Kopi Arabika Campur Kulit Mangga, Ramah Lingkungan Plus Menyehatkan
Kopi arabika dicampur dengan kulit mangga, bagaimana rasanya? Tentu saja tetap nikmat dan sedikit beraroma mangga. Nilai lebihnya adalah kopi tersebut diklaim menyehatkan.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
Kopi arabika dicampur dengan kulit mangga, bagaimana rasanya? Tentu saja tetap nikmat dan sedikit beraroma mangga. Nilai lebihnya adalah kopi tersebut diklaim menyehatkan.
Inovasi mencampur kopi arabika dengan kulit mangga kering tersebut dibuat oleh Faiz Arsyad, Demmy Filsafa Ratna Putra, Rishna Widhia Kusumawati, Arsyad Salman Yusra Abdi Jasri (mereka dari Fakultas Pertanian), serta Serira Surya Candini (dari Fakultas Ilmu Administrasi) Universitas Brawijaya.
Mereka mencampur kopi arabika Arjuno dengan kulit mangga podang khas Kediri dan diberi nama Masco atau lengkapnya Mango Peels Coffee Innovation of Healthy Arabica Coffee Drinks Based on Zero Waste System.
”Ini campuran kopi arabika Arjuno dengan ekstrak kulit mangga podang khas Kediri, dengan prinsip bebas limbah. Selain nikmat, kopi ini juga bermanfaat untuk kesehatan sebagai antidiabetes, antikanker, antioksidan, dan menurunkan resiko penyakit jantung,” kata Faiz Arsyad, salah seorang penemunya, Senin (11/01/2021).
Menurut Faiz, hasil riset menunjukkan, kulit mangga podang mengandung beberapa senyawa aktif, seperti polyphenols, alpha hydorxil acid (AHA), amyhocyanins, flavonoid, serta vitamin C dan E. ”Dengan durasi proses dalam waktu kurang dari satu hari, kulit mangga ini diolah menjadi bubuk dan dicampur dengan kopi. Hasilnya adalah kopi yang nikmat dan sehat,” katanya. Campuran itu mengurangi rasa asam kopi arabika.
Selain mempertimbangkan kandungan manfaatnya untuk kesehatan, para mahasiswa UB tersebut juga memikirkan konsep zero waste atau nol limbah. ”Mangga podang adalah mangga khas Kediri yang produksinya tinggi sehingga konsumsi mangga podang akan menghasilkan limbah berupa kulit yang cukup banyak dan tidak termanfaatkan atau hanya dibuang. Itu sebabnya kami berusaha memanfaatkan kulit mangga tersebut menjadi minuman,” papar mahasiswa angkatan 2016 tersebut.
Dengan durasi proses dalam waktu kurang dari satu hari, kulit mangga ini diolah menjadi bubuk dan dicampur dengan kopi. Hasilnya adalah kopi yang nikmat dan sehat.
Untuk menghasilkan produk tersebut, tim tidak bekerja sendiri. Mereka bermitra dengan UMKM olahan mangga podang dan beberapa kedai kopi. Produk Masco seberat 100 gr dibandrol dengan harga Rp 20.000 dan dijual di beberapa kedai kopi mitra mereka. Sayangnya, saat ini produksi mereka terhenti karena situasi pandemi dan banyak di antara timnya mengerjakan tugas akhir. Produk Masco bisa dipantau di akun instagram mereka, yaitu @masco_indonesia.
Tidak hanya bernilai jual, inovasi tersebut rupanya juga telah berhasil meraih Gold Medal dan Platinum Award dalam International Invention and Trade Expo (ITEXPO), di London, pada 2020. Meskipun seleksi dilakukan secara daring, kelompok ini berhasil menyisihkan 100 inovator dari 30 negara. ”Salah satu yang membuat tim kita menang adalah mengangkat kearifan lokal melalui penggunaan bahan baku asli Indonesia,” kata Faiz.
Rektor Universitas Brawijaya Nuhfil Hanani mengatakan bahwa inovasi mahasiswa UB tidak berhenti meski pandemi. ”Penelitian dan pengabdian masyarakat akan terus dilakukan dan ditingkatkan oleh sivitas akademika UB. UB akan terus berinovasi memajukan negeri,” katanya. Selama pandemi, UB telah mendaftarkan 132 hak paten hasil inovasi mahasiswa dan dosen UB.