di Kantor Gubernur Bali, Kota Denpasar, Jumat (8/10/2021).
Sebagai langkah awal, keputusan pemerintah itu patut diapresiasi dan diikuti. (Partha Adnyana)
Presiden menyebutkan, pemerintah akan menerima kunjungan calon wisman ke Bali dari beberapa negara yang dinilai sudah mampu mengendalikan pandemi Covid-19 dan menjalankan mekanisme travel bubble dengan Indonesia.
Baca juga: Penerbangan Internasional Bali Dibuka, Presiden:Kendalikan Risiko Penularan Covid-19
Dalam keterangan pers secara daring mengenai perkembangan PPKM Jawa dan Bali, Senin (11/10/2021), Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan, dalam tahap awal, pemerintah mengizinkan kunjungan dari 18 negara dengan kasus pandemi Covid-19 di level 1 dan level 2 dengan positivity rate di bawah 5 persen mengacu standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Secara terpisah, Ketut Ardana dari Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Bali mengungkapkan, kalangan pengusaha pariwisata di Bali, baik dari kalangan agen perjalanan pariwisata maupun mitra dan pembeli paket wisata, sama-sama mengharapkan Bali dapat segera menerima kedatangan internasional. Harapan itu juga tecermin dalam ajang temu bisnis Bali and Beyond Travel Fair (BBTF) 2021 yang digelar di Nusa Dua, awal Juni 2021.
Ardana mengatakan, calon wisman umumnya sudah merencanakan perjalanan mereka terlebih dahulu. Para pelancong itu akan menyiapkan diri dan mencari tahu persyaratan perjalanan di negara tujuan, baik dari informasi di negaranya maupun informasi di negara tujuan. Menurut Ardana, informasi mengenai persyaratan mengunjungi Indonesia di masa pandemi Covid-19 ini perlu disebarkan dan disosialisasikan.
Adapun Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali, yang juga Ketua Bali Tourism Board (BTB), Ida Bagus Agung Partha Adnyana menyatakan, kunjungan dari 18 negara dengan kasus pandemi Covid-19 dalam level 1 dan level 2 itu tidak serta-merta mengangkat pariwisata di Bali dari keterpurukannya.
Partha menyebutkan, pariwisata Bali akan lebih terdorong bergeliat jika pemerintah membukakan kunjungan internasional dari Amerika Serikat, Jerman, Rusia, dan Inggris. ”Sebagai langkah awal, keputusan pemerintah itu patut diapresiasi dan diikuti,” kata Partha.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Putu Astawa mengakui, pembukaan kembali Bali untuk kunjungan internasional mulai Kamis (14/10/2021) merupakan tahap awal yang benar-benar dipersiapkan agar lancar dan aman.
Astawa menyebutkan, Pemprov Bali bersama seluruh pemangku kepentingan terkait industri pariwisata di Bali sudah menyusun dan menyimulasikan panduan tentang ketentuan yang harus dilaksanakan dan dijalankan petugas di Bali dalam mengarahkan para pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) yang memasuki atau meninggalkan wilayah Indonesia, khususnya Bali, di masa pandemi Covid-19.
Persyaratan
Menjelang pembukaan kembali Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai untuk kunjungan wisman, pihak pemerintah pusat dan Pemprov Bali bersama instansi terkait pengelolaan bandara, Sabtu (9/10/2021), mengadakan simulasi penerimaan kedatangan dan penanganan penumpang dari luar negeri di Terminal Kedatangan Internasional Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Badung. Simulasi itu dilaksanakan untuk memastikan kesiapan prosedur standar operasi yang sudah disusun dan akan dijalankan setibanya penumpang di Bali.
Baca juga: Pembukaan Kembali Bali, Negara Asal Wisman Dibatasi
Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali, yang juga Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Kabupaten Badung, I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya menyatakan, persyaratan yang ketat dan prosedur yang disiapkan di Bali tidak sama dengan beberapa negara destinasi wisata dunia lain yang sudah menerima wisman, misalnya Thailand.
Menurut Suryawijaya, persyaratan yang diberlakukan bagi calon wisman ke Bali ataupun prosedur yang diterapkan mulai dari penerimaan di bandara, bertujuan memastikan kesehatan, keselamatan, dan keamanan semua pihak, termasuk calon wisman dan masyarakat di Bali.
Suryawijaya menyebutkan, pihak hotel di Bali juga terlihat antusias menyongsong pembukaan kembali kunjungan internasional ke Bali. ”Tahap awal ada 35 hotel yang sudah disiapkan menerima tamu untuk menjalani karantina. Sebanyak 62 hotel lainnya yang mengajukan kesiapan mereka menjadi hotel karantina bagi tamu yang kondisinya sehat,” kata Suryawijaya.
Kami berharap Bali kembali normal seperti sebelum pandemi. Supaya kami bisa makan dan membayar utang. (Sumiyati)
Adapun Kusnul Purnamasari (26), putri pemilik toko perhiasan Trisno di Pasar Umum Ubud, Gianyar, Rabu (13/10/2021), menyatakan, dirinya dan para pedagang di Pasar Umum Ubud, Gianyar, sudah lama dan sudah jarang berinteraksi dengan turis asing yang datang dan berbelanja di pasar seni itu. Meskipun kehidupan di Pasar Umum Ubud masih berdenyut karena masih ada wisatawan dalam negeri yang berkunjung dan bertransaksi, menurut Kusnul pedagang merindukan kehidupan dan suasana pasar yang ramai.
”Namanya juga pasar, ada interaksi antara pembeli dan pedagang, ada tawar-menawar dan transaksi,” kata Kusnul. Kusnul menambahkan, mereka sangat menghargai dan terbantu atas kehadiran tamu lokal dari Bali ataupun dari Indonesia ke pasar ketika Pasar Umum Ubud sepi tamu asing.
”Kami berharap pembukaan Bali itu benar-benar jadi supaya nantinya ada tamu yang datang. Pedagang tentu mengharapkan ada pembeli yang berbelanja,” ujar Kusnul.
Lebih lanjut Sumiyati mengungkapkan, dirinya dan juga pedagang lain di Pasar Umum Ubud sangat berhadap wisatawan dapat segera berkunjung ke Bali, khususnya ke Ubud. Kehadiran turis bersama pelancong akan menyemangati sebagian besar masyarakat Bali, terutama yang kehidupannya bergantung pada aktivitas pariwisata.
”Kami berharap Bali kembali normal seperti sebelum pandemi. Supaya kami bisa makan dan membayar utang,” kata Sumiyati. ”Namun, kami hanya bisa memasrahkan kepada Yang Di Atas. Sebagai orang Bali, kami percaya akan kuasa Ida Sanghyang Widhi, kepada Tuhan,” ujarnya.
Baik Kusnul, Mertha, maupun Sumiyati senada menyatakan pedagang dan komunitas di Pasar Umum Ubud, Gianyar, sudah mengikuti arahan pemerintah demi menjaga keselamatan serta keamanan di masa pandemi Covid-19, terutama menjalankan protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Apalagi Ubud sudah ditetapkan pemerintah sebagai satu dari tiga kawasan green zone di Bali bersama Sanur di Kota Denpasar dan Nusa Dua di Kabupaten Badung.