Kota Pontianak Gelar Pembelajaran Tatap Muka Rabu Pekan Depan
Pembelajaran tatap muka di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, akan digelar pada Rabu (18/8/2021) secara terbatas. Meski begitu, orangtua murid masih ada yang khawatir melepas anaknya mengikuti pembelajaran tatap muka.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
KOMPAS/EMANUEL EDI SAPUTRA
Tempat cuci tangan disiapkan di depan kelas di SMPN 01 Pontianak, Kalimantan Barat, Senin (22/2/2021).
PONTIANAK, KOMPAS — Kota Pontianak, Kalimantan Barat, mulai melaksanakan pembelajaran tatap muka pada Rabu (18/8/2021) pekan depan. Meskipun demikian, pembelajaran tatap muka masih dilakukan secara terbatas.
Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono, Jumat (13/8/2021), menuturkan, pembelajaran tatap muka dilaksanakan seiring dengan ditetapkannya Kota Pontianak dalam pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 3.
Hal tersebut sebagaimana tertuang dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2021 tentang PPKM Level 3, Level 2, dan Level 1. Dalam instruksi tersebut disebutkan, untuk wilayah kriteria level 3, pelaksanaan pembelajaran tatap muka secara terbatas dapat dilaksanakan.
”Dalam pelaksanaan nantinya dilakukan secara bertahap. Kami sudah melakukan berbagai persiapan untuk pelaksanaan pembelajaran tatap muka di sekolah secara terbatas,” ujar Edi.
Vaksinasi kedua di halaman Gedung Olahraga Stadion Sultan Syarif Abdurrahman (SSA) Pontianak, Kalimantan Barat, Senin (2/8/2021).
Dalam pelaksanaan pembelajaran tatap muka diutamakan untuk tingkat SD kelas VI dan SMP kelas IX. Peserta didik yang mengikuti pembelajaran tatap muka juga dibatasi, yakni 50 persen atau setengah dari kapasitas ruang belajar.
”Nanti akan kami atur lagi bagaimana cara yang paling efektif dalam pelaksanaan pembelajaran tatap muka tersebut,” ujarnya.
Edi menekankan, hal yang paling utama dan harus diperhatikan dalam pemberlakuan pembelajaran tatap muka di sekolah adalah keselamatan para siswa dan guru. Hampir sebagian besar para guru di Pontianak telah mendapatkan vaksin Covid-19. Meskipun masih ada sebagian yang belum divaksin karena terkendala kesehatannya.
”Untuk cakupan vaksin bagi guru di Pontianak, sudah mendekati 100 persen. Namun, ada beberapa yang terkendala karena penyakit yang dideritanya,” kata Edi.
KOMPAS/KRISTI DWI UTAMI
Siswa memperkenalkan diri di depan kelas saat pembelajaran tatap muka di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Slawi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, pada masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat level 3, Kamis (12/8/2021).
Pemerintah Kota Pontianak beberapa waktu lalu juga sudah pernah melakukan uji coba pembelajaran tatap muka. Selain itu infrastruktur, sarana dan prasarana penerapan protokol kesehatan, seperti mencuci tangan, pengukuran suhu tubuh, dan pengaturan kursi yang berjarak di sekolah telah dipersiapkan. ”Jadi pada dasarnya untuk pembelajaran tatap muka sudah siap,” ujarnya lagi.
Untuk cakupan vaksin bagi guru di Pontianak, sudah mendekati 100 persen. Namun, ada beberapa yang terkendala karena penyakit yang dideritanya.
Edi menuturkan lebih lanjut, Pontianak berhasil keluar dari PPKM level 4. Sebelumnya, Kota Pontianak menjadi satu di antara beberapa kabupaten/kota yang ditetapkan dalam PPKM level 4. Bahkan PPKM level 4 sempat beberapa kali diperpanjang.
Daerah-daerah dengan kriteria PPKM level 1, 2, dan 3 diberikan beberapa relaksasi atau kelonggaran aktivitas, salah satunya Pontianak. Hal tersebut di antaranya diperbolehkan makan dan minum di tempat pada tempat usaha kuliner. Kemudian operasional pusat perbelanjaan diperbolehkan, resepsi pernikahan diperbolehkan dengan protokol kesehatan secara ketat.
”Harapan saya, para pelaku usaha dan masyarakat bisa terus menjaga Kota Pontianak jangan sampai kita kembali ke zona merah atau PPKM level 4,” kata Edi.
KOMPAS/KRISTI DWI UTAMI
Guru berjalan menuju kantornya seusai mengikuti pembelajaran tatap muka di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Slawi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, pada masa PPKM level 3, Kamis (12/8/2021).
Loren (47), salah satu orangtua murid, menuturkan, ia masih khawatir jika anaknya mengikuti pembelajaran tatap muka karena tidak semua sekolah memiliki fasilitas yang memadai sesuai dengan protokol kesehatan. Selain itu, harusnya anak-anak divaksin terlebih dahulu agar tidak membahayakan mereka.
Siapa yang bisa memastikan dalam perjalanan pergi dan pulang sekolah tidak berisiko dengan kondisi kesadaran masyarakat yang masih rendah terhadap Covid-19 dan protokol kesehatan. Melihat hal itu, Loren memilih anaknya lebih baik mengikuti pembelajaran secara daring walaupun dengan konsekuensi pembelajarannya tidak sempurna. Ia masih mengutamakan kesehatan anak.
Giring (50), orangtua siswa lainnya, juga masih khawatir jika anaknya mengikuti pembelajaran tatap muka. Sebab, para siswa dari beberapa wilayah yang sehari-harinya ketika tidak sekolah mungkin ke sejumlah tempat sehingga cukup rawan. Walaupun di sisi lain sudah mulai ada pendaftaran vaksinasi bagi siswa.
Menurut Giring, seharusnya vaksinasi dituntaskan terlebih dahulu, setelah itu pembelajaran tatap muka baru dimulai. Vaksinasi guru di tempat sekolah anaknya kemungkinan sudah dilakukan, hanya vaksinasi siswa yang belum semuanya. Giring meminta anaknya untuk belajar daring saja terlebih dahulu.