Pemkot Surabaya Rangkul Warga untuk Bercocok Tanam
Bercocok tanam di lahan kosong di sekitar rumah, termasuk memanfaatkan bekas tanah kas desa, terus digencarkan Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, dalam rangka menjamin ketahanan pangan warga.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
HUMAS PEMKOT SURABAYA
Salah satu cara untuk menjaga ketahanan pangan, Pemerintah Kota Surabaya terus memanfaatkan lahan kosong untuk ditanami, termasuk memanfaatkan 18 bak fiber ditanami padi di Taman Surya Balai Kota Surabaya, Jawa Timur, Rabu (9/6/2021).
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, memasifkan ajakan kepada warga untuk memanfaatkan lahan sempit di sekitarnya sebagai gerakan ketahanan pangan. Cara terbaru pemkot mendorong warga memanfaatkan 18 lahan bekas tanah kas desa untuk memperkuat ketahanan pangan di masa pandemi Covid-19.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya Yuniarto Herlambang, Senin (29/8/2021) mengatakan, instansinya terus memanfaatkan lahan kosong seperti lahan bekas tanah kas desa (BTKD) untuk memperkuat ketahanan pangan di ”Kota Pahlawan”.
Tahap awal, 18 lahan BTKD yang tersebar di kota dengan luas wilayah 326,8 kilometer persegi ini sudah ditanami berbagai jenis tanaman pangan dalam fiber. Ukuran fiber 6 meter persegi. Dari setiap kotak fiber hasil panen rata-rata 4 kilogram gabah. Juni lalu dari 18 fiber tersebut diperoleh sekitar 72,3 kilogram gabah.
Adapun 18 lahan BTKD berada di Jambangan, Kelurahan Sumber Rejo, Sambikerep, Lakarsantri, Kelurahan Jeruk RW 003, Persil 12 RW 013 Kelurahan Kebraon, Rusun Warugunung, Kecamatan Wonocolo, Tambak Wedi, Bangkingan, Kutisari Indah Utara, Kutisari Indah Utara VIII, Pakal Jalan Kauman, Taman Balas Klumprik, Wonocolo 2, Medokan Asri, Wonocolo 3, dan Medayu Kosaghra Rungkut.
HUMAS PEMKOT SURABAYA
Petugas sedang menyirami tanaman jagung di salah satu bekas tanah kas desa di Surabaya, Senin (29/8/2021).
Jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman pangan, antara lain ubi kayu, talas, ubi jalar, pisang, padi, jagung manis, sorgum, dan jagung bisi.
Menurut Herlambang, ketika membuka lahan BTKD itu, DKPP selalu melibatkan lurah, camat, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK), dan masyarakat setempat. Bahkan, ketika melakukan penanaman masyarakat juga digandeng sehingga perlahan mereka berminat untuk mengelola lahan BTKD itu.
Beberapa lahan BTKD milik pemkot selama ini sudah dikelola warga. Pemkot hanya menyediakan benih dan pupuk. Selama melakukan proses bercocok tanam, DKPP terus mendampingi dan memonitor tanaman secara berkala. Ada juga lahan BTKD yang masih dikelola oleh DKPP, namun hasil panennya dibagikan secara gratis kepada warga sekitar.
Penyediaan pangan semakin penting dan strategis di tengah pandemi Covid-19 untuk itu dibutuhkan peningkatan produktivitas sebagai langkah nyata, seperti Demplot Dambaan ini (Digna Jatiningsih)
Kepala Bidang Pertanian DKPP Kota Surabaya Rahmad Kodariawan menyebutkan warga umumnya antusias mengelola lahan BTKD untuk pertanian. Untuk itu ke depan, warga yang termasuk dalam Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) bisa mengelola lahan BTKD yang ada.
Sistem yang diterapkan, MBR mengelola dari awal sampai akhir. Adapun DKPP membantu benih dan pupuk, termasuk pendampingan. Hasilnya boleh dikonsumsi oleh MBR yang mengelola, dan sisanya dijual untuk pemasukan mereka.
Oleh karena itu, ia juga mengajak kepada warga Kota Surabaya terutama MBR untuk bersama-sama mengelola lahan BTKD itu. Warga pun tidak perlu jauh-jauh menyewa lahan pertanian.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menjelaskan, Pemkot terus mengembangkan budidaya padi pada bak fiber ke seluruh penjuru Kota Surabaya. Nantinya DKPP mengkoordinasi warga yang telah bercocok tanam padi agar terhubung dengan konsumen.
HUMAS PEMKOT SURABAYA
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi saat panen padi di Taman Surya Balai Kota Surabaya, Rabu (9/6/2021) dengan menanam padi di 18 bak fiber.
