Situasi pandemi Covid-19 di Surabaya, Jawa Timur, masih melandai dan penanganan sementara ini baik, tetapi jangan sampai kendur untuk menahan perburukan datang kembali.
Oleh
AMBROSIUS HARTO, AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Situasi pandemi Covid-19 di Surabaya, ibu kota Jawa Timur, tetap melandai. Tingkat keterisian rumah sakit akan pasien Covid-19 rendah. Bahkan, Rumah Sakit Lapangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan 2 sedang tidak merawat satu pun pasien Covid-19.
Berdasarkan Indeks Pengendalian Covid-19 Litbang Kompas bertanggal 4 Oktober 2021, Jatim mendapat skor 72. Nilai itu naik dua poin dari sepekan sebelumnya, yakni 70. Secara umum, penanganan pandemi di Jatim lebih baik dibandingkan dengan pekan sebelumnya.
Gambaran itu selaras dengan situasi di Surabaya seperti tercantum dalam laman resmi https://vaksin.kemkes.go.id/. Sampai dengan Jumat (8/10/2021), per 100.000 penduduk per minggu, angka konfirmasi positif 4,69 (rendah), angka rawat inap di rumah sakit 1,92 (rendah), dan kematian 0,1 (rendah).
Adapun pengetesan 0,28 persen positivity rate per minggu, rasio penelusuran kontak erat 24,09 per kasus konfirmasi per minggu. Dari sisi penanganan, tingkat ketersian tempat tidur di rumah sakit (BOR) 3,13 persen per minggu.
Berdasarkan asesmen situasi, tingkat kasus konfirmasi, pasien rawat inap di RS, kematian, dan transmisi komunitas, Surabaya mendapat nilai 1 (baik). Tingkat tes, telusur, tangani (3T) ditambah kapasitas respons juga memadai (baik).
Surabaya sudah dua bulan terakhir mendapat asesmen nilai 1 (baik) bersama dengan 25 kabupaten/kota. Di Jatim masih ada 12 kabupaten/kota dengan asesmen 2 atau masih perlu perbaikan.
Kepala Dinas Kesehatan Surabaya Febria Rachmanita mengatakan, asesmen situasi merupakan penilaian terpadu dari Kementerian Kesehatan terhadap daerah dalam pengendalian Covid-19. Sampai saat ini pengendalian Covid-19 di Surabaya masih dalam penilaian baik, bahkan belum berubah selama dua bulan.
”Meski begitu, kami diperintahkan oleh Wali Kota Surabaya untuk tidak kendur dalam antisipasi, yakni tetap melaksanakan 3T dan memperluas cakupan vaksinasi,” kata Febria.
Untuk vaksinasi, dosis 1 telah diberikan kepada 2,446 juta jiwa atau 111 persen dari jumlah sasaran. Dosis 1 dan dosis 2 atau komplet telah diberikan kepada 1,772 juta jiwa atau 80 persen dari jumlah sasaran. Secara statistik, dalam konteks epidemiologi, Surabaya telah mencapai kondisi kekebalan kelompok karena vaksinasi komplet telah dilaksanakan di atas 70 persen sasaran.
Secara statistik, dalam konteks epidemiologi, Surabaya telah mencapai kondisi kekebalan kelompok karena vaksinasi komplet telah dilaksanakan di atas 70 persen sasaran.
Namun, epidemiolog Universitas Airlangga, Surabaya, Windhu Purnomo, meminta aparatur di Surabaya tidak kendur. Capaian vaksinasi perlu diperbandingkan dengan populasi yang 2,919 juta jiwa. Sasaran belum memasukkan anak-anak atau yang kategori usia di bawah 12 tahun dan kelompok masyarakat yang tidak boleh divaksin karena penyakit bawaan atau situasi kesehatan tidak memungkinkan.
Febria mengatakan, pihaknya masih menunggu instruksi Kementerian Kesehatan untuk melakukan vaksinasi bagi anak-anak di bawah 12 tahun. Jika sudah dibolehkan, vaksinasi akan lebih gencar lagi ditempuh oleh aparatur terpadu Surabaya.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, dalam situasi yang melandai, aparatur dan masyarakat diminta tetap waspada. Di saat inilah aparatur menggerakkan lagi tim buru swab, bahkan ditambah vaksinasi dengan sasaran lokasi-lokasi yang rawan kerumunan, yakni kedai dan obyek wisata.
Sepekan terakhir beribu-ribu orang yang dianggap kurang patuh pada protokol kesehatan telah menjalani tes cepat antigen dan yang belum vaksinasi segera disuntik vaksin.
Secara terpisah, Kepala RS Lapangan Surabaya Laksamana Pertama Ahmad Samsulhadi mengatakan, sejak sepekan lalu, fasilitas di dalam kompleks Museum Kesehatan Dr Adhyatma MPH di tepi Jalan Indrapura itu tidak menangani pasien Covid-19. Sejak difungsikan pada Juni 2020, RS Lapangan ini telah merawat dan menyembuhkan 10.076 pasien Covid-19 tanpa gejala, ringan, dan sedang.
”Meski demikian, kami tetap siaga untuk penanganan di mana saat ini seluruh petugas mempersiapkan diri dengan pelatihan-pelatihan,” kata Ahmad.