Memutus Penyebaran Covid-19, Jawa Timur Intensifkan Tes, Telusur, dan Tindakan
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur mengintensifkan metode tes, telusur, dan tindakan atau 3T untuk meredakan wabah Covid-19 (”Coronavirus disease” 2019) akibat virus korona jenis baru (SARS-CoV-2).
Oleh
AMBROSIUS HARTO, AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur berupaya mengintensifkan metode tes, telusur, dan tindakan atau 3T untuk meredakan wabah Covid-19 (Coronavirus disease 2019) akibat virus korona jenis baru (SARS-CoV-2).
Perluasan cakupan 3T dan kesinambungan melaksanakan metode tersebut diyakini berdampak positif terhadap penanganan dan pencegahan wabah Covid-19. Menurut data pada laman resmi http://infocovid19.jatimprov.go.id/ yang dikelola oleh Pemprov Jatim, Minggu (18/10/2020), tersisa 2.706 pasien dirawat akibat Covid-19. Jumlah ini berkurang 98 orang dari sehari sebelumnya.
Wabah Covid-19 menyerang Jatim pertama kali dengan temuan kasus pada 6 warga Surabaya dan 2 warga Malang, pertengahan Maret 2020. Sampai dengan hari ini, pagebluk telah menjangkiti 48.690 orang, di mana turut mengakibatkan kematian 3.529 jiwa.
Meski begitu, sebanyak 42.455 warga berhasil sembuh. Tingkat kematian akibat wabah di Jatim tercatat 7,25 persen. Meski angkanya masih tinggi daripada rerata nasional, tetapi menurun. Tingkat kesembuhan 87,19 persen.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa di sela sosialisasi kepada masyarakat untuk tetap giat dalam menangani dan mencegah Covid-19 di Pacitan, Minggu, mengatakan, perluasan 3T merupakan salah satu cara yang dapat meredakan wabah. Untuk itu, metode 3T harus terus dipertahankan karena memperlihatkan dampak positif dalam penanganan wabah.
Gugus Tugas Jatim telah melaksanakan tes cepat antibodi dan antigen dengan pengambilan 1.006.018 sampel. Sebanyak 84.709 sampel di antaranya reaktif dan ketika diteruskan melalui tes usap diketahui ada 15.273 kasus warga positif Covid-19. Untuk tes usap, sampel yang telah diambil oleh gugus tugas sebanyak 391.595 sampel.
Selain itu, gugus tugas telah melacak 414.477 orang dengan hasil sebanyak 390.091 orang di antaranya telah diketahui kontak erat dengan pasien atau orang yang diduga terjangkit Covid-19. Dari jumlah pelacakan tadi, hanya 66 orang yang diketahui menolak untuk melaksanakan anjuran isolasi dan pemeriksaan lanjutan (tes).
”Pelacakan dan tes berkontribusi sekitar sepertiga dari akumulasi kasus Covid-19 di Jatim,” kata Khofifah.
Lansung tes usap
Dalam kesempatan terpisah, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini terus menyosialisasikan penerapan protokol kesehatan untuk mempercepat penanganan wabah Covid-19.
Seusai tampil dalam Ludruk Kartolo Cs, Sabtu malam, Risma berkeliling Surabaya dan mendatangi sejumlah lokasi tempat keberadaan warga berkumpul. Massa didatangi dan diingatkan untuk menerapkan protokol kesehatan, terutama jaga jarak, untuk mencegah penularan Covid-19.
”Harus bisa membatasi kumpul-kumpul. Kalau kena Covid-19, kasihan yang di rumah,” kata Risma kepada kalangan muda-mudi yang nongkrong menikmati Sabtu malam di Taman Bungkul.
Risma berharap warga Surabaya bisa memahami jika aparatur menyarankan pembatasan kegiatan, khususnya berkumpul. Selain itu, tetap memakai masker selama beraktivitas, khususnya di luar. Menghindari kerumunan dan memakai masker bertujuan menekan potensi diri tertular. Yang terjangkit, tetapi tidak bergejala, harus berusaha tidak menulari orang lain.
Risma mengatakan, wabah Covid-19 di Surabaya memperlihatkan indikasi mereda. Situasi ini perlu dipertahankan dan diperbaiki sehingga wabah dapat diatasi dengan lebih cepat mengingat penanganan sudah berlangsung sejak serangan pada Maret 2020. Situasi yang terindikasi mereda jangan sampai kemudian menjadi parah karena keteledoran semua pihak dalam penerapan protokol kesehatan.
Menurut laman resmi https://lawancovid-19.surabaya.go.id/ yang dikelola Pemerintah Kota Surabaya, kasus kumulatif Covid-19 sejak pertengahan Maret tercatat 15.279 orang terjangkit. Saat ini, yang dirawat di Surabaya hanya tersisa 241 orang. Surabaya termasuk kategori kawasan dengan risiko penularan sedang bersama dengan 32 kabupaten/kota lainnya.
Seperti di Jatim, Surabaya juga gencar melaksanakan metode 3T. Sampai dengan saat ini, gugus tugas di Surabaya telah melaksanakan tes usap dengan jumlah sampel 180.000. Risma mendorong perluasan tes, penelusuran, dan percepatan penanganan pasien.
Berdasarkan hasil monitoring self assessment Indikator Kesehatan Masyarakat (IKM), Kota Surabaya menunjukkan nilai 2.58 atau dalam kategori risiko rendah. Hasil monitoring yang kemudian dilaporkan ke Pemprov Jatim dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berdasarkan penilaian yang dilakukan pada Minggu ke-29 atau mulai 28 September - 4 Oktober 2020.
Penilaian yang dilakukan dalam self assessment itu Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita terdiri dari 14 indikator. Indikator itu antara lain penurunan jumlah kasus positif selama 2 minggu terakhir dari puncak, penurunan jumlah kasus orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP) selama 2 minggu terakhir dari puncak.
Faktor lain penurunan jumlah meninggal dari kasus positif selama 2 minggu terakhir dari puncak, hingga mortality rate (angka kematian) kasus positif per 100,000 penduduk. Sementara itu sebagai pelengkap atau untuk triangulasi, Pemkot Surabaya menambahkan indikator ke-15, yakni Rt atau angka reproduksi efektif < 1.