Pembelajaran tetap muka di daerah pedalaman NTT wajib menerapkan protokol pencegahan penularan Covid-19.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Nusa Tenggara Timur mengizinkan pembelajaran tatap muka di daerah pedalaman yang tidak terdapat kasus Covid-19. Kendati demikian, proses pembelajaran wajib menerapkan protokol Covid-19 secara ketat.
”Dalam temuan kami di daerah pedalaman Pulau Timor, di sana masyarakat tidak mengenakan masker dengan alasan daerah itu zona hijau. Karena itu, kami izinkan para kepala sekolah untuk memulai pembelajaran tatap muka,” kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT Linus Lusi pada Kamis (19/8/2021).
Menurut data Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT, jumlah sekolah menengah atas, sekolah menengah kejuruan, dan sekolah luar biasa di daerah itu sebanyak 903 unit. Lebih dari separuh sekolah dimaksud berada di wilayah pedalaman.
Kami sebetulnya sudah bisa mulai belajar tatap muka karena di sini tidak ada kasus Covid-19. Belajar tatap muka memang tidak tergantikan.
Sehari sebelumnya, Rabu (18/8), Linus mendatangi sejumlah sekolah menengah atas dan sekolah menengah kejuruan di pedalaman Kabupaten Kupang yang tersebar mulai dari Kecamatan Amarasi, Amarasi Timur, dan Amabi Ofeto Timur. Lokasi terjauh berjarak sekitar 100 kilometer dari Kota Kupang.
Dalam kunjungan tanpa pemberitahuan itu, Linus mendapati banyak sekolah dengan kondisi lingkungan yang tidak terurus. Ruang kelas kotor dengan sampah, kursi dan meja pun berantakan. Linus tiba pada saat jam sekolah, tetapi ia tidak mendapati seorang guru pun di sekolah itu.
Padahal, dalam pembelajaran jarak jauh, sekolah tetap dibuka. Guru-guru diminta datang ke sekolah secara bergantian. Selain menyiapkan bahan ajar, mereka juga menanti kedatangan siswa yang menyerahkan tugas.
Di beberapa sekolah, ia mendapati hanya satu guru. ”Selama Covid-19, anak-anak belajar di rumah, guru-guru juga di rumah. Bahkan, ada guru yang tinggal di Kota Kupang,” kata Marthen Jolawang, guru di SMK Negeri 1 Amarasi. Sekolah itu berjarak sekitar 50 kilometer dari Kota Kupang.
Di sekolah dengan bidang keahlian peternakan dan pertanian itu nyaris tidak tampak jejak kegiatan sekolah. Kandang pemeliharaan ayam kosong. Tempat penanaman hortikultura hanya berupa satu bedeng tanaman cabai. ”Roh sekolah benar-benar mati,” ucap Linus.
Sementara di permukiman dekat sekolah itu, warga tidak mengenakan masker dengan alasan di daerah itu belum ditemukan kasus Covid-19. ”Tatap muka boleh dimulai dengan protokol ketat. Jangan berpikir zona hijau, jadi boleh abai protokol kesehatan,” ujar Linus.
Hingga Rabu (18/8), jumlah kasus Covid-19 di NTT sebanyak 49.529 orang dengan pasien yang menjalani perawatan 10.560 orang dan meninggal 1.056 orang. Sebagian besar kasus berada di wilayah perkotaan.
Sejumlah guru mengatakan, izin untuk belajar tatap muka selama ini ditunggu pihak sekolah. ”Kami sebetulnya sudah bisa mulai belajar tatap muka karena di sini tidak ada kasus Covid-19. Belajar tatap muka memang tidak tergantikan,” kata Denti Anunut, guru Matematika pada SMK Negeri 1 Amabi Oefeto Timur.
Di sekolah itu praktis tidak ada proses belajar mengajar. Selama pandemi, siswa dirumahkan, begitu pula guru-guru yang sebagian pulang kampung. Pembelajaran jarak jauh pun tidak bisa dilangsungkan lantaran tidak ada jaringan internet. Proses hingga evaluasi belajar tidak lagi sesuai standar