Masifkan Bansos dan Vaksinasi, Anggaran Covid-19 Kota Tegal Ditambah
Kendati anggaran yang terserap belum maksimal, Pemkot Tegal, Jateng, dan DPRD setempat menambah anggaran penanganan Covid-19. Anggaran itu digunakan untuk menggenjot vaksinasi dan menyalurkan bantuan pangan.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
KOMPAS/KRISTI DWI UTAMI
Suasana rapat kerja Badan Anggaran bersama Tim Satgas Penanganan Covid-19 Kota Tegal dan DPRD Kota Tegal, Jateng, untuk mengevaluasi penggunaan anggaran penanganan Covid-19, Selasa (22/6/2021).
TEGAL, KOMPAS — Anggaran penanganan Covid-19 di Kota Tegal, Jawa Tengah, ditambah dari semula Rp 57 miliar menjadi Rp 96 miliar. Penambahan anggaran tersebut, antara lain, ditujukan untuk penyaluran bantuan sosial bagi masyarakat terdampak Covid-19 dan penyelenggaraan 1.000 gerai vaksinasi.
Pada akhir 2020, Pemerintah Kota Tegal dan DPRD Kota Tegal menganggarkan dana Rp 57 miliar untuk penanganan Covid-19 di wilayah mereka selama 2021. Dari anggaran tersebut, sebanyak 28 persen atau sekitar Rp 15 miliar sudah digunakan.
Saat anggaran belum sepenuhnya terserap, pada pekan lalu, DPRD Kota Tegal dan pemerintah setempat kembali menggelar rapat penambahan anggaran penanganan Covid-19. Anggaran tambahan yang disepakati untuk penanganan pandemi hingga empat bulan ke depan sebesar Rp 39 miliar.
Suasana di ruang instalasi gawat darurat Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah, Kota Tegal, Jawa Tengah, Rabu (30/6/2021). Rumah sakit rujukan Covid-19 yang menyiapkan 177 tempat tidur itu merawat 153 pasien Covid-19 pada Rabu siang. Dengan demikian, tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit tersebut mencapai 86,44 persen.
”DPRD bersama Pemkot Tegal sudah menyepakati penambahan anggaran cukup banyak, Rp 39 miliar. Dengan begitu, total anggaran penanganan Covid-19 pada 2021 sebanyak Rp 96 miliar,” kata Ketua DPRD Kota Tegal Kusnendro, Selasa (24/8/2021).
Menurut Kusnendro, anggaran tambahan sebesar Rp 39 miliar itu sebagian akan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan program 1.000 gerai vaksinasi. Program yang diselenggarakan sejak awal Agustus itu dimaksudkan untuk menggenjot capaian vaksinasi. Sebab, pemerintah setempat menargetkan sebanyak 90 persen warganya sudah divaksin pada Oktober 2021.
Selain menyelenggarakan program 1.000 gerai vaksinasi, tambahan anggaran akan digunakan untuk menyalurkan bantuan pangan bagi warga terdampak pandemi. Bantuan berupa beras masing-masing sebanyak 20 kilogram.
KOMPAS/KRISTI DWI UTAMI
Warga mengantre sebelum dipanggil masuk ke tenda vaksinasi yang berada di depan gedung Semarang Cheriboon Stroomtram, Kota Tegal, Jawa Tengah, Rabu (4/8/2021). Tempat tersebut merupakan salah satu dari seribu gerai vaksinasi yang ada di Kota Tegal. Program seribu gerai vaksinasi diluncurkan pemerintah setempat untuk memudahkan masyarakat mengakses lokasi vaksinasi sehingga capaian vaksinasi di Kota Tegal yang saat ini mencapai 51,7 persen bisa terdongkrak.
Kepala Bagian Pengadaan Barang dan Jasa Sekretariat Daerah Kota Tegal Heru Prasetya mengatakan, anggaran yang disiapkan untuk penyaluran bantuan sosial sekitar Rp 13 miliar. Sebanyak Rp 12,6 miliar digunakan untuk membeli beras dan sisanya untuk biaya operasional penyaluran bantuan.
”Paket bantuannya berupa beras, masing-masing sebanyak 20 kilogram. Kami beli dari Bulog Cabang Pekalongan sebanyak 60.000 paket. Harga setiap paket Rp 210.000,” tutur Heru.
Heru menambahkan, pihaknya menerapkan standar tertentu dalam pemilihan beras. Beras yang akan dibeli harus memenuhi spesifikasi, seperti butir patah maksimal 15 persen dan derajat sosoh minimal 95 persen.
KOMPAS/KRISTI DWI UTAMI
Petugas menunjukkan kondisi beras sisa impor 2018 di Gudang Bulog Cabang Pekalongan, Desa Munjungagung, Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Selasa (23/3/2021). Hingga saat ini, sekitar 2.000 ton beras impor dari Vietnam, Thailand, dan India masih menumpuk di enam gudang milik Bulog Cabang Pekalongan. Kondisi beras impor yang berusia hampir tiga tahun tersebut sudah mulai menguning, berdebu, dan bau apak.
Menurut Heru, Pemkot Tegal sudah mengadakan kesepakatan dengan sejumlah pihak untuk menjamin beras sampai di tangan para penerima manfaat dalam keadaan baik. Petugas di setiap kelurahan diminta mengecek dahulu kualitas beras sebelum menyalurkan kepada masyarakat. Jika ada beras yang kualitasnya buruk, petugas bisa melapor ke Pemkot Tegal supaya mendapatkan pengganti.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Dinas Sosial Kota Tegal Bajari menyebutkan ada sekitar 90.000 keluarga di wilayahnya. Dari jumlah tersebut, sekitar 86.000 keluarga diperkirakan terdampak pandemi Covid-19. Namun, belum semua mendapatkan bantuan.
KOMPAS/KRISTI DWI UTAMI
Pedagang kaki lima membentangkan bendera putih sebelum dipasang di Jalan Ahmad Yani, Kota Tegal, Jawa Tengah, Selasa (27/7/2021). Pemasangan bendera dilakukan sebagai tanda bahwa PKL menyerah menghadapi aturan yang diterapkan selama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 4, salah satunya aturan makan di tempat maksimal 20 menit. PKL juga menuntut agar bantuan bagi warga terdampak PPKM, khususnya PKL, segera disalurkan.
”Hingga bulan Agustus, yang sudah mendapat bantuan dari berbagai program sekitar 26.000 keluarga. Jadi, masih ada sekitar 60.000 keluarga yang belum mendapatkan bantuan sama sekali. Itu yang nanti akan menjadi sasaran kami,” kata Bajari.
Bajari menargetkan penyaluran bantuan kepada 60.000 keluarga itu rampung dalam dua pekan ke depan. Untuk mempercepat penyaluran, pihaknya akan mengerahkan petugas di setiap kecamatan dan kelurahan. Dalam sehari, setiap kecamatan ditargetkan selesai membagikan bantuan minimal di satu kelurahan.
Petugas menunjukkan bantuan paket sembako dari Pemerintah Kota Tegal bagi masyarakat miskin dan terdampak pandemi Covid-19 di Kelurahan Slerok, Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal, Jateng, Minggu (19/4/2020). Bantuan tersebut mulai didistribusikan ke masyarakat pada Senin (20/4/2020).