Harga karet di Kalimantan Barat membaik di pengujung 2020. Momentum itu ingin terus dijaga dengan membenahi tata niaga. Badan usaha milik desa ditargetkan berperan memangkas tata niaga, mulai tahun depan.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·4 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Harga karet di Kalimantan Barat membaik di pengujung 2020. Momentum itu ingin terus dijaga dengan membenahi tata niaga. Badan usaha milik desa setempat ditargetkan berperan memangkas tata niaga mulai tahun depan.
Harga karet di tingkat petani Kalimantan Barat meningkat dari Rp 5.000 per kilogram (kg) pada April menjadi Rp 7.000-Rp 9.000 per kg pada November. Demikian juga harga di tingkat pabrik naik dari Rp 13.000 per kg pada April menjadi Rp 19.000 per kg pada November.
Berdasarkan data Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Provinsi Kalbar, pasar misalnya di China mulai bangkit, sehingga permintaan karet alam meningkat. Harga karet di pasar internasional meningkat dari 1,04 dollar AS per kg pada April menjadi 1,56 dollar AS per kg pada November.
Pemangku kebijakan Provinsi Kalbar ingin terus menjaga momentum kenaikan harga tersebut melalui intervensi kebijakan di daerah. Kepala Dinas Perdagangan dan Industri Provinsi Kalbar Samuel, Kamis (26/11/2020), mengatakan, tata niaga terus dibenahi untuk menjaga stabilitas harga.
”Selama ini rantai pemasaran panjang. Pemasarannya dari petani hingga ke pabrik melalui banyak pedagang perantara sehingga harga di tingkat petani sering anjlok. Selisih harga di pabrik dan di tingkat petani jauh sekali,” kata Samuel.
Untuk itu, pihaknya terus mendorong peran badan usaha milik desa (BUMDes) untuk ambil bagian menjadi pengumpul karet dari petani. Dari BUMDes langsung bisa dijual ke pabrik sehingga harga di tingkat petani bisa lebih layak.
BUMDes hingga kini masih dalam proses memperkuat kelembagaan. Ada juga yang masih dalam pembentukan. Oleh sebab itu, sejauh ini memang belum ada BUMDes yang mengumpulkan karet dari petani.
”Kami memperkirakan tahun 2021 sudah ada beberapa BUMDes yang bisa membeli karet petani dengan harga layak,” ujar Samuel.
Kualitas karet juga didorong. Harga karet di Kalbar selama ini anjlok juga karena kualitas karet yang rendah. Terkadang, ada karet di petani dicampur tanah dan tawas. Untuk itu, pabrik didorong tidak membeli karet dengan kualitas rendah agar petani juga terdorong mengolah karet dengan kualitas baik.
”Jika kualitas karet di tingkat petani memenuhi standar, diharapkan harga karet tetap stabil tinggi,” paparnya.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Kalbar Aminuddin mengatakan, dari 2.031 desa secara lembaga, BUMDes yang terbentuk sekitar 600. Namun, yang bisa beroperasi baru sekitar 50 persen hingga Februari 2020.
Ada sekitar 300 BUMDes yang masih perlu pembinaan dan peningkatan sumber daya manusia. Mereka perlu dikembangkan sehingga mereka yang terlibat dalam BUMDes memiliki kemampuan dalam mengelola BUMDes.
Petani khawatir
Kebijakan stabilisasi harga tersebut memang diperlukan untuk menjaga momentum kenaikan harga karet yang tinggi dalam jangka panjang. Sebab, para petani sering khawatir harga karet bisa sewaktu-waktu kembali anjlok.
Kekhawatiran terhadap stabilitas harga karet, misalnya, dirasakan Pajalesa (65), petani karet di Kabupaten Ketapang. Harga karet di daerah tersebut meningkat dari Rp 4.000 per kg menjadi Rp 8.000 per kg saat ini.
”Sebagai petani, saya ada kekhawatiran kalau-kalau saja harga karet anjlok lagi,” ungkapnya.
Dari pengalaman sebelumnya, harga karet naik tidak berlangsung begitu lama. Biasanya beberapa bulan setelah kenaikan, harga karet kembali anjlok. Ia berharap harga karet bisa stabil tinggi dalam jangka panjang.
”Harga jangan sampai turun lagi. Harga gula saja Rp 16.000-Rp 17.000 per kg, sementara harga karet kalau anjlok jauh di bawah harga kebutuhan pokok. Saya berharap harga karet bisa seperti tahun 2004 yang mencapai Rp 20.000 per kg,” kata Pajalesa.
Kegelisahan yang sama dikemukakan Andrio Sibi (58), petani karet di Kabupaten Sanggau. Meskipun harga meningkat, petani sebetulnya masih dihantui kekhawatiran terhadap ketidakstabilan harga.
”Petani masih khawatir harga karet bisa anjlok lagi,” ujarnya.
Berdasarkan pengalaman yang lalu, harga karet tinggi tidak bertahan lama. Namun, ketika harga karet sudah anjlok, kondisi tersebut bisa bertahan dalam rentang waktu lama dan sulit untuk kembali naik.
Catatan Kompas, produktivitas karet di Kalbar rendah, hanya 600 kg-700 kg per hektar setiap tahun karena tidak diremajakan. Kalau diremajakan, bisa mencapai 1,8 ton per hektar per tahun. Jika ditunjang pemeliharaan yang benar, bisa menghasilkan 2,5 ton per hektar per tahun. Selain itu ada sekitar 300.000 petani di Kalbar bergantung pada sektor karet.