Upaya penelusuran pelacakan kontak pasien Covid-19 berusaha dioptimalkan dengan aplikasi digital bernama Silacak. Prajurit TNI dari tiga matra dilibatkan, termasuk dari Polri.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Sabtu (31/7/2021) sore, meninjau langsung penerapan aplikasi pelacak digital ”Silacak” dari Kementerian Kesehatan di sejumlah puskesmas di Kabupaten dan Kota Malang, Jawa Timur.
Aplikasi Silacak adalah program penguatan tracing dalam penanganan pandemi Covid-19 dan telah dilaksanakan di 51 kabupaten/kota di 10 provinsi, antara lain DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Kalimantan Selatan.
Silacak melibatkan sukarelawan contact traser di lapangan, termasuk para bintara pembina desa (babinsa), bintara pembina potensi maritim (babinpotmar), bintara pembina potensi dirgantara (babinpotdirga), serta bhayangkara pembina keamanan dan ketertiban masyarakat (bhabinkamtibmas).
Sebelumnya, mereka telah mendapatkan pelatihan dengan menggunakan aplikasi Silacak guna mencari data penyebaran Covid-19. Tugas yang diemban para pelacak (tracer) adalah menggali informasi melalui metode tracing dan koordinasi lanjutan dengan pihak terkait dalam menentukan tindakan di lapangan.
Beberapa puskesmas yang dikunjungi oleh Panglima TNI bersama rombongan adalah Puskesmas Lawang dan Puskesmas Ardimulyo di Kabupaten Malang serta Puskesmas Polowijen di Kota Malang.
Hadir dalam rombongan, antara lain, Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan Polri Komisaris Jenderal Arief Sulistyanto, Kepala Polda Jatim Inspektur Jenderal Nico Afinta, dan Panglima Divisi 2 Kostrad Mayor Jenderal Andi Muhammad.
Selain itu juga ada Komandan Lanud Abdul Rachman Saleh Marsekal Pertama Zulfahmi, Panglima Kodam V/Brawijaya Mayor Jenderal Suharyanto, dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Letnan Jenderal Ganip Warsito, serta Forum Komunikasi Pimpinan Daerah setempat.
Saat di Puskesmas Ardimulyo, misalnya, Hadi mengecek langsung cara operasional ”Silacak”. Panglima TNI berdialog interaktif dan meminta personel babinsa dan bhabinkamtibmas di tempat itu untuk mempraktikkan penggunaan aplikasi yang dimaksud.
Mereka diminta meng-input data pasien terkonfirmasi positif. Setelah menemukan pasien terkonfirmasi positif, Hadi juga menekankan agar upaya pelacakan (tracing) kontak erat dilakukan dengan disertai tes usap antigen.
Seusai mengunjungi puskesmas, Panglima TNI tiba di Markas Komando Distrik Militer (Kodim) 0833/Kota Malang dan bertemu dengan tracer dari tiga matra. Dari pihak Kodim 0833 dihadirkan tiga anggota babinsa yang ditugaskan sebagai tracer Covid-19.
Para tracer ini diharapkan mampu menekan laju penyebaran Covid-19 sejak awal. Seperti diketahui, TNI mengerahkan 63.000 tracer digital untuk membantu pihak dinas kesehatan di posko-posko pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat di kelurahan dan desa.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Ardimulyo, Sri Ratna Murti, mengatakan, pihaknya telah menyiapkan tenaga pelacak yang terdiri dari perangkat desa, babinsa, dan bhabinkamtibmas.
Total warga terkonfirmasi positif di wilayah Puskesmas Ardimulyo mencapai 299 warga. Dari total itu, 201 orang dilaporkan sembuh, 21 orang meninggal, isolasi mandiri 69 orang, dan 8 orang menjalani perawatan di rumah sakit.
”Untuk penderita positif masih tinggi. Tidak bisa memprediksi kapan turun. Sejauh ini total sejak awal pandemi ada 299 kasus konfirmasi dari total 80.000 penduduk yang ada di wilayah cakupan kami,” katanya.
Adapun angka kasus terkonfirmasi positif di Malang terus bertambah. Berdasarkan data Jawa Timur Tanggap Covid-19, per 31 Juli ada penambahan kasus harian 210 orang untuk Kabupaten Malang dan 178 untuk Kota Malang.
Dengan demikian, total angka kasus terkonfirmasi positif di Kabupaten Malang mencapai 9.753. Dari jumlah itu, 3.200 aktif, 6.134 orang sembuh, dan 419 orang meninggal. Sedangkan di Kota Malang, 11.238 orang terkonfirmasi positif, yang mana 3.207 kasus aktif, 7.240 orang sembuh, dan 791 orang meninggal.