Dari hasil panen tersebut, Eri Cahyadi berharap, ke depan warga yang tidak memiliki lahan yang luas dapat melakukan budidaya tanaman padi bahkan cabai, tomat, kacang panjang dan tanaman hortikultura lain. Bagi warga yang berminat mengembangkan pertanian di sekitarnya, bisa mengajukan permohonan bibit tanaman termasuk tanaman hidroponik ke DKPP.
Pemupukan berimbang
Sementara itu Petrokimia Gresik juga mendorong petani di Gresik untuk pengoptimalkan lahan pertanian. Petani bisa mengoptimalkan lahan dengan menerapkan pemupukan berimbang. Pemupukan berimbang dilakukan dengan mengombinasikan penggunaan pupuk organik dan pupuk anorganik sesuai dosis yang dianjurkan. Cara ini bertujuan agar produktivitas meningkat dan kesuburan lahan pertanian tetap terjaga.
Pola pemupukan yang diaplikasikan, antara lain, NPK Phonska Plus (150 kg/0,5 hektar), Petroganik (250 kg/0,5 hektar), Urea (100 kg/0,5 hektar), dan Phonska OCA 3 liter/0,5 hektar. ”Produktivitas tinggi dicapai jika semua fokus terhadap pertanian seperti yang dilakukan pada Demplot Dambaan,” ujar Direktur Operasi dan Produksi Petrokimia Gresik Digna Jatiningsih.
Demplot penting karena banyak alih fungsi lahan di Gresik sehingga dibutuhkan intensifikasi agar ketahanan pangan tetap terjaga. Petrokimia Gresik melalui Demplot Dambaan memperkenalkan langsung pupuk organik cair Phonska Oca kepada petani Gresik.
Digna memastikan Demplot Dambaan merupakan percontohan dan diharapkan terus ditularkan kepada kelompok tani lain sehingga semakin banyak petani yang merasakan dampak positifnya.
HUMAS PETROKIMIA GRESIK
Direktur Operasi dan Produksi Petrokimia Gresik, Digna Jatiningsih bersama dengan Irdam V Brawijaya Brigjend Arie Subekti di Kebun Percobaan Petrokimia Gresik dalam kegiatan panen sayur dan buah Demplot Dambaan, Jumat (27/8/2021).
Gresik dikenal sebagai kota industri, namun peranan sektor pertanian dalam pencapaian swasembada pangan juga cukup besar. Demplot ini merupakan dukungan Petrokimia Gresik agar sumbangsih pertanian di Gresik untuk ketahanan pangan nasional semakin optimal.
Saat ini sudah ada 21 titik di 15 kecamatan di Kabupaten Gresik yakni Kecamatan Kebomas, Cerme, Benjeng, Wringinanom, Menganti, Kedamean, Manyar, Bungah, Sidayu, Ujung Pangkah, Panceng, Dukun, Duduksampeyan, Driyorejo, dan Balongpanggang. Sedangkan luas lahan demplot mencapai 10,5 hektar, dimana masing-masing titik seluas 5000 meter persegi.
Rata-rata hasil panen mengalami peningkatan 30 persen hingga 35% persen dari produktivitas sebelumnya. Demplot dengan peningkatan hampir mencapai 100 persen terjadi di Desa Kedungpring, Kecamatan Balongpanggang yaitu 98 persen yang mana hasil produktivitas sebelumnya hanya 5 ton/ha kini bisa mencapai 9,92 ton/ha.
”Penyediaan pangan semakin penting dan strategis di tengah pandemi Covid-19 untuk itu dibutuhkan peningkatan produktivitas sebagai langkah nyata, seperti Demplot Dambaan ini,” tandasnya.
Peningkatan hasil panen ini tidak lepas dari pendampingan Petrokimia Gresik yang mengajak petani menerapkan pemupukan berimbang dengan mengombinasikan penggunaan pupuk organik dan pupuk anorganik sesuai dosis yang dianjurkan. Hal ini bertujuan agar produktivitas meningkat dan kesuburan lahan pertanian tetap terjaga.
KOMPAS/AGNES BENEDIKTA SWETTA BR PANDIA
Di area Uji Aplikasi Produk Riset di Kebun Percobaan Petrokimia Gresik yang berlokasi di Jalan Noto Prayitno, Gresik, Jawa Timur, seperti Selasa (24/8/2021) kini tak sekadar tempat implementasi komitmen PG untuk memperkuat arah pengembangan perusahaan berbasis riset, tetapi juga bisa menjadi sarana agroekowisata bagi masyarakat sekitar.