Distribusi Vaksin di Kalteng Belum Cukupi Kebutuhan Tenaga Kesehatan
Warga dan pemerintah menyambut kedatangan vaksin ke Kalimantan Tengah. Namun begitu, belum ada izin penggunaan vaksin sehingga masyarakat tetap diminta disiplin protokol kesehatan.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Distribusi tahap pertama vaksin Covid-19 buatan Sinovac di Kalimantan Tengah belum mencukupi kebutuhan untuk dibagikan kepada seluruh tenaga kesehatan di daerah itu. Dari kebutuhan 39.000 vaksin, baru dikirim 14.680 vaksin.
Sebanyak 14.680 vaksin tiba di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah (Kalteng), pada Selasa (5/1/2021) sekitar pukul 08.00 WIB menggunakan pesawat Batik Air dari Jakarta. Proses pengiriman vaksin dijaga ketat aparat kepolisian, mulai dari Bandar Udara Tjilik Riwut ke gudang farmasi di kantor Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng. Bahkan, polisi membuat iring-iringan dengan puluhan personel.
Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan (SDK) Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng Ayonni Rizal menjelaskan, vaksin ini akan diberikan dua kali atau satu orang menerima dua dosis. Vaksin yang datang pada tahap pertama akan diutamakan untuk tenaga kesehatan.
”Tetapi kan masih menunggu otorisasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Jadi vaksin yang sudah didistribusikan ini disimpan dulu di gudang dengan fasilitas yang sudah baik,” ungkap Ayonni.
Ayonni menambahkan, jumlah tenaga kesehatan di Kalteng lebih kurang 17.000 orang. Dengan demikian, jumlah vaksin yang dikirim kali ini masih kurang karena semestinya ada 39.000 vaksin yang dibawa ke Kalteng.
”Ini untuk mempersingkat waktu distribusi, makanya dikirim dulu. Nanti kalau izinnya sudah ada, bisa langsung dipakai. Tidak perlu menunggu lagi. Untuk pengiriman tahap kedua, kami belum tahu,” ungkap Ayonni.
Jumlah tenaga kesehatan di Kalteng lebih kurang 17.000 orang. Dengan demikian, jumlah vaksin yang dikirim kali ini masih kurang karena semestinya ada 39.000 vaksin yang dibawa ke Kalteng.
Kepala BPOM Palangkaraya Leonard Duma menjelaskan, belum adanya izin penggunaan vaksin karena uji klinis tahap ketiga belum rampung. BPOM juga belum bisa memastikan jadwal pemberian vaksin meski awalnya ditargetkan bisa dimulai 14 Januari 2021.
”Kami masih menunggu data. Terkait vaksin ini, kami belum punya data yang banyak. Di negara lain pun demikian, evaluasi masih berjalan, memang ada kemungkinan-kemungkinan,” kata Leonard.
Menurut Leonard, vaksin baru bisa digunakan jika hasil uji klinis tahap ketiga sudah selesai dan mendapatkan hasil memuaskan. Di Indonesia, saat ini masih tahap penyelesaian uji klinis. Pemerintah pun tidak hanya memesan vaksin buatan Sinovac, tetapi juga merek lain.
”Kami tegaskan, ini belum ada izin penggunaannya. Jadi selama WHO menyatakan pandemi masih berlangsung, protokol kesehatan wajib dilaksanakan,” ungkap Leonard.
Semua vaksin, lanjut Leonard, membangun imunitas untuk melawan virus. Dia tak menyangkal masih ada warga yang berasumsi vaksin akan memiliki dampak berbahaya sehingga terjadi penolakan di beberapa wilayah.
”Vaksin ini dibuat dari virus yang dimatikan. Ada beberapa vaksin yang dibuat dari virus yang dilemahkan. Ini virusnya dimatikan. Jadi jangan khawatir, vaksin ini tidak mungkin berbahaya, pemerintah tidak sedang bermain-main,” kata Leonard.
Di Kalimantan Tengah, jumlah kasus positif Covid-19 hingga kini mencapai 9.919 kasus atau bertambah 24 kasus pada Senin siang. Pasien meninggal bertambah satu orang sehingga total menjadi 27 orang, dengan tingkat kematian di provinsi itu mencapai 2,8 persen.
Kabar baiknya, jumlah pasien sembuh jauh lebih banyak dari yang positif, yakni 47 orang, sehingga total tercatat 7.888 pengidap Covid-19 sembuh. Pasien yang dirawat pun berkurang sebanyak 24 orang dengan total yang dirawat hingga kini mencapai 1.756 pasien.
Sumiati (46), salah satu pemilik warung makan di Jalan Yos Sudarso mengungkapkan, dirinya hanya mendapatkan informasi sedikit soal vaksin. Bahkan, dia berpikir, dengan vaksin, Covid-19 akan segera hilang.
”Saya mau saja divaksin, biar cepet. Jadi jualan saya ramai lagi,” ujar Sumiati yang sudah 10 tahun mencari nafkah dari warung nasinya di Palangkaraya.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng Suyuti Syamsul mengingatkan, dengan adanya vaksin bukan berarti protokol kesehatan berhenti serentak. Pemberian vaksin untuk membangun imunitas bersama membutuhkan waktu.
”Sistem kekebalan tubuh tidak bisa terbentuk serentak, vaksin juga tidak bisa terlaksana serentak, jadi untuk memutus mata rantai penularan, protokol kesehatan masih paling penting,” kata Suyuti.