Kerusakan Sonar dan Arus Laut Diduga Picu 52 Paus Pilot Terdampar Di Bangkalan
Kerusakan sonar pada pemimpin kelompok koloni yang tengah bermigrasi ditambah pengaruh arus laut diduga menjadi faktor penyebab terdamparnya 52 individu paus pilot di Pantai Modung, Bangkalan, Madura.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SURABAYA,KOMPAS-Peristiwa terdamparnya 52 individu paus pilot di Pantai Modung, Jawa Timur, diduga dipicu beragam kemungkinan, mulai dari kerusakan sonar pemimpin koloni, pengaruh arus laut yang besar, hingga keberadaan plankton berbahaya. Untuk memastikannya, akan dilakukan nekropsi pada pimpinan koloni paus itu.
Sebelumnya 52 ekor paus pilot sirip pendek (Globichepala macrorhynchus) terdampar di pantai sisi selatan Pulau Madura, di Desa Patereman, Kecamatan Modung, Kamis (18/2/2021) pagi. Mamalia ini sempat dihalau atau digiring nelayan ke tengah laut tapi kembali lagi pada Jumat (19/2) pagi.
Naas, saat diselamatkan, 49 individu mati dan hanya tiga yang hidup. Ketiganya lantas digiring kembali ke laut. Namun, pada Jumat sore, dua dari tiga paus itu juga mati.
Bangkai paus-paus itu dikubur di Pantai Modung. Rencana penguburan pada Jumat sore, ditunda hingga Sabtu (20/2) karena beragam kendala seperti cuaca hujan dan keterbatasan alat berat. Kedalaman tempat penguburan sedalam 2,5 meter-3 meter. Lokasi itu akan dipasang jaring dan dipasak baru kemudian ditimbun kembali dengan material tanah.
Kepala Bidang Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah II Balai Besar KSDA Jatim yang juga Koordinator Tim Penanganan Terdamparnya Paus Pilot Wiwied Widodo mengatakan, kepastian mengenai kerusakan sonar pemimpin koloni akan diketahui dari hasil nekropsi. Nekropsi adalah investigasi medis guna mengetahui sebab kematian. Namun, hingga Sabtu siang kegiatan tersebut belum dapat dilakukan.
“Pertimbangannya agar paus yang masih hidup dan telah dilepas ke laut tidak kembali lagi karena adanya pancaran sonar dari paus yang dinekropsi,” ujar Wiwied, Sabtu.
Pengambilan sonar pada kepala paus pemimpin koloni dilakukan untuk mengetahui apakah ada penyakit yang menyebabkan gangguan. Sonar adalah sistem komunikasi dengan suara yang berguna sebagai petunjuk arah, salah satunya saat mencari makan.
Selain kerusakan sonar, arus besar di Selat Madura bagian barat ini juga diduga jadi penyebabnya. Paus terbawa atau terseret hingga ke pantai. Dugaan itu diperkuat hasil analisa cuaca dari Stasiun Meteorologi Maritim Surabaya.
Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Surabaya Taufiq Hermawan mengatakan, arus laut di Selat Madura cukup signifikan. Jika dilihat dari arus yg terjadi pada saat kejadian, antara pukul 13.00 - 16.00, arusnya cukup kuat antara 40-60 setimemeter per detik mengarah ke Timur.
Sedangkan kecepatan tiupan angin permukaan yang mempengaruhi arus laut mencapai 6-10 knots bertiup dari Barat ke Barat Laut. Ada kecenderungan paus pilot terbawa arus dan bukan gelombang laut karena maksimal ketinggiannya sekitar 1,8 meter.
“Suhu air laut selama tiga hari terakhir, 24-28 derajat celcius, di perairan tersebut cenderung rendah yang mengindikasikan banyak makanan untuk para paus. Saat mencari makan itulah terjadi arus yang kuat sehingga terserat dan terdampar,” kata Taufiq.
Di luar dua kemungkinan itu, Wiwied menambahkan keberadaan plankton beracun dan memabukkan berpotensi terjadi. Secara visual keberadaan plankton tersebut membuat air laut berwarna merah. Untuk membuktikan analisa tersebut tim peneliti mengambil sampel berisi plankton dan mencocokkan kandungannya dengan hasil nekropsi.
Kepala Subbag Data Evaluasi dan Humas BBKSDA Jatim Gatut Panggah Prasetyo mengatakan, paus pilot merupakan mamalia laut dilindungi. Paus pilot sirip pendek dapat ditemukan di perairan beriklim hangat dan perairan tropis di berbagai penjuru dunia. Umumnya mereka hidup jauh dari pantai.
Ikan ini hidup berkoloni dengan jumlah rata-rata diatas 10 ekor. Koloni dipimpin oleh pemimpin atau pilot yang memandu saat mereka bepergian mencari makan.