Sudah Seminggu Terendam Banjir, Sentra Pertanian Kalsel Terancam Rusak
Banjir pada awal tahun 2021 ini berdampak parah terhadap daerah sentra pertanian di Kalimantan Selatan. Solusi tepat dibutuhkan untuk menyelamatkan produksi pangan agar Kalsel tidak sampai mengalami krisis pangan.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Banjir yang melanda sejumlah wilayah kabupaten/kota di Kalimantan Selatan pada awal tahun 2021 ini berdampak terhadap kondisi pertanian. Berbagai tanaman di beberapa sentra pertanian di Kalimantan Selatan terendam banjir selama seminggu terakhir.
Ketua Dewan Pengurus Wilayah Serikat Petani Indonesia (SPI) Kalimantan Selatan Dwi Putra Kurniawan mengatakan, dampak banjir kali ini sangat luar biasa terhadap pertanian, terutama di Kabupaten Banjar, Tanah Laut, dan Kota Banjarbaru. Petani menjadi korban dan mengalami kerugian material.
”Kami sudah turun langsung memantau kondisi dua desa sentra pangan di Kabupaten Banjar. Banjir sudah berlangsung seminggu dan warga belum menerima bantuan,” kata Dwi saat dihubungi dari Banjarmasin, Rabu (13/1/2021).
Di Desa Penggalaman dan Sungai Batang, Kecamatan Martapura Barat, Kabupaten Banjar, Dwi menyebutkan, ada ratusan rumah keluarga petani yang turut terendam dengan ketinggian air 30-70 sentimeter. Sementara di lahan pertanian mereka, ketinggian air sudah lebih dari 1 meter.
”Tanaman hortikultura, seperti cabai, tomat, terung, dan sayuran sawi, rusak semua. Petani juga harus berjuang menyelamatkan gabah yang baru dipanen pada November-Desember 2020,” ujarnya.
Menurut Dwi, hampir semua petani menyimpan gabah kering panen di rumahnya. Sebagian dari gabah itu juga disiapkan untuk benih pada musim tanam April mendatang. Jika sampai terendam air, gabah akan rusak dan tidak bisa dijadikan benih lagi.
”Bagi petani di sana, mengevakuasi gabah jauh lebih penting daripada barang elektronik dan harta benda lainnya. Mereka sampai mendirikan posko-posko untuk menyimpan gabah kering panen,” tuturnya.
Informasi dari kepala desa dan warga, banjir di Martapura Barat kali ini tergolong parah. Banjir parah seperti ini pernah terjadi 15 tahun lalu, tepatnya pada 2006. ”Kalau ini adalah siklus alam 15 tahunan, pemerintah daerah harus menyiapkan gudang untuk menyimpan benih padi saat banjir parah agar petani tidak merugi,” katanya.
Kalau ini adalah siklus alam 15 tahunan, pemerintah daerah harus menyiapkan gudang untuk menyimpan benih padi saat banjir parah agar petani tidak merugi.
Solusi tepat
Dwi mengatakan, pemerintah daerah harus bisa mencarikan solusi yang tepat untuk menyelamatkan produksi pangan Kalsel pada 2021. Jika tidak, krisis pangan bisa saja mengancam Kalsel karena daerah sentra pertaniannya rusak akibat banjir.
”Pada musim tanam April mendatang, banyak petani dipastikan tidak punya stok benih lagi karena gabahnya terpaksa harus dijual saat ini. Untuk itu, pemerintah atau dinas terkait harus menyiapkan benih buat petani serta memperbaiki saluran irigasi yang rusak akibat banjir,” ujarnya.
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalsel Syamsir Rahman menyebutkan, luas sawah yang terkena serangan banjir sampai Selasa (12/1/2021) seluas 2.311,87 hektar. Sebanyak 5,26 hektar di antaranya puso. Persemaian padi yang terkena banjir mencapai 77.083 kilogram dengan puso sebanyak 14.020 kg.
Menurut Syamsir, yang dilakukan pemerintah daerah utamanya adalah penyelamatan warga serta penyiapan posko pengungsian dan dapur umum. Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan dinas sosial setempat sudah turun serta lebih banyak bergerak pada tahap air belum surut.
”Teknisnya, kalau air sudah surut nanti baru kami yang akan masuk dan bergerak. Kami upayakan pengembalian tanaman yang masih bisa diselamatkan. Untuk yang puso akan diberikan bantuan benih dan bibit,” katanya.