Terjebak di Lumpur, Anak Gajah Sumatera Masih Kritis
Saat diangkat dari lumpur, anak gajah nyaris tak bergerak. Matanya merah, napasnya terengah-engah, tak mampu berdiri. Tim membersihkan tubuh anak gajah, lalu mengevakuasinya ke PKG Saree, Kabupaten Aceh Besar.
Oleh
ZULKARNAINI
·2 menit baca
DOKUMEN BKSDA ACEH
Seekor anak gajah kritis karena terjebak dalam lumpur di Desa Panton Bunot, Kecamatan Tiro, Kabupaten Pidie, Aceh, Rabu (10/2/2021).
BANDA ACEH, KOMPAS — Anak gajah sumatera (Elephas maximus sumatrensis) yang ditemukan terjebak dalam lumpur di Desa Panton Bunot, Kecamatan Tiro, Kabupaten Pidie, Aceh, masih kritis. Satwa lindung itu harus menjalani perawatan intensif.
Kepala Seksi Wilayah I Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Kamaruzzaman saat dihubungi, Jumat (12/2/2021), mengatakan, saat ini anak gajah malang itu dirawat intensif di Pusat Konservasi Gajah (PKG) Saree, Kabupaten Aceh Besar. Tim dokter memasang infus, tetapi kondisi gajah itu masih sangat lemas.
Anak gajah berjenis kelamin betina itu berusia satu tahun. Dia ditemukan terjebak dalam kubangan lumpur, tempat kerbau bermain. Keberadaan anak gajah itu dilihat oleh warga pada 8 Februari 2021 dan baru berhasil dievakuasi pada 10 Februari 2021.
”Tim tidak bisa langsung mengevakuasi anak gajah karena induknya menunggu di lokasi. Tim harus mengusir induknya dulu,” kata Kamaruzzaman.
KOMPAS/FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
Ilustrasi. Anak gajah beraktivitas di Conservation Response Unit Trumon, Aceh Selatan, Aceh, Kamis (23/1/2019).
Evakuasi dilakukan warga, tim BKSDA Aceh, dan aktivis lingkungan. Induk gajah dihalau menggunakan petasan. Saat anak gajah itu diangkat dari lumpur, induk gajah mengawasi dari jauh.
Saat diangkat dari lumpur, anak gajah nyaris tidak bergerak. Matanya merah, napasnya terengah-engah, tidak mampu berdiri. Tim membersihkan tubuh anak gajah, lalu mengevakuasinya ke PKG Saree.
Perubahan pemanfaatan lahan membuat gajah kehilangan habitat. (Muhammad Nur)
”Hasil rontgen, tulang lutut kirinya bergeser. Kondisinya masih sangat lemas,” ujar Kamaruzzaman. Untuk perawatan lebih lanjut, anak gajah itu akan dirujuk ke Pusat Konservasi Satwa Liar (PKSL) Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Kasus serupa pernah terjadi di Aceh Timur. Satu ekor anak gajah berusia 1,5 tahun jatuh ke kubangan. Saat ditemukan, anak gajah itu sudah mati. Kematian anak gajah itu membuat populasi gajah kian sedikit.
Sejak 2016 hingga 2020, jumlah gajah mati 42 ekor. Penyebab kematian 57 persen karena konflik, 33 persen mati alami, dan 10 persen karena perburuan. Saat ini diperkirakan populasi gajah di Aceh sebanyak 539 ekor.
Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh Muhammad Nur menuturkan, perubahan pemanfaatan lahan membuat gajah kehilangan habitat. Sebelum dijadikan perkebunan, kawasan itu merupakan jalur jelajah gajah, tetapi kini banyak yang dikelola sebagai lahan perkebunan sawit atau budidaya warga. Akibatnya, konflik satwa, terutama gajah, semakin masif terjadi.