Kluster Covid-19 di Kawasan Industri Konawe Meluas, Perusahaan Diminta Terbuka
Jumlah pekerja asing positif Covid-19 di kawasan industri Konawe, Sultra, terus bertambah. Perusahaan diharapkan membuka data pekerja asing yang terpapar Covid-19.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Kluster penyebaran Covid-19 di kalangan pekerja asing di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, terus meluas. Satu pekan terakhir, jumlah pekerja asing yang diketahui positif sebanyak 12 orang, dengan satu orang meninggal. Meski demikian, perusahaan seakan menutupi data dan tidak melaporkan hal ini ke instansi terkait.
Data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sulawesi Tenggara, hingga Minggu (22/11/2020), total orang asing positif Covid-19 sebanyak 12 orang. Pekerja yang diketahui positif ini terdata berkala dari Konawe, di mana satu orang di antaranya meninggal.
”Terakhir di data kami itu ada 5 orang (pekerja asing) yang positif Covid-19 pada Kamis (18/11). Rabu sebelumnya ada 2 orang, Senin 3 orang, dan Sabtu pekan lalu itu 2 orang sehingga totalnya 12 orang. Yang hari Sabtu pekan lalu itu satu orang di antaranya meninggal,” kata Jubir GTPP Covid-19 Sultra dr La Ode Rabiul Awal, di Kendari.
Menurut Rabiul, pihaknya baru bisa memastikan lima dari 12 orang ini merupakan warga negara asing. Dalam pemeriksaan di RS Bahteramas Kendari, lima orang yang diperiksa lebih awal tersebut menggunakan nomor paspor dalam identitas, sementara tujuh orang lainnya tidak diketahui pemeriksaannya di mana.
Rabiul menuturkan, kemungkinan tujuh orang itu diperiksa di alat mobile PCR yang ada di perusahaan. ”Kalau lihat namanya, semuanya nama-nama China. Informasi yang kami terima mereka semua bekerja di Morosi,” ujarnya. Morosi adalah kecamatan di Konawe, lokasi pabrik pengolahan dan pemurnian nikel skala besar berdiri.
Terus bertambahnya orang asing yang positif Covid-19 ini, kata Rabiul, menunjukkan adanya kluster penyebaran baru di kawasan industri. Transmisi lokal terjadi di antara pekerja tersebut. Dengan demikian, penelusuran kasus wajib dilakukan untuk memutus rantai penyebaran virus di antara para pekerja.
Saat ini, ia menambahkan, satu mobil dengan alat tes reaksi berantai polimerase (PCR) telah dikerahkan ke perusahaan tempat pekerja tersebut. Alat tersebut didatangkan untuk membantu pengetesan spesimen terhadap kontak erat pekerja yang positif di wilayah industri tersebut.
Meski telah terdata lebih dari satu pekan dan satu orang meninggal, data pekerja asing yang positif Covid-19 belum diketahui lengkap oleh instansi setempat. Juru Bicara GTPP Covid-19 Konawe dr Dyah Nilasari menuturkan, pihaknya belum mendapatkan data lengkap pekerja asing yang terpapar Covid-19 di kawasan industri Morosi.
”Kami hubungi orang perusahaan jawabnya tidak tahu, tidak tahu. Datanya juga tidak disampaikan ke kami. Jadi, kami juga kesulitan mengakses informasi pekerja asing yang positif Covid-19 di daerah tersebut,” tutur Nila.
Sejauh ini, ia menambahkan, pihaknya baru mengetahui tujuh pekerja asal China yang positif di kawasan industri Morosi. Data itu pun disampaikan oleh tim gugus tugas Provinsi Sultra. Sementara itu, data perusahaan tidak juga disampaikan.
Senin sampai Rabu kemarin mobil tes PCR sudah dikirimkan ke Morosi.
Ia berharap perusahaan bisa terbuka terhadap data pekerja yang positif Covid-19. Dengan demikian, penelusuran kasus bisa lebih mudah dilakukan, baik terhadap pekerja asing lainnya maupun pekerja lokal yang berada di kawasan tersebut.
”Senin sampai Rabu kemarin, mobil tes PCR sudah dikirimkan ke Morosi. Hari ini kembali lagi ke sana. Untuk jumlah yang sudah diambil spesimen dan dites, kami belum dapat informasi lengkapnya,” ujar Nila.
Di kawasan industri Morosi terdapat dua perusahaan pengolahan dan pemurnian nikel, yaitu PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) dan PT Obsidian Stainless Steel (OSS). Dua perusahaan ini sebelumnya mendatangkan 500 pekerja asal China sejak Juni hingga September lalu.
Sementara itu, pihak perusahaan belum berkomentar terkait kluster penyebaran Covid-19 di kawasan industri tersebut. Juru Bicara PT VDNI dan PT OSS Dyah Fadilat tidak membalas pesan dan tidak mengangkat telepon dari Kompas.
Pada Kamis (18/11), Dyah menjelaskan, pihaknya mengetahui hanya ada satu pekerja asing yang positif Covid-19. Pekerja yang bertugas sebagai subkontraktor itu adalah orang yang meninggal setelah dirawat di RSUD Bahteramas Kendari, Sabtu pekan lalu.
”“ari kami hanya mengetahui informasi mengenai satu pekerja asing yang bekerja sebagai subkontraktor di perusahaan kami. Selebihnya bisa dikonfirmasi kembali ke RS ataupun Gugus Tugas,” ucapnya melalui pesan pendek.
Menurut Dyah, pekerja itu berasal dari Shandong, China, dan sudah berada di Kawasan Industri Morosi sejak awal Januari lalu. Ia bekerja di kawasan PLTU dan tidak pernah meninggalkan kawasan pabrik karena tinggal di asrama karyawan milik PT OSS.
Dyah menambahkan, pihak kontraktor yang mempekerjakan tenaga kerja asing untuk PT OSS tersebut berinisiatif memperketat sistem kerja dan melakukan tes massal kepada seluruh pekerjanya sejak 14 November. ”Perusahaan akan terus mengawal kasus ini dan melakukan sterilisasi kawasan industri. Salah satunya mencegah karyawan atau pekerja harian lepas yang tidak tinggal di dalam asrama masuk ke area kawasan industri untuk sementara waktu,” tuturnya.