Peduli dan Berdonasi Melalui Foto Piring Bersih Tanpa Sisa Makanan
Ketahanan pangan dan kecukupan gizi menjadi hal penting, terlebih pada kondisi pandemi Covid-19. Scholars of Sustenance Bali bersama Campaign.com menginisiasi program dan aksi sosial #EmptyYourPlate secara daring.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·4 menit baca
DENPASAR, KOMPAS – Isu ketahanan pangan dan kecukupan gizi menjadi hal penting, terlebih pada kondisi pandemi Covid-19 ini. Serangkaian peringatan Hari Gizi Nasional (HGN) ke-61, lembaga nirlaba Scholars of Sustenance Bali bersama Campaign.com menginisiasi kampanye dan aksi sosial dengan mengusung #EmptyYourPlate melalui program dalam aplikasi Campaign #ForChange untuk menyalurkan makanan bagi pihak-pihak rentan dan terdampak pandemi Covid-19 di Bali.
Scholar of Sustenance Indonesia (SOS) Bali bersama Campaign.com melalui Yayasan Derma Atas Pangan membuat kampanye dengan mengajak masyarakat, terutama kalangan muda, untuk peduli dan berperan dalam mengatasi krisis pangan.
Peserta diajak menyelesaikan tantangan secara dalam jaringan dengan cara mengunggah foto piring yang bersih dari sisa makanan disertai keterangan berupa #EmptyYourPlate ke program aplikasi Campaign.com selama 15 hari. Setiap tantangan yang diselesaikan peserta setara dengan berdonasi sebesar Rp 25.000.
Perihal kampanye dan aksi sosial itu diungkapkan dalam jumpa media secara dalam jaringan (daring) yang diselenggarakan SOS Bali bersama Campaign.com, Senin (25/1/2021). Acara ini juga bertepatan dengan peringatan Hari Gizi Nasional ke-61.
Project Manager SOS Duane James Denton mengatakan, kebutuhan bantuan untuk memenuhi pasokan pangan bagi komunitas masyarakat rentan di masa pandemi Covid-19 semakin bertambah. Denton menyatakan, melalui kampanye program dan aksi sosial #EmptyYourPlate bersama Campain.com di media sosial menjadi alternatif upaya melibatkan kalangan muda untuk peduli dan mau terlibat dalam mengentaskan persoalan pangan dan lingkungan.
Chief Executive Officer Campaign.com William Gondokusumo mengungkapkan, Campaign.com terbuka untuk bekerja sama dan berkolaborasi dalam upaya mengentaskan berbagai persoalan dan isu sosial, termasuk permasalahan krisis pangan.
William mengatakan, program Campaign #ForChange membuka peluang bagi anak-anak muda untuk turut membantu meskipun secara daring. “Campaign #ForChange dapat menjadi wadah untuk merealisasikan kolaborasi itu,” kata William.
Co-founder, yang juga Chief Executive Officer (CEO) RestoDepot, Chris Gunawan menyatakan, isu krisis pangan menjadi perhatian namun belum banyak pihak yang menanganinya. Menurut Chris, penting bagi industri jasa makanan dan minuman di Indonesia bersama sektor swasta lainnya untuk memiliki misi sosial perihal isu krisis pangan, di antaranya, melalui penanganan sisa dan limbah makanan dengan bijaksana. “Banyak limbah makanan yang berasal dari sisa makanan konsumen karena konsumen tidak menghabiskan makanan mereka,” ujar Chris.
Dalam siaran pers disebutkan, Indonesia mengalami kondisi peningkatan proporsi rumah tangga yang mengalami kekurangan pangan sebagai dampak pandemi Covid-19. Kelompok yang paling rentan adalah dari kalangan penduduk miskin. Kondisi itu juga diiringi terjadinya penutupan sementara pasar tradisional dalam upaya pencegahan penyebaran penyakit Covid-19.
Banyak limbah makanan yang berasal dari sisa makanan konsumen karena konsumen tidak menghabiskan makanan mereka (Chris Gunawan)
Pada sisi lain, Indonesia mengalami permasalahan limbah makanan yang berlebihan. Dalam laporan berjudul “Fixing Food: Towards A More Sustainable Food System”, yang diterbitkan The Economist pada 2011 serangkaian proyek dari The Barilla Center for Food and Nutrition Foundation (BCFN), Indonesia dinyatakan termasuk negara penghasil limbah makanan tertinggi dengan basis per kapita di dunia bersama Arab Saudi, Amerika Serikat, dan Uni Emirat Arab.
Denton mengatakan, SOS Bali berkolaborasi dengan pemerintah dan industri perhotelan, restoran, dan kafe (horeka) di daerah sejak 2017 dalam menangani isu seputar pangan di Bali. Kondisi pandemi Covid-19 diakui mempengaruhi pasokan bahan makanan dari aktivitas hotel dan restoran ke dapur SOS Bali, selain berdampak terhadap finansial. Industri pariwisata yang menjadi andalan Bali pun terdampak pandemi Covid-19. “Kondisi pandemi Covid-19 juga menyebabkan banyak orang tidak bisa pergi ke Bali untuk melakukan aksi sosial,” kata Denton.
Dalam acara jumpa media secara daring itu, pembuat konten dari Nas Academy Damian Hoo menyebutkan media sosial mempengaruhi anak muda, termasuk dalam kebiasaan mengonsumsi makanan dan juga meningkatkan kesadaran tentang isu ketahanan pangan.
“Menurut saya sebagai pembuat konten, media sosial berkontribusi dalam memberikan wawasan ke masyarakat, termasuk kesadaran akan isu ketahanan pangan ini,” ujar Damian.
Melalui program kampanye dan aksi sosial secara daring #EmptyYourPlate, yang akan berlangsung sampai akhir Maret 2021, diharapkan terkumpul donasi untuk disalurkan dalam bentuk pasokan makanan.
Pihak SOS Bali mendapatkan dukungan dari empat sponsor, yakni, RestoDepot, PT Pioneerindo Gourmet International Tbk (CFC), dan PT Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk serta PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk, melalui donasi sebesar Rp 100 juta yang sudah disiapkan dan dapat dicairkan dengan menyelesaikan aksi sosial #EmptyYourPlate itu.