Kepergian Mendadak Gajah Yanti di Taman Rimbo Jambi
Dugaan sementara kematian gajah Yanti di Kebun Binatang Taman Rimbo, Jambi, disebabkan racun. Serangan racunnya terindikasi dari bakteri Clostridium tetani.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F10%2Ff9534cda-f697-4783-86f9-ed679c1c295e_jpg.jpg)
Gajah Alfa kini sendirian di Kebun Binatang Taman Rimbo, Jambi, Jumat (9/10/2020), setelah ditinggal mati pasangannya, Yanti (38). Hasil pemeriksaan sementara menunjukkan kematian gajah Yanti disebabkan racun bakteri Clostridium tetani.
Sulistiono merasakan pilunya kesakitan yang dialami Yanti. Tiga hari lamanya ia berjuang menyelamatkan sang putri sulung. Akhirnya, mendung tebal di atas langit Taman Rimbo Jambi melepas kepergiannya.
"Kepergian Yanti sangat tiba-tiba,” ujar Sulis, panggilan akrab Sulistiono, Jumat (9/10/2020).
Tiga hari sebelumnya, Yanti yang berusia 38 tahun itu masih nampak bugar. Senda gurau mengisi waktu mandi dan sarapan pagi.
”Yanti itu jenaka dan agak usil. Kalau saya datang bawa makanan, dia langsung memain-mainkan belalainya,” kenang Sulis, pengasuh Yanti.
Pagi itu pun berlalu seperti biasanya. Yanti menghabiskan sarapan 50 kilogram rumput dan buah-buahan. Usai sarapan, ia bermain dengan Alfa, pasangannya di Kebun Binatang Taman Rimbo.
Keanehan didapat Sulis selepas siang. Perilaku Yanti mulai berubah. Ia terbaring lemah di lantai. Pakan rumput yang diberikan tak dapat dimakan.
Yanti tampak ingin memasukkan makanan, tetapi belalainya tak mampu diangkat. Keanehan itu langsung ia laporkan kepada dokter hewan setempat.
Baca juga: Gajah Yanti Mati di Kebun Binatang Taman Rimbo
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F10%2F1bd16a09-99d2-44cc-80e3-8b5aba1b78da_jpg.jpg)
Suasana Kebun Binatang Taman Rimbo Jambi, Jumat (9/10/2020)
Hasil observasi tim medis mendapati pembengkakan di pangkal belalai. Malam harinya, tim kembali mengobservasi sembari memberikan terapi cairan dan obat-obatan.
”Lebih dari 130 botol infus habis untuk membantu Yanti,” kata Wisnu Wardana, dokter hewan yang menangani Yanti.
Namun, keesokan harinya, kondisi Yanti semakin melemah. Pergerakan kaki makin berkurang. Sulis berupaya memberi asupan makanan berupa rumput yang diolah menjadi bubur, tetapi tidak juga membantu.
Keanehan didapat Sulis selepas siang. Perilaku Yanti mulai berubah. Ia terbaring lemah di lantai. Pakan rumput yang diberikan tak dapat dimakan.
Dari hasil pengambil sampel darah pertama, diketahui kadar hemoglobin rendah. Pada pengambil sampel darah berikutnya, 10 jam kemudian, diketahui keratin kinase sangat tinggi. Kondisi ini menandai terjadinya kerusakan ginjal parah yang memicu kematian sang satwa.
Baca juga: Gajah Karina Mati Setelah Translokasi
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F10%2Fc31a1bde-ef6b-4b9c-b1a7-00ef0ca7b10f_jpg.jpg)
Suasana Kebun Binatang Taman Rimbo Jambi, Jumat (9/10/2020)
Hari ketiga, Kamis (8/10/2020), kesehatan Yanti terus memburuk. Mulutnya mengatup dengan dagu dan rahang kaku (logjaw). Kesadarannya pun melemah. Karena ia mengalami dehidrasi akut, tim menyuntikkan cairan lewat anus sebanyak 19 liter. Namun, upaya itu pun tak menolong sehingga Yanti mati pukul 10.15 WIB.
Hasil nekropsi sementara menunjukkan adanya pendarahan dan penebalan ventrikel di otot jantung serta pembengkakan pada organ hati dan limpa.
”Dugaan sementara kematian Yanti adalah disebabkan oleh tetanus,” kata Rahmad Saleh, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jambi.
