Kelebihan Kapasitas dan Sering Kebanjiran, Rutan Medaeng Mendesak Ditata Ulang
Rutan Kelas I Surabaya tak hanya membludak jumlah penghuninya namun juga kerap dilanda banjir setiap musim hujan. Penataan ulang mendesak dilakukan demi perbaikan layanan dan pemenuhan kebutuhan hak asasi manusia.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO,KOMPAS-Rumah Tahanan Kelas I Surabaya semakin sesak karena jumlah penghuni yang terus bertambah setiap harinya. Kondisi itu diperparah oleh bencana banjir yang kerap melanda hampir setiap musim hujan. Penataan ulang mendesak dilakukan demi perbaikan layanan dan pemenuhan kebutuhan hak asasi manusia.
Meski namanya Rutan Kelas I Surabaya, namun lokasinya berada di Desa Medaeng, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo. Dengan luas total bangunan mencapai 1,5 hektar, rutan ini tergolong besar untuk hunian di perkotaan. Namun, faktanya tidak demikian karena jumlah penghuninya yang terus bertambah seiring berjalannya waktu.
Kepala Rutan Medaeng Wahyu Hendrajati mengatakan kapasitas normal sejatinya hanya untuk 504 penghuni. Namun, sejak 2012, rutan mengalami kelebihan penghuni hingga 300 persen atau tiga kali lipatnya. Bahkan pada 2019 lalu, rutan yang berada dekat dengan Kota Surabaya itu berpenghuni 2.855 orang atau mengalami kelebihan kapasitas hingga 566 persen.
“Saat ini, jumlah penghuni rutan sebanyak 1.935 orang atau kelebihan kapasitas sebesar 400 persen. Kelebihan kapasitas ini sangat tinggi sehingga layanan yang diberikan tidak bisa optimal,” ujar Hendrajati, Jumat (16/4/2021).
Kelebihan kapasitas hunian, lanjut Hendrajati, juga berpotensi meningkatkan risiko gangguan keamanan di dalam rutan. Keributan kerap terjadi karena masalah sepele. Selain itu, upaya untuk memenuhi kebutuhan hak asasi manusia para penghuni menjadi sulit dilakukan karena keterbatasan ruang gerak.
Di tengah upaya keras pengelola rutan menyiasati masalah kelebihan jumlah penghuni yang tinggi, muncul bencana banjir yang hampir selalu datang setiap musim hujan. Banjir itu merendam sebagian besar bangunan termasuk kamar yang dihuni dan digunakan untuk tidur oleh warga binaan.
Akibatnya, penghuni harus menunggu banjir surut untuk menempati sel. Itupun mereka harus bekerja keras menguras sisa banjir dan membersihkan kotoran yang dibawa oleh aliran air. Situasi itu kerap memicu emosi bahkan membuat penghuni stres karena tidak bisa tidur.
Saat ini, jumlah penghuni rutan sebanyak 1.935 orang atau kelebihan kapasitas sebesar 400 persen.
“Dalam kondisi seperti itu, pengelola rutan mengedepankan pendekatan persuasif. Seluruh petugas rutan diminta mengedepankan etika kesopanan dalam menghadapi warga binaan,” ucap Hendrajati.
Agar bisa keluar dari beragam persoalan yang membelit tersebut, Hendrajati mengusulkan penataan ulang kompleks rutan termasuk bangunannya. Rencananya, Rutan Medaeng akan diperluas dari 1,5 hektar menjadi 2,2 hektar. Perluasan itu berdampak pada rumah dinas pejabat sehingga harus digeser lebih jauh lagi.
Sementara itu Kepala Kanwil Kemenkumham Jatim Krismono mengatakan penataan Rutan Medaeng sangat mendesak dilakukan karena kondisinya yang memprihatinkan. Oleh karena itulah, pihaknya akan memperjuangkan agar rencana tersebut bisa terealisasi. Koordinasi dengan pihak-pihak terkait akan terus dilakukan secara intensif.
“Salah satunya menyampaikan usulan pembenahan rutan kepada Direktorat Jenderal Pemasyarakatan. Selain memperbaiki tata letak, peninggian bangunan rutan juga harus dilakukan agar tidak terdampak banjir terus menerus,” kata Krismono.
Posisi bangunan Rutan Medaeng lebih rendah dari jalan raya Medaeng. Akibatnya, setiap hujan, air mengalir ke arah rutan dan menyebabkan banjir yang sulit surut meski saluran drainase sudah dibersihkan dan daya tampungnya ditingkatkan.
Krismono berharap para petugas rutan tetap bersemangat menjalankan tugas-tugasnya meski tidak ringan. Rutan Medaeng telah banyak berinovasi dalam meningkatkan layanan masyarakat salah satunya melalui layanan pengantaran makanan untuk penghuni lapas tanpa turun dari kendaraan. Selain meminimalkan antrean, juga mencegah kerumunan yang berpotensi meningkatkan sebaran Covid-19.
Rutan Medaeng dulu dikenal sebagai tempat bandar narkoba karena mayoritas penghuninya merupakan tahanan kasus narkoba. Namun, belakangan, rutan ini juga banyak dihuni narapidana kasus korupsi. Lokasinya strategis karena dekat dengan Surabaya dan Pengadilan Tipikor Surabaya. Di sekitarnya juga terdapat banyak hotel yang bisa dimanfaatkan oleh keluarga warga binaan yang ingin berkunjung lebih lama.