Tiga Pasien dari Bangkalan Terjangkit Mutasi Baru B.1.617.2 Delta
Lonjakan kasus Covid-19 di Bangkalan, Pulau Madura, Jawa Timur, akhirnya terbukti karena serangan mutasi B.1.617.2 Delta yang lebih cepat menular dan berdampak fatal. Penanganan terpadu perlu diperkuat.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Rumah Sakit Lapangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan 2 Surabaya, Jawa Timur, mengumumkan tiga pasien Covid-19 terserang mutasi virus korona, yakni B.1.617.2 Delta.
”Dua warga Bangkalan, sedangkan satunya warga Bojonegoro,” kata Penanggung Jawab RS Lapangan Surabaya Laksamana Pertama IDG Nalendra Djaya Iswara, Senin (14/6/2021) malam.
Pengumuman itu memperkuat dugaan bahwa lonjakan kasus yang terjadi Bangkalan sejak Sabtu (5/6/2021) lalu memang akibat serangan mutasi baru atau variant of concern yang lebih cepat menular dan berdampak fatal. Adapun B 16172 Delta merupakan mutasi virus korona jenis baru (SARS-CoV-2) yang membuat ledakan kasus di India.
Nalendra mengatakan, ketiga pasien dimaksud didapatkan dari kebijakan penyekatan lalu lintas dan kewajiban tes antigen bagi seluruh pengendara dari Pulau Madura. Kebijakan itu ditempuh oleh Satuan Tugas Covid-19 sejak Minggu atau sehari setelah laporan lonjakan kasus di Bangkalan.
Menurut Nalendra, ketiga pasien datang pada Minggu (6/6/2021). Pasien dari Bangkalan tetap dalam perawatan di RS Lapangan Surabaya. Pasien asal Bojonegoro meminta pindah dan kini telah dirujuk untuk penanganan di RSUD Dr R Sosodoro Djatikoesoemo di Bojonegoro. ”Alasannya agar bisa lebih dekat dengan keluarga sehingga telah kami koordinasikan lebih lanjut,” katanya.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, penanganan lonjakan kasus di Bangkalan terus ditempuh. Hal itu antara lain merangkul ulama dan tokoh masyarakat untuk menggencarkan sosialisasi protokol kesehatan. Selain itu, pengetesan, pelacakan, dan penanganan (testing, tracing, treatment atau 3T).
”Kami telah mengirim tim swab ke Bangkalan untuk menggencarkan tes massal guna menemukan kasus-kasus tersembunyi,” kata Khofifah.
Mobil-mobil dikerahkan untuk penyemprotan disinfektan ke kampung-kampung. Pelacakan kontak dekat dari pasien terkonfirmasi juga masih digencarkan oleh tim terpadu kesehatan. Manajemen pengelolaan rumah sakit rujukan pasien Covid-19 diperkuat antara lain mengirim sebagian pasien untuk ditangani di Surabaya.
Kami telah mengirim tim swab ke Bangkalan untuk menggencarkan tes massal guna menemukan kasus-kasus tersembunyi.
Tingkat keterisian di UOBK RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu (Syamrabu) yang sempat mengusulkan penguncian (lockdown) berada di bawah 40 persen. Namun, untuk keterisian di unit rawat intensif (ICU) masih tinggi, yakni 82 persen. ”Keterisian ini harus dijaga jangan sampai membeludak dan membuat kolaps pelayanan,” kata Khofifah.
Lonjakan kasus di Bangkalan sudah berlangsung sembilan hari. Selama kurun waktu itu, 555 warga Bangkalan terjangkit Covid-19 dengan kematian 45 orang. Sementara ini, Bangkalan teratas dalam peningkatan kasus harian di antara 38 kabupaten/kota di Jatim.
Untuk situasi pada Senin ini, kasus di Bangkalan bertambah 65 orang dengan 1 kematian dan 539 orang dirawat. Selanjutnya, Surabaya, ibu kota Jatim, dengan penambahan kasus 34 orang, 1 orang meninggal, dan 182 orang dirawat. Peningkatan kasus dan jumlah warga dirawat dari Bangkalan dan Surabaya sementara yang tertinggi se-Jatim. Surabaya dan Bangkalan terhubung dengan Jembatan Suramadu (Surabaya-Madura) dan penyeberangan feri Ujung-Kamal.
Ada sekitar 300 orang dari 539 warga Bangkalan yang dirawat di sejumlah rumah sakit di Surabaya yang telah ditunjuk Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Jatim. Surabaya juga menjadi rujukan bagi pasien Covid-19 dari kalangan buruh migran mancanegara. Selain jumlah warga yang dirawat lumayan banyak dan menanggung penugasan merawat pasien limpahan membuat tingkat keterisian tempat tidur di Surabaya tak lagi ideal.