Namun, untuk mengetahui penyebab kematian yang lebih akurat, pihaknya melanjutkan dengan pemeriksaan menyeluruh. Organ tubuh, mulai dari jantung, hati, ginjal, isi lambung, hingga paru, diperiksa.
”Seluruh bagian organ kami kirim ke Balai Besar Veteriner Baso di Bukit Tinggi,” lanjutnya.
Dengan serangkaian gejala yang tiba-tiba dialami Yanti, Wisnu mengindikasikan adanya racun yang menyebabkan kematian Yanti. Racun bisa dari kuman atau bahan kimia.
”Namun, dari kondisi dagu mengunci atau logjaw sering terjadi pada gejala penyakit tetanus, saya menduga ini dari bakteri Clostridium tetani. Serangan racunnya menyebabkan kerusakan pada otak yang berdampak fatal,” ujarnya.
Faktor lain adalah dari racun kimia semisal dari pakan rumput yang tersemprot racun. Tetapi, ini baru dapat disimpulkan setelah keluar hasil pemeriksaan organ menyeluruh.
Baca juga: Gajah Sumatera Kian Terdesak Pembukaan Kebun Baru
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F10%2F1ceed742-7973-4896-a60b-67ce71b2a986_jpeg.jpg)
Tim medis gabungan membantu penyembuhan gajah Yanti (38) di Kebun Binatang Taman Rimbo, Jambi, Kamis (8/10/2020). Hasil pemeriksaan sementara menunjukkan Yanti mati disebabkan racun bakteri Clostridium tetani. Dokumentasi: BKSDA Jambi.
Tiga tahun
Gajah Yanti merupakan hasil penyerahan dari Bupati Bungo tahun 1985 kepada Sri Sudewi, istri Gubernur Jambi kala itu. Pemberian nama Yanti berasal langsung dari Sri.
Yanti yang kala itu masih berusia tiga tahun ditemukan terluka dalam jerat pada bagian kaki. Setelah diselamatkan tim konservasi satwa, Yanti dirawat intensif di Kebun Binatang Taman Rimbo Jambi hingga pulih.
Sejak itulah ia menjadi gajah satu-satunya di kebun binatang itu. Pada 2012, Yanti kedatangan teman baru, seekor gajah jantan bernama Alfa. Si jantan didatangkan Balai KSDA Jambi dari Kabupaten Tanjung Jabung Barat, untuk menemani Yanti.
Baca juga: Demi Akhiri Konflik, 4 Gajah Sumatera Terpaksa Diungsikan
Kematian satwa dilindungi di Kebun Binatang Taman Rimbo Jambi bukan sekali ini terjadi. Tahun lalu, seekor harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) bernama Ayu dan seekor singa (Panthera leo) bernama Hori juga didapati mati. Harimau didiagnosis mengidap pneumonia, sedangkan singa mengalami gagal jantung.

Satu-satunya harimau sumatera penghuni Kebun Binatang Taman Rimbo, Uni (13) beristirahat di sebuah naungan, Minggu (27/1/2019). Anaknya, Ayu (8) mati sehari sebelumnya dengan diagnosis penyakit pneumonia.
Sebelum mati, harimau sempat menjalani serangkaian bantuan medis selama sepekan. Meski telah dilakukan berbagai upaya, Ayu, harimau betina itu, akhirnya mati.
Sementara singa Hori mati setelah terluka karena saling serang dengan Cinta, singa betina yang baru datang dari Kebun Binatang Siantar. Saling serang adalah hal alami dalam proses perkawinan singa. Namun, setelah dioperasi, nafsu makan Hori tidak stabil. Meski diberi pertolongan medis, termasuk pemberian antibiotik, antiinflamasi, dan vitamin, Hori mati dengan diagnosis gagal jantung.
Jauh sebelumnya, satu dekade lalu, dua dari empat bayi harimau mati tak lama setelah dilahirkan pada 2010. Tak lama setelahnya, harimau lainnya bernama Peter mati dikuliti pemburu liar. Pemburu menyelinap masuk ke dalam kandang harimau pada tengah malam.
Kematian Yanti dan satwa-satwa lainnya telah menyematkan dukacita mendalam. Itu sekaligus memberi pelajaran berharga bagi pengelola kebun binatang untuk lebih preventif dan protektif.
Terkait kasus Yanti, Wisnu mengingatkan pentingnya upaya pemberian vaksinasi pada satwa-satwa dilindungi yang ada di kebun binatang. Jangan sampai kejadian serupa berulang dialami Alfa dan satwa-satwa lainnya.