Korban PHK Saat Pandemi di Kalteng Kini Jadi Pengusaha
Para pekerja di Kalteng yang kehilangan mata pencarian di tengah pandemi beralih menjadi pengusaha. Pemerintah pun membantu dengan memberikan pelatihan dan pendampingan serta menyediakan platform digital.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Sebagian warga di Kalimantan Tengah yang kehilangan pekerjaan akibat pandemi kini menjadi pengusaha kecil dan menengah. Namun, bantuan berbagai pihak mutlak diperlukan untuk menjamin usaha mereka berkelanjutan.
Pandemi meremukkan beragam sektor usaha di Kalimantan Tengah. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kalteng mencatat, pada 2020 sebanyak 157 perusahaan swasta melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 340 karyawannya, sedangkan 2.126 karyawan dirumahkan sementara.
Salah satu yang terbesar ada di Kota Palangkaraya, ibu kota Kalteng. Setidaknya 1.877 karyawan terkena PHK dan dirumahkan sepanjang 2020-2021.
Akan tetapi, kondisi ini juga memicu kreativitas warga. Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) Kalteng Ati Mulyati mengatakan, saat ini ada penambahan pelaku usaha baru mencapai 63 persen. Pada Desember 2019, UMKM Kalteng tercatat lebih kurang 40.000 unit. Jumlahnya lantas bertambah menjadi 70.422 unit pada 2020.
”Banyak karyawan yang dirumahkan memilih berbisnis kecil, mikro hingga menengah,” ujar Ati.
Menurut Ati, hal itu juga didorong adanya bantuan sosial bagi pelaku usaha dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional. Anggaran pemerintah pusat dan daerah kini difokuskan untuk memulihkan ekonomi dengan memberikan stimulus hingga pendampingan kepada pelaku UMKM.
”Kami minta bantuan pemerintah pusat yang langsung direspons. Saat ini, kami gencar melakukan pelatihan dan pendampingan kewirausahaan kepada pelaku UMKM,” kata Ati.
Ati menjelaskan, untuk memfasilitasi para pelaku usaha tersebut, Pemerintah Provinsi Kalteng bekerja sama dengan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kalteng. Kantor Perwakilan BI Kalteng memandang perlunya strategi yang tepat untuk mendongkrak usaha, salah satunya melalui pengembangan digital.
Oleh karena itu, kedua pihak sepakat membuat sebuah situs bersama, yaitu Belanjakalteng.com. Situs itu dibuat untuk melayani pelaku usaha agar bisa menjual produknya dengan menggunakan media gratis buatan pemerintah.
”Menurut rencana akan diserahkan dari BI ke pemerintah sehingga nanti bisa dikelola dengan melibatkan semua dinas terkait di 14 kabupaten dan kota di Kalteng,” kata Ati.
Ati menjelaskan, sejak 2019 hingga 2021, pihaknya gencar memberikan pelatihan dan pendampingan kepada pelaku usaha yang kian banyak menggunakan media digital. Setidaknya 2.735 pelaku usaha mengikuti pelatihan kewirausahaan.
”Ada banyak tema pelatihannya, mulai dari e-digital, kewirausahaan, vokasi, hingga koperasi,” ujarnya.
Butuh dukungan
Dukungan itu sangat ditunggu warga yang baru memulai menjadi pengusaha. Kristina (32), warga Rajawali, Kota Palangkaraya, kini tengah memberanikan diri berjualan bakso goreng dengan aneka sambal. Perempuan yang sebelum bekerja di hotel ini belajar dari Youtube saat mempersiapkan semuanya. Dia kini sudah memiliki tempat berjualan di pinggir jalan.
Kristina menjelaskan, sebelumnya ia hanya menggunakan meja dan peralatan seadanya. Kini, dengan berbagai akses bantuan dari pemerintah, ia bisa membuat tempat berjualan di pinggir jalan.
Ardian, mantan pegawai salah satu restoran di Palangkaraya yang tutup saat pandemi, kini berjualan aneka minuman. Lapaknya menggunakan mobil yang diparkir di sekitar taman kota.
”Namun, saya belum pernah dapat bantuan. Belum tahu caranya,” katanya.