Situasi di Konawe Mulai Pulih, Penanggung Jawab Aksi Dicari Polisi
Situasi di VDNI, Morosi, Konawe, berangsung kondusif setelah ratusan petugas keamanan diturunkan. Aparat juga mengejar penanggunga jawab aksi yang menyebabkan puluhan kendaraan terbakar.
Oleh
saiful rijal yunus
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Situasi di lokasi bentrokan buruh dengan petugas keamanan di kawasan industri Konawe, Sulawesi Tenggara, mulai pulih, Selasa (15/12/2020). Penanggung jawab dalam aksi yang memicu terbakarnya kendaraan berat dan tungku smelter itu masih dicari polisi.
Kepala Bidang Humas Polda Sulawesi Tenggara Ajun Komisaris Besar Ferry Walintukan menyampaikan, situasi di sekitar PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI), di Morosi, Konawe, sudah membaik. Petugas keamanan berjaga di sejumlah titik sembari mendata kerusakan.
”Ada tiga satuan setingkat kompi (SSK) Brimob Polda Sultra seta petugas dalmas dari Polres Konawe dan Polda Sultra yang berjaga. Ada juga bantuan 1 SSK TNI dari Batalyon Infanteri 725 Woroagi,” kata Ferry, dihubungi dari Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa.
”Kami juga sedang berusaha mencari orang-orang yang bertanggung jawab. Aksi itu anarkis dan tidak dilengkapi surat pemberitahuan,” kata Ferry. Dia menambahkan, tidak ada korban akibat kejadian ini, termasuk dari pekerja asing yang bekerja di perusahaan itu.
Komandan Korem 143/Halu Oleo Brigadir Jenderal Jannie A Siahaan menyampaikan, pihaknya hanya membantu kepolisian. Sejumlah personel diturunkan untuk mencegah segala jenis kejadian yang rentan membahayakan nyawa orang lain.
Aksi itu terjadi pada Senin (14/12) pagi hingga siang. Pesertanya ribuan pekerja dua perusahaan pengolahan nikel, yaitu PT VDNI dan PT Obsidian Stainless Steel (OSS). Perusahaan dengan investasi puluhan triliun rupiah ini mempekerjakan ribuan tenaga lokal dan ratusan tenaga kerja asing asal China.
Ribuan buruh ini tergabung dalam Serikat dan Perlindungan Tenaga Kerja Kabupaten Konawe dan Dewan Pengurus Wilayah Federasi Kesatuan Serikat Pekerja Nasional Sulawesi Tenggara. Mereka menuntut perbaikan upah, status tenaga kerja, dan meminta bertemu petinggi perusahaan itu.
Akan tetapi, aksi ini berujung bentrok. Aksi saling lempar pekerja dengan petugas keamanan terjadi. Aparat berusaha membubarkan massa dengan tembakan gas air mata. Bukan berkurang, jumlah massa terus bertambah mencapai 3.000 orang.
Kami juga sedang berusaha mencari orang-orang yang bertanggung jawab. Aksi itu anarkis dan tidak dilengkapi surat pemberitahuan.
”Ada sejumlah truk dibakar, tapi kami belum tahu jumlah pastinya. Cukup banyak jumlahnya, kalau lebih dari 10 unit ada. Satu tungku (smelter) juga sempat terbakar, tetapi cepat dipadamkan,” kata Kepala Polres Konawe Ajun Komisaris Besar Yudi Kristanto dihubungi dari Makassar, Senin malam.
Hingga pukul 19.30, tutur Yudi, situasi keamanan mulai pulih. Sebagian besar peserta aksi mulai meninggalkan lokasi perusahaan. Bantuan pengamaman dari Brimob Polda Sultra, juga pasukan TNI, telah tiba di lokasi.
Ilham Killing, koordinator lapangan, mengatakan, aksi damai ini dilakukan untuk menuntut kejelasan nasib buruh. Namun, ia mengklaim pihaknya mendapat intimidasi dari perwakilan perusahaan.
”Saat sudah pukul 13.00 Wita, ketika orasi, tiba-tiba dari belakang polisi ada lemparan botol air mineral dan batu. Kami berlarian menyelamatkan diri. Bentrokan tidak lama terjadi. Kami juga dihalau gas air mata. Sejak saat itu, saya menarik diri karena situasi tidak terkontrol,” kata Ilham.
Dari informasi yang diperoleh, ucap Ilham, sejumlah buruh yang berada di dalam perusahaan juga terpancing kejadian ini. Bentrokan meluas di dalam area perusahaan PT VDNI. Ia menduga, buruh telah lama memendam kekecewaan sehingga ketika ada aksi besar, lalu mengambil sikap.
”Yang saya pertegas, sejak awal ini adalah aksi damai. Kami hanya ingin bertemu General Manager PT VDNI. Kami menduga, informasi kekecewaan buruh tidak sampai ke petinggi perusahaan. Apa yang terjadi kali ini tidak pernah ada dalam rencana aksi,” tuturnya.
Sementara itu, hingga Selasa siang, pihak perusahaan juga belum memberikan keterangan terkait dengan kejadian ini. Sejak kejadian, hingga sehari setelah bentrokan, perusahaan tidak menjawab pertanyaan yang diajukan.